Meluruskan Konsep Parkir Air di Jakarta. Konsepnya Benar, Semacam Retarding Basin, Tapi....

Tahun poltik nyatanya sangat ganas dengan pembodohan dan berita yang simpang siur. namun kita sebagai masyarakat umum perlu untuk memfilter berita yang ada dan masuk dengan berbagai sudut pandang. Salah satu yang sering muncul di lama instagramku adalah sebuah berita tentang bagaimana taman yang menjadi lahan parkir untuk air/secara khusus banjir. 

Disclaimer, postingan ini bukan untuk tujuan politik dalam menjatuhkan paslon tertentu. postingan ini murni pandangan teknik dan engineering. segala bentuk perbedaan pendapat silahkan kirimkan ke email yuanggarizq@gmail.com. akan aku tanggapi secara ilmiah selama disampaikan dengan cara yang baik. 

Narasi Parkir Air di Indonesia (Jakarta)

Selama periode Anies Baswedan menjadi gubernur DKI Jakarta, terdapat banyak video yang muncul berdasarkan pernyataannya yang mengatakan taman yang menjadi lahan banjir dan menjadi daerah resapan. aku akan menjabarkan narasinya dulu. jadi dari beberapa netizen mengatakan bahwa di jakarta permasalahan banjir tidak mampu terselesaikan selama periode Anies Baswedan menjadi gubernur Jakarta padahal hal tersebut menjadi salah satu janji kampanyenya. Lalu dalam sebuah video juga muncul bahwa Anies Baswedan mengatakan bahwa taman tersebut sengaja digenangi oleh air ketika banjir terjadi, sehingga taman tersebut menjadi tampungan tambahan genangan sebelum akhirnya air yang yang tergenang meresap atau banjir usai.

kira kira seperti itu narasinya, di satu sisi orang - orang merasa aneh dengan konsep ini. mengapa taman dibanjiri? mengapa taman dibuat tergenang ketika musim hujan? tidak logis bukan?

tapi metode ini merupakan metode yang sering digunakan di negara lain dan menjadi bagian dalam pengelolaan banjir. Taman ini disebut dengan Retarding Basin dan menjadi sebuah metode yang seringkali mengurangi dampak banjir. seperti apa konsepnya? simak apa yang dilakukan di Jepang berikut:

Parkir Air di Jepang, Konsep Retarding Basin yang Mengurangi Banjir. Studi Kasus Sungai Tsurumi dan Nissan Stadium

di Jepang, terdapat salah satu stadion bernama Nissan Stadium yang berada di sebelah sungai Tsurumi di Yokohama. tidak terlalu jauh dari pusat tokyo. stadion ini menjadi saksi Jerman lawan Brazil di final piala dunia 2002 jadi pecinta sepak bola pasti tau. Nissan Stadium nyatanya merupakan stadion dengan konsep parkir air yang didesain dengan sedemikian rupa. aku mengutip dari dokumen MLIT (Ministry of Land, Infrastructure, Transport, and Tourism) Jepang tentang Multipurpose Tsurumi River Retarding Basin. ini mengkombinasikan antara fungsi taman (stadium) yang menjadi tempat rekreasi warga dengan pengendalian banjir dari sungai tsurumi.

Tsurumi River dan Nissan Stadium
source: Google Map

tampak dari gambar diatas terdapat sungai tsurumi yang tepat berada di samping dari Nissan stadium dimana lokasi tersebut secara konsep akan terbanjiri air ketika sungai tsurumi meluap. namun terbanjiri dengan rencana. secara umum konsep sungai di jepang seperti ini:

Konsep Sungai di Jepang

Konsep sungai di jepang terbagi menjadi beberapa section yaitu sungai dengan debit banjir Q25 tahun maksimum. lalu ada lahan terbuka dimana lahan ini juga terkadang menjadi taman dan menjadi jogging track. begitu pula dengan tanggul yang dibangun di sebelah kiri dan kanan sungai. jika kalian terkadang menonton anime dengan latar duduk di tepi sungai, terkadang lokasi tanggul inilah yang digunakan sebagai scene tersebut. tanggul ini bahkan bisa menampung debit air yang lebih besar lagi hingga Q100 tergantung pada desain dan lahan yang tersedia. 

kemudian retarding basin pada Nissan stadium digunakan ketika muka air dengan debit banjir besar. secara khusus karena jepang seringkali terkena siklon atau typhoon, retarding basin digunakan untuk mengatasi dan mengurangi dampak banjir akibat typhoon tersebut. secara umum sebagian besar typhoon yang terjadi bisa setara atau lebih besar daripada Q100 sehingga tentu saja tanggul yang disediakan tidak akan cukup dan banjir bisa terjadi. Lalu konsepnya seperti ini:

