Apakah Hukum Penawaran dan Permintaan tidak Berlaku untuk Beras di Indonesia?

 Video recap aku buat untuk kalian yang lebih suka info dalam bentuk grafis dan audio. Yah generasi lebih muda sepertinya tidak terlalu suka membaca sehingga aku akan memulai pembagian informasi dan edukasi dalam bentuk audio dan video podcast

YOUTUBE

TIKTOK


Pertama aku ingin menyampaikan sebuah berita yang aku dapatkan beberapa hari lalu dengan narasi pemerintah Indonesia sukses mengekspor beras ke luar negri. aku ambil berita dari Tempo dengan judul "Bapanas: RI Telah Ekspor Beras Khusus ke Arab Saudi dan Negara Lain" yang diterbitkan pada 22 Mei 2025 (1). inti dari berita itu adalah indonesia telah sukses pada periode ini dengan swasembada pangan serta dianggap aman dalam ketersediaan beras secara khususnya sehingga dapat dilakukan ekspor ke negara lain. aku tambahkan berita lain dari Integritas News dengan judul "Menteri Jepang Mundur karena Krisis Beras, Indonesia Kokoh dengan Produksi Meningkat" yang diterbitkan pada tanggal 21 Mei 2025 (2). Karena aku sedang di Jepang, terkonfirmasi memang bahwa menteri Pertanian yang bernama Taku Eto. yah konfliknya memang agak panjang dan ada urusan dimana Taku Eto mengutarakan sesuatu yang tidak layak disampaikan oleh pejabat tinggi namun fakta lapangan juga linier dimana harga beras di Jepang meningkat sejak aku pertama datang kurang lebih 2000 yen. 

beberapa sumber yang aku baca seperti USDA peningkatan harga beras di jepang ini berkaitan juga dengan ketersediaan produksi pangan di Jepang yang dalam beberapa tahun ini mengalami penurunan jika ditarik secara trend sejak tahun 2016 (3). simpel saja, hukum ekonomi dasar dimana barang sedikit, maka harga barang meningkat. artinya kasus di Jepang berkaitan dengan produksi pangan di Jepang yang terus menurun. jika dibandingkan dengan Indonesia maka isi artikel dari Integritas News kurang benar perbandingannya, karena pertanyaannya akan menjadi:



Produksi Beras di Jepang Turun, Harga Beras di Jepang Naik. Tapi Mengapa Produksi Beras di Indonesia Naik, Harga Beras Tetap dan Cenderung Naik? 

Ada sebuah artikel menyebutkan bahwa harga beras dunia turun karena indonesia stop impor beras yang disampaikan langsung oleh Mentan (Menteri Pertanian) (4). artinya kita bisa menyimpulkan bahwa jumlah atau volume beras di dalam negri sedang tinggi dan indonesia stop impor beras. jika sebesar itu berdampak pada harga pasar Internasional, mengapa pasar domestik malah cenderung naik harganya? harga beras dan komoditas lain kita bisa cek (5), dan hari ini pada tanggal 24 April 2025 ketika aku menulis artikel ini, lihat trendnya

Panel Harga Beras Premium dan Medium pada 24 Mei 2025 (5)

jika dibandingkan dengan harga tahun 2023 sudah sangat jauh harga beras hari ini, dan terus meningkat pada tahun 2024 (wana hijau). tapi pada tahun 2025 (biru) harga cenderung naik padahal hal ini berlawanan dengan kondisi ketersediaan barang khususnya beras yang dibilang bisa menurunkan harga beras internasional. 

hal ini juga sempat disinggung oleh PKS melalui artikel dengan judul "Harga Beras Dunia Turun, Legislator PKS: Mengapa Harga Beras Indonesia Naik ?" kata Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Johan Rosihan (6). dia menyebutkan yah walaupun perbandingannya bukan dari segi volume, namun masih masuk akal jika kita sambungkan benangnya. artinya orang tua ku, saudaraku, teman temanku dan seluruh rakyat di Indonesia seharusnya sekarang pada kondisi beras sedang melimpah, menikmati harga beras yang turun. tapi mengapa malah naik?

dari artikel yang sama dia juga menyebutkan "Masalah sebenarnya ada di distribusi, stok, dan potensi permainan harga oleh pedagang besar. Pemerintah harus serius mengatasi itu, bukan hanya bangga dengan klaim pengaruh global" kata Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Johan Rosihan (6). mari kita bahas.

Ekspor Untuk Meningkatkan Harga?

ini adalah teori yang aku breakdown berdasarkan beberapa artikel dan menyambungkan dengan kondisi Indonesia saat ini. tiba - tiba saja keran ekspor untuk beras dibuka drastis ketika Indonesia baru saja mendapatkan angin segar tentang bagaimana berhasilnya panen dan produksi beras pada periode ini. Mengapa terburu buru? mengapa tidak digunakan dalam negri dulu untuk menekan harga dalam negri?

teorinya sebenarnya sederhana, urutannya gini:

  1. jika volume beras melimpah, maka harganya akan turun. Kita sebut saja Indonesia sebagai batas wilayahnya.
  2. Jika harga turun, maka pengepul dan pengusaha beras merugi
  3. Maka simpel saja, kirim dan jual beras ke lokasi yang kurang beras (contoh luar negri, arab saudi dll) maka mereka dapat harga beras lebih mahal karena ekspor, sekaligus menjadikan harga dalam negri menjadi tidak turun karena volume beras dalam negri (Indonesia) menjadi berkurang akibat ekspor.
Masuk akal? realita? semoga saja tidak, semoga saja ini hanya sebatas teoriku dan salah. semoga negara Indonesia masih dipimpin orang orang yang punya hati dan masih takut dituntut oleh 280 juta orang di akherat nanti.

postingan ini adalah landasan mengapa literature review aku lakukan, pada postingan berikutnya aku akan coba melakukan review terhadap hal ini namun dari segi hidrologi dan bahaya apa yang menanti kedepannya.


Sumber:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembuatan Alat Tanam Hidroponik dari Botol Bekas

Malinformasi Narasi Selamatkan Raja Ampat

Panduan Pendakian Santai Gunung Takao