Pendakian Argopuro Part 2 (Dunia Sabana - Goes to Cikasur)


Minggu, 14 April 2013

            Cuaca hari itu untuk ukuran dingin di gunung masih sangat tidak dingin. Kami bangun dengan segar sekitar pukul setengah 6 pagi. Beberapa anak Jakarta lainnya juga sudah ada yang bangun. Hal pertama yang aku lakukan adalah melihat suasana pagi di tempat camp kami yang baru kusadari bahwa sangat indah. Bagaimana tidak, jaug di seberang jurang dibelakang tempat kami mendirikan tenda terdapat 4 air terjun yang sangat indah. Kemudian terlihat juga kabupaten Situbondo di kejauhan yang sangat indah. DItambah matahari pagi yang sangat indah pula bersinar begitu cerahnya.
            Tak beberapa semua orang di tempat itu sudah terbangun dan mulai mengurusi semua kebutuhannya pagi itu. Beberapa mulai memasak untuk sarapan. Aku dan Bimo kembali memasak sarapan. Beberapa ikat sayur yang kubawa dari rumah menjadi lauk kami pagi itu. Ditambah mie dan nasi gulung yang disiapkan bimo, kemudian ditambah abon. Menu makanan berat di pagi hari memang menjadi hal yang sangat mengenyangkan dan memberi banyak energi. Sehingga nanti ketika siang hari tidak perlu memakan makanan berat lagi.
            Selesai makan, kami kembali membagi tugas. Sekarang giliran aku yang mengambil air dan giliran Bimo yang melipat tendanya. Mas Dody memang telah memberitahu bahwa akan ada banyak sumber air selama di perjalanan, tetapi kami memutuskan untuk tetap mengisi penuh air kami karena selain kami masih belum tahu medan, untuk jaga – jaga juga misalkan terjadi sesuatu. 3 Botol air mineral 1,5 liter dan sebuah botol untuk perjalanan kami isi penuh. Kemudian kami lanjutkan untuk packing barang – barang kami sedemikian rupa karena tidak lama kami akan melanjutkan perjalanan kami.
            Sekitar pukul 08.00 para pendaki dari Surabaya mulai trecking tapi kami menunggu anak Jakarta yang masih beberapa masih packing dan kemudian setelah selesai semuanya kami mulai berangkat trecking. Jalanan yang kami lalui cukup panjang. Sesekali kami berhenti untuk berfoto menikmati indahnya pegunungan yang argopuro yang sangat indah. Beberapa kali kami melihat beberapa satwa seperti monyet dan beberapa burung seperti jalak dan kutilang yang sepertinya masih hidup damai di hutan ini.
            Tas yang aku bawa sedikit lebih berat daripada tas yang Bimo bawa dan kami sepakat untuk bergantian membawanya. Kami sepakat untuk bergantian membawa tas carrier bimo di sepanjang jalan dan sepakat untuk bertukar di pos sumber air kedua. Tetapi ketika kita jauh berjalan dan bahkan waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 masih belum juga nampak pos sumber air ke 2. Sampai akhirnya kami sampai pada sebuah sabana yang disebut alun – alun kecil yang menandakan bahwa kami telah melewati pos sumber air ke 2. Akhirnya kami putuskan untuk beristirahat di tempat itu.
            Alun – alun kecil merupakan sabana pertama yang kami temui setelah berjalan cukup lama. Ini merupakan sebuah padang rumput yang menurut kami cukup luas walaupun ada kata kecil pada namanya. Tempat ini sangat indah bagai memasuki dunia film – film yang terkenal. Sebuah padang rumput dengan sebuah pohon berdiri kokoh di tengah – tengah padang rumput alun – alun kecil ini. Dibawah pohon ini tampak beberap rombongan dari Surabaya sedang beristirahat untuk makan siang sambil mengisi kembali energi. Kami pun ikut bergabung dan memasak sedikit air hangat untuk membuat minuman manis sebagai asupan energi.