Konsep Retarding Basin di Tsurumi River
Source: Multipurpose Tsurumi River Retarding Basin (MLIT, halaman 3)

  1. tanggul di sebelah kanan yang ada di sungai dibuat sedikit lebih rendah sehingga ketika banjir besar terjadi karena typhoon, maka air dari sungai akan masuk ke dalam retarding basin. 
  2. Air yang masuk ke dalam retarding basin akan menggenangi seluruh areal olahraga dan bahkan bagian bawah Nissan stadium juga terkonsep untuk tergenang. proses inilah yang juga mungkin bisa diistilahkan sebagai "taman sebagai tempat parkir air" dikarenakan seluruh areal olahraga yang pada musim biasa kering menjadi daerah tampungan air.
  3. ketika banjir usai dan muka air di sungai Tsurumi sudah rendah, maka pintu air dibuka dan mengeluarkan air dari tampungan untuk kembali ke sungai Tsurumi.

aku tambahkan catatan. bangunan utama dari areal olahraga ini adalah Nissan Stadium yang menjadi sebuah bangunan iconic selama gelaran piala dunia 2002. namun kalian bisa lihat di gambar, Nissan Stadium telah dibangun lebih tinggi dengan tiang tiang menjulang sehingga ketika terjadi banjir yang mengisi areal tampungan, Nissan Stadium tidak tenggelam.

Parkir Air Indonesia, Konsep Gagal atau Sekedar Alasan Kegagalan? Studi Kasus Tebet Eco Park

Nah kita bahas konsep yang dipakai Anies Baswedan. aku mengutip dari berita bahwa salah satu taman yang direvitalisasi dan menjadi areal pengendalian banjir dan retensi adalah Tebet Eco Park yang berada di Kecamatan Tebet Jakarta Selatan. diresmikan pada tanggal 23 April 2022 (Source: CNN - Anies siapkan taman tebet jadi penampungan banjir - klik judul untuk link berita).

Tampak Tampilan Google Map untuk Tebet Eco Park dengan Sungai di tengahnya
(Source: Google Map)

jadi konsepnya, ketika banjir terjadi pada sungai di tengah, maka akan menggenangi areal taman sekitarnya dan kemudian areal sekitarnya akan menjadi tampungan sementara dari banjir yang terjadi di areal tersebut. ketika muka air mulai surut, maka genangan juga akan surut. 

tampak mirip bukan? sudah mengerti dimana letak perbedaan dasar konsepnya?

ya jawabannya adalah:

Konsep Parkir air di Jepang:

Parkir air di Jepang direncanakan untuk Banjir Typhoon dengan kala ulang besar sehingga rentang waktu terjadinya relatif jarang. hal ini berhubungan dengan kerusakan yang terjadi akibat banjir yang terdampak pada taman tidak terlalu besar karena probabilitas terjadinya kecil. disisi lain, ketika tidak terjadi typhoon, tanggul sudah disiapkan cukup.

Konsep Parkir air di Indonesia:

Parkir air di Indonesia hanya terkesan pembenaran karena harus menghadapi banjir yang setiap tahun terjadi. artinya masalah banjir yang tertangani bukan banjir khusus dengan kejadian yang khusus seperti typhoon. hal ini berhubungan dengan kerusakan pada taman yang terjadi setiap tahun dan perlu anggaran yang besar untuk memperbaiki dampak banjir setiap tahunnya.

Kesimpulan

Aku garis bawah adalah konsep dari parkir air (retarding basin) sebenarnya bukan konsep yang salah dan ini bermanfaat secara teknis. jadi yang kalian mentertawakan konsep ini, nyatanya dijepang dan beberapa tempat lain berhasil. Namun konsep yang digunakan di Indonesia terkesan salah kaprah dan tidak dikaji teknis dengan baik. Bahkan terkesan dipaksakan. jadi apa yang disampaikan bapak Anies Baswedan taman sebagai parkir air ketika banjir masih terjadi setiap tahun tidak akan berdampak secara signifikan terhadap penyelesaian banjir di Jakarta. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Lembah Shosenkyo, Jungle Track, Air terjun, dan Rope Way

Kawaguchiko, Fuji, dan Momiji

Mengapa Analisa Keruntuhan Bendungan Cirata dan Jatiluhur Begitu Kompleks? Bahkan Bisa Membutuhkan Ratusan Skenario yang Perlu untuk Dimodelkan