WeekEnd Bromo
1 Februari 2014
Hari ini bulan baru.
Mungkin yang ingin aku lakukan pada awal bulan ini adalah sesuatu yang spesial,
sesuatu yang mungkin menjadi hobiku. Bahkan mungkin menjadi bagian dari cita –
citaku. Mungkin menjadi pelepas rasa penat dan suntuk setiap angka, huruf, dan
rumus yang setiap hari harus kugeluti demi mencapai target akhir tahun masa
SMAku. Beberapa waktu saja untuk sekedar menikmati alam dan melupakan setiap
masalah yang bergejolak.
Di dalam Tenda |
Malam itu aku masih
berdebat dengan Along (anak kelas X, adek kelasku) yang aku ajak untuk pergi ke
gunung lamongan pada hari esok. Kemudian aku ajak pula Arif (anak kelas X (baca
cerita JAMCAB korban tragedi berdarah), adek kelasku) yang kemudian aku ajak
pula untuk ikut bergabung dengan kami. Sebenarnya bukan hanya mereka berdua
yang telah aku ajak, tetapi banyak yang memiliki kegiatan dan waktunya sendiri
– sendiri. Sehingga tersisa ke 2 orang diatas.
Ranu Regulo (bukan Maho) |
Blok teletubies |
Blok Teletubies |
Ranu Regulo |
Along sepertinya tidak
bisa ikut karena ketika aku Tanya apa benar jadi, dia malah bingung dengan
ceweknya. Ah, dasar remaja labil. -,- kemudian hanya tersisa Arif yang mulai
ragu karena waktu. Dia juga sedikit malas apabila pergi naik gunung Lamongan.
Memang sih, medannya cukup sulit dan Arif belum pernah naik gunung sama sekali.
Kemudian aku mengajak untuk pergi ke Bromo karena teringat bahwa dia belum
pernah sama sekali pergi ke Bromo. Diluar dugaan, dia mengiyakan ajakanku dan
malah mengajakku berangkat malam ini juga. Hahaha, keliatan semangat banget,
aku sih mengiyakan aja.
Pukul 21.00 aku
berangkat dari rumah menuju sekolah untuk mengambil bendera merah putih,
kemudian menuju suwandak ke rumah nenekku untuk nantinya bertemu arif disana
dan berangkat menuju ranu pane. Sambil membawa tenda dan tripod, aku menunggu
arif di jalan Suwandak Barat. Menunggu sambil tidur – tiduran di atas sepeda
motor.
Berdasarkan hukum
relativitas yang aku pelajari di Fisika, Ciweee. Wkwkwk. Memang benar terbukti
dari fisika bahwa menunggu itu ditinjau dari t (waktu) akan terasa lebih lama
yang menunggu daripada t (waktu) yang ditunggu. Begitu pula dengan hal ini,
menunggu arif rasanya sangaaat sangaaaat lama. Bahkan sampai beberapa kali mata
ini terpejam dan akhirnya terlelap. Sampai pada akhirnya sebuah sepeda motor
berhenti di sampingku. AKhirnya arif sampai juga. -,- lamaaaaa
Usai kami bersiap –
siap, beli bensin, kemudian ke Indomaret untuk beli beberapa makanan ringan.
Kami pun berangkat menuju desa ranu pane sekitar pukul 23.00 kurang. Sangat –
sangat larut malam memang, tapi kami sudah bulat. Di senduro ternyata masih ada
semacam perayaan, kemudian lepas dari senduro ,burno, kami mulai memasuki
hutan. Hutan lebat kiri kanan dan dicekam kegelapan memberi kan suatu sensasi
seram. Suasananya sangat mencekam. Bintang di langit tidak terlihat. Angin
berhembus sedikit lebih kencang dari biasanya dan hanya lampu motor kami berdua
saja yang menerangi jalan yang kami lalui.
Arif di ranu regulo |
Pose Keren |
Ranu Pane |
Malam semakin larut.