            Siang itu kami memutuskan untuk membuat kopi dan teh karena kami menghindari makanan berat pada siang hari. Sambil menunggu beberapa teman yang lain datang, aku dan Bimo mencoba membuka sisa nasi gulung yang kami buat hanya sekedar untuk mengecek saja. Ternyata benar seperti dugaanku. Gunung argopuro ini cuacanya tidak terlalu dingin dan membuat nasi gulung yang kami bawa kurang efisien jadinya. Baru 2 hari nasi gulung kami telah basi padahal biasanya mampu bertahan hingga 3 – 4 hari. Akhirnya dengan terpaksa kami membuang 2 sisa nasi gulung tersebut.
            Setelah semua anggota telah sampai dan kami telah selesai istirahat dan makan siang kami pun melanjutkan perjalanan. Melewati sisa padang rumput dan kembali masuk ke hutan. Kami berdua berjalan paling depan awalnya, bahkan sempat menjauh dan kami bahkan sempat berfoto – foto agak lama. HIngga kami sampai pada sebuah padang rumput lagi dan kali ini bahkan lebih luas dari alun – alun kecil. Taman Rengganis, begitu kataku.
            Tak beberapa lama ada 2 orang datang di belakang kami. Mas Dodi dan Suryo seorang anak PA yang seumuran dengan kami. Mas Dodi memang bergerak sedikit lebih cepat karena dia hunting foto – foto. Kami melewati tempat yang indah ini dengan sesekali berfoto. Suara merak menggema di kanan kiri kami. Menambah indahnya tempat ini. Tetapi mas Dodi melarang kami semua untuk camp di tempat ini karena menurutnya mistiknya yang cukup tinggi. Setelah kami asik berfoto, terdengar sebuah suara motor. Kami benar – benar kaget dan benar saja tak lama 2 buah motor lewat dengan membawa sekitar 3 karung penuh selada melewati jalanan kecil itu. Benar – benar pemandangan yang mungkin jarang ditemukan di gunung dan tempat lain
            Setelah puas berfoto kami melanjutkan perjalanan dan kali ini satu lagi anggota yang bernama saprul berada di depan. Kami kembali masuk hutan dan beberapa kali melewati sabana – sabana kecil lagi. Hingga akhirnya kami sampai pada sebuah sabana lagi yang sangat luas. Dan di kejauhan tampak sebuah gubuk kecil diseberang cekungan seperti jurang. Kami segera berlari kesana. Mengejar keindahan yang ada di depan kami itu. Ternyata daerah yang aku kira jurang lebih mirip lembah dan ada aliran sungai di bawah sana. Terlihat beberapa orang dari Surabaya yang telah sampai dulu sedang menikmati air dan mandi disana.
            Karena ingin juga berbasah – basah dengan air, akhirnya aku dan bimo memutuskan untuk menikmati dulu air yang ada. Bimo memutuskan untuk mandi, tetapi karena dinginnya yang aku tak tahan, aku memilih untuk sedikit membasuh beberapa bagian badan saja. Sedangkan Saprul dan Suryo memilih mengisi air saja. Tak cukup lama beberapa anak Jakarta lain sampai di tempat kami. Tetapi mereka langsung menuju pos di atas sungai kecil ini.
            Puas bermain air, aku memutuskan untuk naik ke Pos dan membangun tenda untuk kami berdua nanti. Saprul, Suryo dan Dwi yang menjadi satu tim juga membangun tenda tepat di sebelah aku membangun tenda. Setelah itu aku memasak air untuk menghangatkan diri sambil menikmati sunset yang terbenam dari arah samping tenda kami. Suara merak juga masih terdengar nyaring di setiap rindangnya semak – semak. Tempat yang indah, CIKASUR.
            Malam itu kami memasak sisa sayur ditambah memasak nasi serta abon yang kami bawa ditemani musik yang dibawa mas Dodi dan orang – orang Surabaya itu. Sembari bercerita tentang pengalaman masing – masing di gunung. Malam itu, cerah walau cuaca mulai dingin. Kami pun menutup hari itu dengan menutup mata, menunggu kejutan lain di keesokan harinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Lembah Shosenkyo, Jungle Track, Air terjun, dan Rope Way

Kawaguchiko, Fuji, dan Momiji

Mengapa Analisa Keruntuhan Bendungan Cirata dan Jatiluhur Begitu Kompleks? Bahkan Bisa Membutuhkan Ratusan Skenario yang Perlu untuk Dimodelkan