Raung "keep walking higher and higher" Part 3

wew udah lama banget ternyata aku ga posting lanjutannya. emang sempet sibuk dan bahkan sudah tertumpuk dengan banyak sekali petualangan - petualangan lain. kegiatan - kegiatan lain pun juga berjajar untuk dilaksanakan sehingga banyak yang mungkin tidak sempat tertulis dan terceritakan. nah daripada ceritanya akhirnya menggantung, aku lanjutin aja ya seingatnya tentang raung. check this out!

melanjutkan cerita part 2 yang sudah sampai di pos 4, kami bangun dan segera mempersiapkan diri untuk bergerak menuju pos selanjutnya melanjutkan perjalanan. sarapan dan kegiatan rutin pagi dilakukan seperti biasanya sehingga bisa dibayangkanlah bagaimana kegiatan rutin tersebut. walau masih sedikit terasa dingin, namun cukup mendebarkan dikarenakan menurut mas Dhani, setelah pos 4 merupakan tanjakan sebenarnya. bukan momen yang ditunggu - tunggu memang, tapi menjadi motivasi tersendiri untuk melanjutkan perjalanan kami yang terbilang bahkan belum sampai setengahnya. sebelum berangkat tidak lupa kami selalu melakukan pengecekan bahan makanan dan air mengingat jumlahnya yang terbatas disini.

ada sebuah strategi menarik yang kami lakukan disini yaitu kami meninggalkan botol minuman dan sampah yang kami hasilkan. eh jangan salah sangka dulu, sebagai pendaki yang baik tentunya karena ini pendakian 'bolak balik' sehingga jalur berangkat dan jalur pulang akan sama. sehingga menjadi planning yang baik apabila beberapa barang yang memberatkan seperti sampah ditinggal namun nantinya diambil lagi ketika perjalanan pulang. untuk botol minuman kami tinggalkan sebagai cadangan apabila kita kehabisan air, maka masih ada cadangan air yang bisa kita gunakan dari yang kita simpan disini. menali botol minuman dan sampah, kemudian menggantungkannya dijurang menjadi cara yang diajarkan oleh mas Dhani apabila mendaki gunung dengan tipe seperti ini. mungkin bisa digunakan di gunung lemongan yang tidak ada air, walaupun gunung lemongan hanya membutuhkan waktu sehari semalam, bisa menjadi alternatif yang cukup baik apabila pergi dengan banyak sekali orang.

POS 7 dan Pondoknya
perjalanan kami lanjutkan dengan membagi tim seperti biasa. mas raya dan aku berjalan di paling depan, kemudian disusul oleh grup mas cimin dan mbak favia, dan di terakhir ada mas dhani dan mas eko sembari menemani mas eko yang dalam kondisi kurang fit. sehingga kami melanjutkan perjalanan dengan formasi ini. jalanannya sangat terjal, lebih terjal dari beberapa pos yang lain. ditambah dengan permasalahan pada beberapa titik yang mengalami kelongsoran akibat dari hujan atau yang lain. sehingga hal ini cukup merepotkan. walaupun beban sudah cukup berkurang, namun masih saja dengan ditambah jalanan yang cukup terjal membuat beban yang ada masih sangat terasa.

satu demi satu pos sudah terlewati, hingga pada akhirnya sebelum pos 7, mas raya berhenti. kami berdua yang berada di paling depan akhirnya lelah juga. namun masih ada sedikit tenaga tersisa. karena mas raya beristirahat dan sambil ngerokok, aku pun melanjutkan perjalanan. tidak sampai 10 menit berjalan, aku pun sampai di pos 7. aku bertemu dengan beberapa orang pendaki lain yang juga sampai disini. ternyata mereka juga akan ke puncak rencananya pada keesokan harinya. aku dan mereka sempat berbincang, mereka berasal dari banyak daerah namun kebanyakan berasal dari jakarta. tidak lama kami berbincang kemudian mereka semua memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka.



tak lama kemudian mas raya datang. oh iya aku lupa menjelaskan, pos 7 berada di punggung bukit dan ada sebuah gubuk kecil disini. gubuk (gerdu bahasa jawanya) ini memiliki sebuah tandon air yang digunakan untuk menampung air hujan. dari atap, mengalir dengan sebuah paralon atau pipa yang dipotong, kemudian masuk ke pipa dan masuk ke tandon ini. air ini bisa dijadikan air cadangan apabila pendaki - pendaki yang datang kehabisan air. namun sayang karena lokasinya yang berada di punggung bukit membuat pos 7 kurang ada penghalang angin sehingga angin dingin berhembus dengan cukup keras di sini. untuk lokasi tenda? sangat kurang baik karena menambah dingin udara di dalam tenda karena terhembus angin.

sedikit berfoto - foto hingga akhirnya seorang mas cimin dan mbak favia pun datang dan sampai di lokasi pos 7. kami berdiskusi karena kelompok sebelumnya yang bertemu aku memutuskan untuk camp di pos 9 awal tujuan kami, sehingga kami memutuskan untuk camp di pos 8 karena kemungkinan lokasi pos 9 tidak cukup apabila harus memuat seluruh tenda. sembari menunggu mas dhani dan mas eko untuk sampai kami duduk dan bercerita - cerita disana. namun karena angin yang terus berhembus dan membuat bertambah dingin apabila tidak bergerak kemanapun, maka kamipun memutuskan untuk bergerak. meninggalkan memo di pondok pos 7 yang bertuliskan kami camp di pos 8 karena pos 9 telah penuh.

Mbak Favia, Mas Dhani, dan Mas Eko

perjalanan pun berlanjut. kembali menapaki kemiringan jalanan yang cukup terjal. kami akhirnya menuju ke pos 8. hingga akhirnya matahari mulai meninggalkan kami. kembali posisinya aku dan mas raya yang berada di depan akhirnya sampai di pos 8, namun ternyata rombongan yang berada di depan kami memutuskan untuk camp di pos 8. kami pun melanjutkan perjalanan menuju pos 9 untuk mendirikan tenda kami hingga akhirnya kami lelah dan sudah pada batasnya. kemudian kami menemukan sebuah tempat agak lebar namun cukup miring di antara pos 8 dan pos 9. kami berdua pun memutuskan untuk membuat camp disana karena hari sudah mulai malam. tidak lama kemudian mbak favia dan mas cimin pun juga sampai disana.

cukup lama hingga matahari benar - benar tenggelam dan akhirnya pun mas dhani dan mas eko telah sampai di tempat tenda kami. kami pun segera mengistirahatkan tubuh kami. kemudian dengan berakhirnya hari ini, kami pun mengistirahatkan penuh untuk berjuang besoknya menuju summit dari puncak sejati gunung raung.

BERSAMBUNG DI PART SELANJUTNYA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Lembah Shosenkyo, Jungle Track, Air terjun, dan Rope Way

Kawaguchiko, Fuji, dan Momiji

Mengapa Analisa Keruntuhan Bendungan Cirata dan Jatiluhur Begitu Kompleks? Bahkan Bisa Membutuhkan Ratusan Skenario yang Perlu untuk Dimodelkan