Mungkin hanya kami berdua malam ini yang naik melalui jalur Lumajang menuju
bromo. Angin yang berhembus kencang sebagai pertanda akan berubah musim juga
semakin menambah dingin yang semakin menusuk. Tetapi kami berdua terus saja
mengobrol sepanjang perjalanan menghilangkan sepi dan mengalahkan kantuk.
Tak lama kemudian,
hujan turun. Kami berdua memakai mantel dan bergantian kali ini aku yang
menyetir motor arif. Bagian tubuh sih kebal sama dinginnya ditambah juga tasku
yang aku taruh di depan badan, tetapi dingin begitu menusuk pada bagian tangan
yang tidak terbungkus sehelai kain pun. Beberapa jalan yang berlubang membuat
kami sedikit mengurangi kecepatan. Tetapi karena dinginnya membuat kami sedikit
menambah gas dan mempercepat motor yang kami naiki.
Gapura selamat datang
dan tanda masuk desa ranu pane sudah kami lewati. Disini tetap gelap, aku
membayangkan bagaimana rute pendakian gunung semeru yang biasa aku lewati
ketika mendaki gunung tertinggi pulau Jawa tersebut. Banyak yang berubah
disini. Entah, mungkin pemerintah mulai sadar untuk membangun dan mengelola
daerah ranu pane yang sangat eksotis tersebut. Daerah yang memiliki berbagai
tempat wisata yang seharusnya perlu dikelola sehingga menjadi tempat wisata
yang sangat menawan. Apalagi berada pada daerah Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru yang menjadi tempat wisata baik turis domestik maupun turis mancanegara.
Sebuah pos perijinan
yang biasa kami gunakan ketika mendaftar untuk menaiki gunung semeru sekarang
tutup. Begitu juga pendakian menuju gunung semeru itu juga tutup. Membiarkan
dan mengistirahatkan alamnya dari jangkauan manusia. Mengistirahatkan
ekosistemnya dari campur tangan pendaki. Di pos itulah kami beristirahat.
Disana sudah terdapat 2 tenda milik orang dari malang yang ingin berkemah di
daerah pananjakan tetapi terhenti dan berhenti di pos tersebut karena terkena
badai. Kemudian kami membangun tenda kami dan beristirahat.
Di tengah kabut |
Menuju Padang Sabana |
Menuju Padang Sabana |
Rasanya dingin. Tetapi
dingin yang menyenangkan, lebih baik
daripada dinginnya dunia dan kemunafikannya. Disini hanya ada kami, orang yang
sekedar menikmati akhir pekan. Menikmati dingin yang menyenangkan. Kemudian aku
terpejam, hitam.
2 Februari 2014
Pagi yang dingin
membuatku terbangun dari tidurku. Aku dan arif sempat berebut jaketku yang kami
gunakan sebagai selimut. Tetapi karena tidak tahan, aku memutuskan untuk keluar
sekedar menikmati indahnya pagi ranu pane. Aku pun mengajak arif untuk pergi ke
ranu pane dan ranu regulo untuk berfoto. Arif sepertinya kegirangan karena dia
memang belum pernah menuju ke 2 tempat itu.
Orang - orang tenda samping kami ternyata telah
terbangun. Kami hanya sekedar saling berbagi senyum dan sapa. Mengucapkan selamat
pagi yang khas para penjelajah dan pendaki. Kami berdua berganti pakaian dan
menyiapkan kamera kami. Kemudian berjalan melihat indahnya ranu pane yang kini
bersih. Cukup bersih daripada dulu sewaktu tercemar. Kami menuruni anak tangga
menuju bawah, menuju ranu pane kemudian menyusuri pinggiran ranu pane untuk
menuju ranu regulo. Sambil mengambil beberapa gambar dan mengabadikan
perjalanan kami.
