Terkurungnya Gorontalo dan Potensi Banjir yang Menghantui
Dari keseluruhan data yang pernah aku kumpulkan untuk melakukan analisa, mungkin Gorontalo menjadi salah satu lokasi yang mempunyai data terlengkap mengenai data hidrologi. Gorontalo menjadi salah satu lokasi yang sangat aku rekomendasikan untuk melakukan studi. Gorontalo dengan topografi yang sangat uniknya memberikan pandangan pandangan yang cukup berbeda tentang bagaimana gorontalo dan pengelolaan banjir masa depannya. begini sedikit ulasanku tentang lokasi ini:
Terkurung DAS Bone
Sungai utama yang mengalir adalah sungai Bone. Begitu sebutan sungai yang ada dan membelah kota gorontalo. Disebut terkurung karena hanya bagian paling hilirnya saja yang menyentuh laut sedangkan bagian lainnya yang dekat dengan laut tertutup perbukitan. Agak susah menjelaskan dengan kata - kata namun perhatikan gambar berikut.
DAS Bone (Diolah dengan ARCGIS Pro) |
seperti yang aku tunjukkan diatas, bagian bawah dari DAS tidak menyentuh laut namun hanya bagian outletnya saja (sekitar pin hijau) yang kemudian menjadi muara dari sungai Bone. hal ini dikarenakan di sepanjang garis pantai sekitar gorontalo tertutup oleh perbukitan dan terbentuklah DAS yang cukup unik seperti ini.
Bahaya DAS Bone
DAS Bone berbentuk melebar dengan seluruhnya berpotensi menjadi aliran yang terkumpul di muara. hal ini bisa menjadi sebuah keuntungan maupun potensi bahaya. DAS jenis melebar seperti DAS Bone yang aku gambarkan memiliki potensi banjir yang sangat besar karena hampir dari semua arah bermuara ke 1 tempat saja. parahnya lokasi muara tersebut tepat berada di kota Gorontalo. maka praktis kota Gorontalo menjadi satu - satunya gerbang keluar ketika terjadi banjir.
Ada Danau Limboto yang cukup besar di Gorontalo yang cukup mereduksi banjir, namun danau yang sudah cukup berumur ini mulai mengalami pendangkalan yang menyebabkan berkurangnya kapasitas tampung dari danau tersebut. proyek lain yang sedang berjalan adalah pembangunan Bendungan Bolango Ulu yang masih berprogres di sisi utara dari kota Gorontalo. namun dari semua kondisi ini, topografi dari DAS Bone dan penempatan kota Gorontalo memang sudah beresiko Banjir sejak awal.
Terakhir banjir terjadi di tahun ini bahkan menyebabkan genangan setinggi 50 cm di LAPAS Gorontalo yang menyebabkan beberapa penghuni LAPAS perlu untuk diungsikan. lokasinya memang tidak tepat berada di sungai utama dan bahkan berada di hilir dari danau Limboto. hal ini membuktikan bahwa danau Limboto saja masih kurang cukup untuk menanggulangi bahaya banjir dari Kota Gorontalo.
Banjir 50 cm di Lapas Limboto Sumber: Lapas Gorontalo Terendam Banjir Setinggi 50 Cm, Para Napi Diungsikan - Tribun Gorontalo (tribunnews.com) |
Serupa Namun tak Sama, Terowongan Neyama
Kasus serupa namun tak sama sebenarnya ada di Jawa timur tepatnya berada di antara Trenggalek dan Tulungagung. Banjir yang datang dari Kabupaten Trenggalek umumnya harus masuk ke sungai utama Brantas dan akhirnya bermuara di Surabaya. namun itu menjadi perjalanan yang sangat panjang dan membebani sungai brantas khususnya ketika banjir. sehingga dibuatlah terowongan Neyama yang menembus perbukitan di selatan. Air Banjir dari Kabupaten Trenggalek selanjutnya terbagi sebagian masuk ke terowongan ini dan sebagian masih ke sungai Brantas dengan diatur oleh bendung.
Solusi ini dapat mengurangi beban volume air yang masuk ke dalam sungai Brantas utama. hal ini sebenarnya berpotensi untuk dilakukan di Gorontalo mengingat topografi yang ada di sekitar bisa untuk dilakukan. Sejauh ini potensi dan dampak banjir masih membayangi kota Gorontalo dengan topografi dari DAS Bone yang unik.
Terowongan Neyama dan Pembagian Banjir Source: Google Map |
Komentar
Posting Komentar