Atap Jawa Tengah Part 5 (Wisata Jogja)
Usai makan, kami segera menuju ke sebuah jalan kecil di
pasar. Kemudian sedikit bertanya jalan dan kami melanjutkan perjalanan. Hal
yang menyenangkan dan tidak biasa adalah, kami semua menyusuri jalanan kecil
kota jogja ini dengan membawa carrier besar di punggung kita. Memang menjadi
sebuah tontonan unik ketika masing – masing dari kami berjalan berurutan dengan
membawa tas ini. Tapi hal ini rasanya sedikit berbeda. Karena mungkin kota
jogja adalah kota wisata, mereka merespon dengan baik dan tersenyum dengan
melihat apa yang kami bawa. Yang mereka lihat bukanlah orang – orang pendaki
gunung yang sok ingin mencari perhatian, tapi bagi mereka, kami adalah
wisatawan remaja yang sedang bersenang – senang.
Tak begitu jauh dari tempat kami bertanya, terdapat ibu –
ibu penjaga warung yang menawarkan sedikit tempatnya untuk kami. Dia juga
memberikan saran untuk meninggalkan tas kami dulu selama kami berkeliling di
taman sari agar kami tidak kelelahan. Benar – benar ibu yang baik, walaupun
beberapa yang berada di warung itu tampak seperti preman dengan banyak tato di
lengannya, tapi tentu saja setelah ibu itu meyakinkan kami, kami memutuskan
untuk meninggalkan barang – barang bawaan kami di warung tersebut dan
melanjutkan perjalanan untuk menikmati wisata kali ini.
Taman sari adalah tempat wisata yang cukup ramai. Tapi
sebelumnya, kami pergi ke sebuah lorong. Sebuah tempat yang turun memasuki
bawah tanah. Menyusuri gelapnya lorong demi lorong. Kemudian terdapat sebuah
tempat di tengah – tengah bangunan tersebut dimana sebuah cahaya bisa masuk. Di
dekat sana terdapat tour guide yang sedang memberikan instruksi kepada beberapa
pengunjung. Dia sedang menjelaskan tentang sebuah pintu masuk yang seperti
tempat imam memimpin sholat di masjid – masjid biasanya. Ya, ini memang sebuah
masjid sebenarnya, hanya saja masjid yang berada di bawah tanah.
Masjid tersebut dahulu kala digunakan oleh kesultanan di
jogjakarta. Sedangkan ruangan tengah kosong dengan tangga – tangga yang terkena
cahaya adalah tempat dimana dahulu imam dan pemuka agama memberikan ceramahnya
dan peserta mengelilingi tempat tersebut sambil mendengarkan setiap ucapan dari
pemuka agama tersebut. Ada pula tempat imam yang memimpin sholat di tempat
tersebut. Mungkin bangunan ini sudah menjadi sebuah tempat yang berbeda dari
dulu, karena dahulu tempat tersebut pernah menjadi sebuah rawa sebelum akhirnya
dipugar. Begitu tutur kata guide yang menjelaskan pada kami.
Taman Sari |
Bangunan ini memang benar – benar unik. Bentuknya yang
melingkar memberikan nilai arsitektur yang sangat tinggi. Dengan bentuk seperti
itu serta tembok yang menjadi saksi bisu tentang bagaimana kehidupan masa lalu
yang terjadi dahulu menjadi tempat yang benar – benar menyenangkan. Seolah kita
berjalan menyusuri waktu, meninggalkan masa kini dengan kebisingan suara
motornya. Walau sedikit ramai karena banyaknya pengunjung, tempat ini masih
memberikan sedikit rasa tenang dan nyaman bagi orang yang mengunjunginya.
Setelah keluar dari masjid bawah tanah tersebut, kami
berjalan menyusuri jalan setapak dimana wisatawan dalam negri maupun asing
sedang berjalan menuju taman sari. Sedikit kebingungan memang pada awalnya
untuk memilih jalan mana yang akan kami ambil. Tapi dengan mengikuti wisatawan
– wisatawan yang sedang berjalan, kami akhirnya sampai di sebuah tempat dimana
kami diminta untuk membeli tiket yang seharga 5 ribu rupiah. Entah benar atau
tidak, kami sepertinya berada di taman sari. Yah, karena tidak ada guide yang
menjelaskan bagaimana dan apa bangunan ini, maka aku akan menceritakan
bagaimana keindahan arsitektur taman ini.
Memang benar jika tempat tersebut disebut dengan taman.