Di padang rumput |
Arif dan Si Motor |
Padang rumput |
Ranu regulo memang tak
sebesar ranu pane. Tetapi ranu regulo lebih diminati menjadi tempat camp para
petualangan atau sekedar orang yang ingin camping. Begitu pula hari itu ketika
kami sampai di ranu regulo, ternyata banyak orang disana yang telah mendirikan
tendanya. Sepertinya semalam adalah malam yang ramai disini. Kami berfoto di
dermaga ranu regulo yang kini kehilangan pegangan pinggirnya. Dulu terakhir aku
ke tempat ini, pinggiran dermaga itu masih menyangga disana, tetapi kini hilang
entah kemana.
Puas berfoto, kami
langsung kembali ke pos kami dan segera packing karena tujuan utama kami adalah
gunung Bromo. Pagi itu kami juga harus mencari sarapan yang cocok. Tapi karena
setiap warung di sekitar pos itu tutup semua, kami berdua memutuskan untuk
membeli sarapan di sekitar gunung bromo saja. Pagi itu kami hanya memakan
camilan yang kami bawa sebelumnya. Sekedar camilan untuk mengganjal perut dan
menghindari perut kosong.
Motor kami berdua
melaju melewati desa ranu pane. Tak banyak yang berubah. Orang – orangnya yang
sibuk dengan kebun mereka, sibuk dengan setiap aktifitasnya masing – masing.
Selepas dari kerumunan rumah desa ranu pane, kami segera memasuki daerah yang
mulai menurun. Ada beberapa pos sekarang yang dulu tidak ada. Tetapi tak ada
siapapun di pos itu. Kabut dan gerimis masih saja menemani perjalanan kami.
Awan dan kabut yang sangat tebal membuat pemandangan bukit teletubies yang bisa
dilihat dari atas menjadi sama sekali tak terlihat.
Lautan pasir |
Background Bromo |
Bakso Neraka ala Bromo |
Jalanan menurun tajam
menuju Bromo, semakin menurun dan menurun, kabut semakin tipis. Pemandangan
keindahan bukit teletubies lambat laun semakin terlihat. Semakin jelas dan
jelas. Kemudian terlihatlah bukit – bukit dan padang rumputnya yang hijau.
Indah, sangat – sangat indah. Awan diatas kami dan perbukitan itu, itulah yang
menenangkan hati. Menenangkan pikiran, sedikit meringankan setiap masalah
duniawi yang terus saja mengalir dan terus menerjang kehidupan.
Tanah berpasir yang
kami lewati kali ini cukup padat. Ini menjadi keuntungan kami karena motor yang
kami naiki tidak akan kesulitan melewati medan pasir yang padat terkena hujan
itu. Melewati padang rumput yang nan indah. Ada beberapa orang yang berhenti
untuk berfoto. Ada beberapa orang yang menaiki motor off road ataupun mobil off
road. Bukit teletubies dan keindahannya memang mempesona. Kami pun sempat
melihat ada sebuah mobil dan sebuah tenda yang ada di sampingnya. Keputusan
yang sedikit beresiko memang jika harus camp disini, tetapi resiko itu akan
terbayar dengan segala keindahan tempat ini.
Jalanan yang padat itu
memang menjadi sisi positif ketika keadaan setelah hujan seperti ini. Akan
tetapi banyaknya air yang menggenang terkadang menjadi masalah karena kami
harus mencari jalan dimana air tidak menggenang terlalu dalam. Terkadang ban
motor akan terperangkap di dalam tanah atau genangan itu jika kami salah
memilih jalan yang akan kami lalui.
Lambat laun,
rerumputan nan hijau semakin berkurang. Kini yang kami lalui hanyalah jalan
yang berpasir. Tak ada rerumputan disini. Bau belerang gunung bromo mulai
menyengat hidung. Terlihat gunung bromo dan gunung batok yang tepat berada di
samping gunung bromo. Indah memang. Motor kami terus melaju menuju tempat
tersebut dengan cepatnya. Sepertinya akhir pekan ini cukup ramai di kawasan
Bromo. Banyak pengunjung yang entah membawa motor atau membawa mobil off road
yang berpapasan dengan kami.
