Tour de Bali - Lombok Part 2 (Bali? Lombok?)



Nusa dua Bali

1 Januari 2018, kami masih lelah karena kegiatan tahun baru semalam yang sangat meyenangkan. Kami tidak berencana banyak hari ini, hanya berencana menikmati rujak. Kami juga berencana meminjam kamera go pro untuk nantinya kami bawa ke lombok. Tapi hari ini kami sekedar berkeliling saja. Akhirnya kami menyelesaikan hari ini dengan menikmati rujak khas bali yang direkomendasikan oleh luthfi dengan minuman manis.

Keesokan harinya tanggal 2 Januari 2018 kami mulai memulai tour kami di pulau dewata ini. Dimulai dari sarapan sehat kami di rumah luthfi yang kemudian dilanjutkan menjadi perjalanan panjang mengelilingi pulau bali. Yah memang tidak seluruh bali sih, hanya sekitar daerah denpasar saja. Perjalanan pertama kami adalah menuju nusa dua. Kalau menurut ceritanya, nusa dua merupakan sisi lain dari Indonesia dan bali. Disini kehidupan benar – benar berbeda karena menjadi tempat elit nan mewah dan seringkali digunakan untuk pertemuan internasional. Sehingga bisa dibayangkan pastinya bagaimana orang – orang yang membawa amanah dari masing – masing negaranya berkumpul di satu tempat yang bernama nusa dua ini.

Pantai Pandawa

Kami melewati jalanan, maksudku adalah jalan tol. Bukan jalan tol biasa, namun ini adalah jalan tol terindah kata guide luthfi inayah. Yah memang indah, bukan karena bangunannya, namun karena pemandangan di sekitarnya. Jika benar – benar diamati, jalan tol ini berdiri semacam di areal air yang luas. Sepertinya selat atau laut ah entahlah aku juga belum melihat peta atau mencari tahu lebih dalam tentang jalan tl yang dibangun sebagai penguhubung menuju nusa dua tersebut. Namun bisa dilihat bahwa jalan tol ini merupakan salah satu proyek yang sangat ambisius untuk menuju bali sebagai tempat wisata yang lebih baik. Jalan tol ini menyediakan jalan untuk motor dan mobil secara terpisah seperti saat melewati jembatan suramadu yang menghubungkan pulau jawa dengan pulau madura,  sehingga berkendara dengan kendaraan roda dua di jalanan ini relatif aman. Walaupun sesekali angin berhembus cukup kencang dari arah samping kami.

Banyuwangi - Bali

Kondisi Gilimanuk yang sedang badai

Nusa dua merupakan tempat yang aneh menurutku, seperti memasuki perumahan yang sangat elit dengan berbagai fasilitas untuk orang – orang elit dan menjadi tempat tinggal bagi orang – orang elit. Disini banyak turis yang berkeliaran dan yang menakjubkan di tempat yang seperti perumahan ini terdapat bioskop. – bingung gak sih? Aku sih bingung banget, yang pertama aku sebut sebagai seperti perumahan karena jalanannya yang bukan aspal, melainkan paving. Kemudian taman – taman indah yang terawat, benar – benar sebuah area yang benar – benar menakjubkan. Ada beberapa spot untuk jogging, spot untuk berbelanja, bioskop dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sepertinya keamanan di tempat ini sangatlah terjaga seperti perumahan – perumahan mahal pada umumnya. Jika aku membandingkan, permata jingga yang ada di kota malang yang menurutku elit sih jadi semacam perumahan murah jika dibandingkan nusa dua ini.

Tujuan kami adalah pantai yang sayang nya aku lupa namanya hehehe. Namun dengan ciri yang masih benar – benar terpampang jelas di ingatanku. Pada waktu itu kami datang bertepatan dengan acara sebuah festifal dimana patung – patung menyala pada malam hari. Namun tujuan kami bukan itu, melainkan pantai yang ada di belakang festifal itu. Dimana ombaknya yang cukup besar menghantam karang dengan kerasnya. Jajaran karang tajam di pantai itu dapat membuat ombak terlempar lebih tinggi dan menjadi pemandangan yang fantastis tentang kekuatan dari alam. Yah walau masih ada saja orang – orang gila yang melewati batas aman dari ombak kemudian diteriaki oleh penjaga yang ada. Bukan karena apa, karang – karang yang ada di pantai ini sangat tajam sehingga akan sangat berbahaya jika terpeleset atau terdorong dan jatuh di sekitar karang – karang tajam ini.

Alun - Alun Bali

Lupa namanya wkwkwk

Lokasinya sama kayak foto diatas

Selanjutnya? Kami bergerak lagi, kali ini aku diajarkan oleh perjalanan ini tentang indahnya saling menghormati. Yah tak jauh dari areal nusa dua, dan sepertinya sih memang masih di lokasi nusa dua, terdapat wujud kerukunan umat beragama di Indonesia. Ada beberapa tempat ibadah umat beragama yang berdampingan berjajar. Kita memang berbeda, terkadang suku, agama, dan perbedaan lainnya membuat konflik diantara kita, namun toleransi adalah hal yang mulai susah dilakukan. Aku tidak menyalahkan golongan, tidak menyalahkan perseorangan, tidak pula menyalahkan keadaan. Karena ketidak toleransian akan menghasilkan saling menyalahkan dan memperpanjang konflik. Begitu kata artikel yang aku baca di sebuah papan di depan tempat – tempat ibadah itu ketika kami sedang memarkir motor.

