Wajib Dicoba! Menikmati Sunrise di Ranu Klakah, Lumajang, Jawa Timur

Di bagian utara Kabupaten Lumajang terdapat segitiga danau yang cukup terkenal. Kabupaten ini memang memiliki cukup banyak danau seperti Ranu Pane sebagai Pos 0 pendakian gunung semeru dan siapa yang tidak tahu tentang ranu Kumbolo yang menjadi salah satu danau tertinggi di Indonesia. Namun Ranu Klakah yang berada di Utara Kabupaten Lumajang memiliki keunikannya sendiri. Sempat disebut Danau Kawaguchinya Indonesia karena memiliki latar belakang gunung Lemongan. Mirip seperti gunung Fuji yang tentu saja berada di wilayah tropis. Gunung Lemongan juga tidak setinggi gunung Fuji di Jepang tapi tentu saja tidak kalah indah.

Perbedaan yang paling mencolok adalah anda tidak akan menemukan tambak atau bahkan kafe terapung di pinggir danaunya. Maksudku bukan di pinggir dengan jarak sekitar 20 m, tapi benar benar di tepian airnya. Dari apa yang aku baca dan aku dengar, danau Kawaguchi dijaga dengan cara yang jauh lebih baik daripada Ranu Klakah di Lumajang. Tapi biarlah, itu akan menjadi pembahasan lain waktu, selama aturan hanyalah sebuah tulisan diatas kertas tidak akan ada perubahan signifikan. Tapi suatu saat pasti akan aku bahas, kali ini aku ingin lebih berfokus pada keindahan Ranu Klakah dengan latar belakang gunung Lemongan. 














Sunrise di Ranu Klakah
(Shoot by Yu, Canon EOS 800D, EF-S 10-22 mm f/3.5-4.5 USM, Shoot at ISO 100, 13 mm, f/22, 0.8 Second, ND 8 Filter, LR Classic


Lokasi Ranu Klakah

Pagi hari sekitar pukul 04.30 WIB, matahari bahkan belum keluar sama sekali. suara wirid yang jarang aku dengarkan selama di Bali masih bergema di beberapa masjid. aku sudah turun lebih awal dan memacu motorku menyusuri jalan Nasional dari Lumajang menuju arah Probolinggo hingga sampai di pertigaan stasiun Klakah. belok kanan untuk keluar dari jalan Nasional dan mengikuti jalan tersebut hingga akan ada penanda jalan yang menunjukkan arah menuju ranu Klakah dan menuju ranu Pakis. keduanya adalah danau yang indah namun memberikan pesonanya tersendiri. untuk lokasi Ranu Klakah sendiri akan aku share sesuai link google map berikut ini:

Lokasi Ranu Klakah ---> Klik Link

Sesampainya di danau, karena waktu masih pagi danau dibuka dengan bebas. palang untuk tiket terbuka tanpa terlihat adanya seseorang yang menjaga loket. kemudian akan langsung berada di jalan yang tampak langsung pada ranu klakah. banyak sekali warung terapung, karamba, dan berbagai kegiatan di dalam danau. aku tidak akan kritis dalam postingan ini terkait hal tersebut. Namun secara fotografi, bagiku keindahan alam dari ranu Klakah ini berkurang. beberapa spot yang bagus tertutup oleh kafe terapung tersebut. oh iya, sebagai tambahan, aku tidak melihat tempat parkir dimanapun sehingga aku memarkirkan motorku di pinggir jalan seperti beberapa motor yang tampak terparkir disana. Helm aku bawa karena secara pribadi aku tidak yakin dengan keamanan disini.

Sunrise, Kopi, dan Gunung Fuji Indonesia

ada jalan setapak kecil di pinggir danau. aku menyusuri jalan setapak tersebut melalui pagar besi yang sedikit terbuka. terlihat beberapa orang sudah mulai menebar jala ikan di danau. langit sudah mulai kemerahan dan aku duduk di salah satu lokasi yang menurutku sungguh memukau. tentu saja aku sudah memeriksa lokasi ini dengan aplikasi photo pills di smartphoneku, sehingga aku bisa memperkirakan dimana posisi matahari mulai terbit nantinya. ada sebuah potongan kayu di pinggir jalan setapak yang aku lalui, aku duduk disana mensetting kamera dan memasang filter. kemudian aku duduk dikayu tersebut, menikmati momen detik detik sunrise dengan segelas kopi kaleng yang aku bawa dari rumah.

Pengambilan Foto di Jalan Setapak Danau
(Shoot by Yu, Samsung Galaxy Note 20, Ultra Wide Lens)

Mungkin lain kali aku akan membawa kompor portable dan mulai membuat kopi panas daripada kopi kalengan. sepertinya hal itu jauh lebih baik mengingat udara yang masih terasa dingin. Bahkan nafasku mengeluarkan embun. ketika matahari mulai muncul perlahan, kameraku sudah standby untuk mengambil gambar. disini matahari sedikit terlambat karena tertutup oleh gunung Lemongan. Gunung yang terlihat seperti gunung fuji di Iklim Tropis. bahkan foto yang aku ambil di bagian atas pun terlihat seperti banyak foto gunung Fuji di internet.

Tak jauh dari sana, ada penjual kue tradisional seperti kue putu, apem, wajik, dan beberapa kue tradisional lainnya yang dijual. matahari masih sangat perlahan naik. penjual itu stand by di sekitar danau dan bisa menjadi opsi untuk menikmati danau di pagi hari. suasananya cukup nyaman, perlahan matahari menghangatkan badan dan ketika sudah cukup tinggi, maka sudah saatnya untuk mulai beranjak. bisa melanjutkan ke ranu Pakis jika penasaran. di ranu pakis terdapat pasar ikan air tawar yang segar, banyak pula warung yang menjual ikan segar sebagai opsi lainnya untuk sarapan.

Pendangkalan dan Sampah

selalu ada yang aneh rasanya jika aku tidak komen tentang permasalahan yang ada disini. secara pengambilan foto, pemilihan lokasi adalah salah satu syarat mutlak. pada foto paling atas menunjukkan ada bongkahan kayu yang berdiri tegak. hal ini sebenarnya bagian dari pendangkalan danau walaupun aku menilai dari indikasi terlihat secara visual. di pinggiran danau tempatku berdiri tampak banyak sampah terendap dan melayang di air danau. sebagian tersangkut di tumbuhan air yang mulai tumbuh. nampak juga tisu dan beberapa sampah plastik lainnya. 

Kafe dan semua yang ada di sekitar danau mungkin ikut bertanggung jawab terhadap masalah ini. namun yang pasti hal ini tidak bisa terus menerus dilakukan. aku harus berjalan 50 meter dari danau untuk mendapatkan spot ini karena sebagian besar spot tertutup oleh kafe dan karamba. kafe dan karamba jika tidak ditata dan dikelola dengan baik, maka 10 tahun mendatang mungkin tak banyak yang bisa dinikmati dari danau yang indah ini.

Sampah yang Tampak Mengapung Bersama dengan Tanaman Air, Berpotensi Terjadi Pendangkalan pada Danau
(Shoot by Yu, Samsung Galaxy Note 20, Zoom 3X)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Lembah Shosenkyo, Jungle Track, Air terjun, dan Rope Way

Kawaguchiko, Fuji, dan Momiji

Mengapa Analisa Keruntuhan Bendungan Cirata dan Jatiluhur Begitu Kompleks? Bahkan Bisa Membutuhkan Ratusan Skenario yang Perlu untuk Dimodelkan