Ketika masuk dan menyerahkan tiket, kita akan melewati tangga dan diujung
tangga disambut dengan 2 buah kolam yang indah. Dengan sebuah bangunan unik
bertingkat yang berada di kiri kita. Bangunan unik bertingkat 3 dengan atap
yang benar – benar khas. Seperti ada campur tangan arsitektur china dipadu
dengan arsitektur Jawa yang memberikan gambaran beragamnya orang – orang
terdahulu yang hidup di daerah ini. Kedua kolam tersebut dipisahkan dengan
sebuah jalan di tengah – tengah kolam itu. Dengan dihiasi bunga – bunga di pot
besar yang menjadi keindahan sendiri. Di kanan, bangunan rumah yang lebih kecil
dengan sebuah pintu tepat di tengah – tengahnya.
Modelnya masih seperti naik gunung :-D |
Kereen. :-D |
Awal mula tentu saja aku berjalan menyusuri kolam – kolam
tersebut. Ada tulisan dilarang memasuki kolam disana. Banyak wisatawan yang
sedang berfoto – foto. Aku hanya berjalan kemudian memasuki bangunan rumah
kecil di arah kanan setelah tangga awal. Setelah memasuki pintu tunggal di tengah
– tengah rumah tersebut, ada 2 buah ruangan di kanan kiri. Di ruangan sebelah
kiri, kosong, hanya sebuah jendela dan bau debu khas bangunan lama. Sedangkan
di ruangan sebelah kanan, ada sebuah meja dan kursi yang tampak kursi tersebut
sudah mulai melapuk. Andai ada guide disini, mungkin aku dapat diberikan
kejelasan apa maksud dari ruangan – ruangan tersebut. Yah tapi untuk saat ini,
aku hanya bisa menjelaskan bagaimana keadaan di tempat tersebut.
Segera setelah itu aku berjalan menuju bangunan yang lebih
besar. Bangunan unik ini jika memang diamati, terdapat 3 tingkat dengan masing
– masing ada 1 ruangan di setiap tingkatannya. Memasuki dasar dari bangunan
ini, aku tersadar, ada kolam lain. di balik bangunan ini terdapat kolam yang
lebih kecil daripada kolam yang sebelumnya. Dan kolam ini hanya ada satu tanpa
dipisah apapun. Kemudian ada sebuah tangga kayu dengan kemiringan yang cukup
curam, aku pun menaiki tangga tersebut. Sesampainya di tingkat 2, aku langsung
menaiki tangga selanjutnya. Tangga kayu yang berdecit apabila diinjak pada
setiap anak tangganya. Pada ruangan tertinggi bangunan itu, ada beberapa orang
turis yang berasal dari china sepertinya (dari bahasanya) sedang melihat –
lihat pemandangan. Ruangan ini kosong, tetapi ada 4 jendela pada masing –
masing sisi ruangan. Jendela ini memungkinkan untuk melihat ke segala arah sisi
bangunan. Mungkin jika aku beranggapan, bangunan ini memang didesain untuk
digunakan melihat setiap sisi dari taman ini.
Selesai melihat – lihat pemandangan, aku memutuskan untuk
kembali bersama teman – teman ke warung awal untuk mengambil tas kami. Hari
juga sudah semakin sore. Setelah mengambil tas, kami berjalan menyusuri
padatnya jalanan jogjakarta. Jogjakarta memang sedikit berbeda, sepanjang kami
berjalan, kami selalu saja melihat toko, entah itu toko makanan, baju, maupun
pernak – pernik yang lain. mungkin karena banyaknya tingkat wisatawan yang
berkunjung ke kota ini menjadikan bisnis seperti ini menjadi sangat
menguntungkan. Tak lama kami berjalan, kami sampai di sebuah masjid di tepi
jalan. Kemudian kami beristirahat di masjid tersebut. Sembari membahas apa yang
akan kita lakukan selanjutnya.
Lihat Juga
http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2015/09/atap-jawa-tengah-part-1-awal-perjalanan.html
http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2015/09/atap-jawa-tengah-part-2-start-to.html
http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2015/09/atap-jawa-tengah-part-3-perjuangan.html
http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2015/10/atap-jawa-tengah-part-4-turun-hingga.html
http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2015/10/atap-jawa-tengah-part-5-wisata-jogja.html
http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2015/10/atap-jawa-tengah-part-6-sampai-jumpa.html
Lihat Juga
http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2015/09/atap-jawa-tengah-part-1-awal-perjalanan.html
http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2015/09/atap-jawa-tengah-part-2-start-to.html
http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2015/09/atap-jawa-tengah-part-3-perjuangan.html
http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2015/10/atap-jawa-tengah-part-4-turun-hingga.html
http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2015/10/atap-jawa-tengah-part-5-wisata-jogja.html
http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2015/10/atap-jawa-tengah-part-6-sampai-jumpa.html
Komentar
Posting Komentar