Pelajaran selanjutnya adalah tentang bagaimana kekuatan manusia untuk merubah alam, bagaimana bisnis bisa mengalahkan ketidakmungkinan. Bagaiamana roda ekonomi yang menjadi tumpuan dan pondasi dapat menjadi dasar yang kokoh, namun alam sedikit disingkirkan. Tercermin pada tujuan kami selanjutnya yaitu pantai Pandawa. Pada cerita pewayangan pandawa merupakan kembar 5, yudhistira, bima, arjuna, dan sikembar nakula sadewa. Pantai ini merupakan perwujudan cerita pewayangan tersebut. Terdapat 5 buah patung yang menggambarkan masing – masing karakter pewayangan tersebut di pantai ini. Kemudian apa hubungannya dengan pembelajaran itu?
sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu aku pernah ke pantai pandawa ini. Kala itu tidak seperti ini. Seperti ini yang aku maksud bagaimana manusia membelah tebing untuk dijadikan jalan, bagaimana terlihat hotel megah diatas tebing yang sedang dibangun, bagaimana sekarang fasilitas sudah berubah menjadi komoditas. Roda ekonomi memang lebih terasa disini, warung kecil menjadi rumah makan, dan rumah makan menjadi restoran. Namun alam dimana? Aku senang berada disini, saat ini, namun yang aku ingat, aku lebih senang berada di sini 2 atau 3 tahun yang lalu.

Pantai pandawa

Padang Bai Menuju Lombok


Usai pantai pandawa yang benar – benar panas hari itu, kami langsung menuju rumah luthfi. Kelelahan hari itu, namun sesuai rencana, kami harus berada di Lombok besok. Tepatnya kami harus sudah berpindah pulau untuk keesokan harinya sehingga kami hari ini akan sangat – sangat memanfaatkan waktu kami untuk beristirahat. Hari itu panjang, namun esok akan lebih panjang.

3 Januari 2018. Pagi ini kami sarapan seperti biasa. Menikmati pagi seperti sebelumnya. Mendengarkan rutinitas agama seperti biasa dan menonton acara TV seperti biasa. Tas kami sudah tertata dengan baik beserta seluruh barang bawaan kami. Tidak banyak, malah lebih banyak barangku yang aku tinggalkan. Hingga siang itu kami berpamitan kepada 2 orang tua luthfi. Menyalakan motor, memanasinya, memberinya oli, kemudian kami berangkat. Melewati jalanan lagi, menyebrangi laut lagi, laut yang lain, pulau yang lain.

Pelabuhan yang kami tuju adalah pelabuhan padang bai. Sedikit berbeda dengan pelabuhan gilimanuk atau ketapang yang banyak sekali kapal berlabuh disana, disini kapal tidak begitu banyak. Dermaga pun juga tidak begitu besar dan banyak seperti yang ada pada ketapang maupun gilimanuk. Pelabuhan padang bai jika dilihat di peta sedikit berada di bali sebelah timur, namun masih sisi selatan. Tidak terlalu jauh dari denpasar sehingga kami hanya butuh waktu sekitar satu setengah jam saja dari rumah luthfi hingga akhirnya sampai di pelabuhan padang bai. Aroma asin laut sudah tercium lagi, disini kami harus memeriksa administrasi, motor, perlengkapan yang lain, surat – surat diawasi dengan cukup ketat. Kemudian kami pun akhirnya mengantri untuk keberangkatan kapal feri di tempat yang ditentukan. Namun sore itu kami harus menunggu lebih sabar lagi, ternyata karena kapal yang akan kami tumpangi masih perjalanan dan terdapat beberapa kendala lain di dermaga, kami baru menaiki kapal sekitar jam 18.00 WITA. Cukup terlambat dengan bayangan kami yang seharusnya sore itu kami sudah berangkat ke lombok.

Kapal berangkat sekitar satu jam setelah kami menaiki kapal. Perjalanan menuju pelabuhan lembar cukup lama. Dengan jarak yang cukup jauh, ditempuh dengan perjalanan kapal dari padang bai – lembar membutuhkan waktu sekitar 4 – 5 jam. Diluar juga terlihat dingin, namun ketika kapal kami mulai meninggalkan pulau dewata, kami juga disuguhi pemandangan luar biasa dari matahari terbenam. Aku merupakan orang yang hobbi melihat pemandangan ini, namun dari atas gunung. Ketika melihat ini semua, aku mengatakan pada diriku sendiri, petualanganku terbayar tuntas hari ini. Kami menikmati udara yang berat khas dataran rendah khsusnya pantai dengan ditemani langit yang semakin memerah disana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Lembah Shosenkyo, Jungle Track, Air terjun, dan Rope Way

Kawaguchiko, Fuji, dan Momiji

Mengapa Analisa Keruntuhan Bendungan Cirata dan Jatiluhur Begitu Kompleks? Bahkan Bisa Membutuhkan Ratusan Skenario yang Perlu untuk Dimodelkan