Puncak |
Puncak |
Puncak |
Banyak stand – stand
pedagang kaki lima di kaki gunung bromo. Setelah kami berdua memarkirkan sepeda
motor kami, kami menuju penjual bakso. Sepertinya bakso adalah menu sarapan
kami pagi itu. Ada beberapa hal yang aneh menurutku pada bakso itu. Sambalnya
dan entah apa yang membuat gurih ada di bakso kaki gunung bromo itu. Dan sebuah
komposisi sambal yang jarang aku lihat (penggemar pedas hehe). Tampak jelas ada
cabai disana, tetapi entah, ada tambahan lain, merica? Atau apa itu? Entah. Aku
mengambilnya sedikit banyak untuk mencoba rasanya. Aroma yang menusuk itu
mungkin membuat beberapa orang sedikit takut, tapi apa salahnya? Ini liburan.
:D wisata kuliner juga mungkin termasuk di dalamnya.
Pedasnya memang luar
biasa. Kami makan sambil memandang gunung bromo dan ramainya pendaki dari
kejauhan. Dan sebuah pure yang berada tepat di bawah kaki gunung bromo.
Sungguh, kombinasi dari kultur budaya dan pesona alam yang mengagumkan. Sungguh
mempesona bagaimana Indonesia, negaraku tercinta, tanah airku dan segala macam
pesonanya yang terkadang bahkan orang Indonesia sendiri tidak sadar. Hanya
mementingkan dirinya sendiri tanpa memikirkan bangsanya. Sungguh disayangkan
jika keindahan ini akan rusak oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab.
Joker (Jomblo Keren) |
Jones (Jomblo Ngenes) |
Kaki gunung |
Usai makan, kami
berdua langsung mendaki gunung bromo. Banyak kuda yang disediakan oleh penduduk
untuk para wisatawan gunung bromo. Satu hal yang disayangkan dari gunung bromo
dan kudanya ini adalah kotoran kuda yang tercecer. Sedikit banyak, kotoran ini
mengurangi mood. Sedikit poin negatif dari keindahan gunung bromo yang
terkenal.
Ini adalah gunung
pertama arif yang didakinya. Menjadi pendakian perdananya yang pertama kali
menjadikannya semangat mendaki gunung ini. Memang trekking gunung bromo
tidaklah sulit. Tapi cukup lumayan untuk anak yang belum pernah mendaki gunung
sama sekali. Sedikit merasakan sensasi pusing karena perbedaan tekanan udara
dan kerja jantung yang abnormal pada ketinggian yang berbeda dari biasanya
merupakan pengalaman yang cukup baik. Hal lain yang eksotis dari gunung bromo
ini adalah adanya anak tangga menuju puncaknya yang menjadikan gunung bromo ini
khas. Anak tangga yang telah didesain sedemikian rupa untuk pengunjung.
Memudahkan pengunjung untuk menuju puncak, sehingga anak – anak pun bisa menuju
puncak gunung ini serta mengurangi resiko bagi pendaki.
Sungai Lahar |
Sampai juga kami
akhirnya di puncak. Gerimis masih saja menemani, tetapi kali ini kadang datang,
kadang pergi. Bau belerang gunung bromo disini sangatlah menyengat. Setiap
tiupan angin yang berhembus tepat kearah kami membawa bau belerang yang
menyengat itu. Terlihat padang rumput, terlihat lautan pasir, terlihat pure,
terlihat gunung batok, terlihat desa tengger. Indah. Aku menikmati momen –
momen seperti ini. Ini yang selalu aku tulis di memoriku, rasa ini, ketenangan
ini, kebahagian ini. Benar – benar aku menikmatinya.
Kami pulang, kali ini
kami menuju rumah melalu jalur probolinggo. Membawa kenangan yang indah,
membawa kebahagiaan. Jika aku harus berterima kasih, aku berterimakasih pada
arif. Oke, mungkin masih sangat kurang pengalaman. Sebentar lagi juga aku
keluar dari sini, keluar dari dunia ini dan menemukan dunia baru. Semoga apa
yang pernah aku pelajari di satu cuil sisi dunia ini bisa diteruskan oleh orang
– orang seperti arif. Keren. :D
Komentar
Posting Komentar