1. Bangunan Pelimpah
Bangunan
pelimpah merupakan bangunan pelengkap dari embung yang berfungsi untuk
mengalirkan air berlebih dari tampungan secara aman menuju ke arah hilir.
Terdapat berbagai macam tipe dan bentuk embung yang dapat digunakan dan
bangunan pelimpah yang digunakan pun dapat menyesuaikan tipe embung serta
bentuk topografi yang ada. Bentuk bangunan embung yang dipilih adalah embung
dengan tipe gravity sehingga bangunan pelimpah dapat menyatu dengan tubuh
embungnya. Berdasarkan tipe dan kondisi dari embung sendiri digunakan mercu
dengan tipe Ogee 1 yang relatif lebih mudah dikonstruksi dan tipe mercu dengan
nilai koefisien debit yang cukup besar serta telah umum digunakan. Detail
perhitungan dijabarkan pada berikut ini:
1.1. Debit Desain Bangunan Pelimpah
Debit desain yang digunakan dalam perhitungan berdasarkan analisa hidrologi yang telah dilakukan sebelumnya. untuk debit yang digunakna desain dalam perencanaan embung Conto adalah debit dengan periode ulang 100 tahun yang mana tinggi jagaannya kemudian dikontrol dengan debit dengan periode ulang 1000 tahun.
Hasil
perhitungan hidrologi yang telah dilakukan terkait dengan embung Soal dapat
dilihat pada Tabel berikut ini:
Hasil Analisa Debit Banjir Rancangan Embung Soal |
1.2. Perhitungan Lebar Pelimpah dan Kapasitas Debit Pelimpah
Perhitungan lebar pelimpah sangat
bergantung pada debit yang digunakan pada lokasi pekerjaan. Dengan CA yang
cukup besar, embung Soal memang berpotensi memiliki debit banjir yang relatif
besar. Sehingga dengan debit sesuai analisa hidrologi yang telah dilakukan,
kapasitas mercu pelimpah harus mampu melewatkan debit banjir tersebut.
Hasil
pengukuran topografi menunjukkan bahwa tampungan banjir yang tersedia dari
kapasitas tampungan embung Soal relatif sangat kecil sehingga reduksi banjir
karena tampungan banjir dianggap 0%. Untuk perhitungan detail hasil coba – coba
didapatkan:
a.
Q100 = 97.548 m3/dt
b.
L = 25 m
c.
n Pilar = 1 buah
d.
P = 6 m
e.
Elevasi Mercu Pelimpah = +849.00 m
A. Analisa Koefisien Debit Pelimpah
Koefisien debit dihitung berdasarkan metode
Iwasaki
Dengan debit desain yang ada, dilakukan
coba – coba untuk mendapatkan nilai C, Hd, dan a sebagai parameter untuk
perhitungan kapasitas debit pelimpah.
Hasil Coba Coba Parameter Kapasitas Debit Pelimpah |
Sehingga hasil coba – coba menunjukkan
hasil untuk nilai
Hd =
1.470 m
a =
0.5836
C = 2.1897
B. Analisa Panjang Efektif Mercu Pelimpah
Panjang efektif mercu pelimpah sangat
dipengaruhi terhadap bentuk pilar dan abutmennya. Panjang efektif dihitung
berdasarkan pengurangan yang dipengaruhi oleh nilai koefisien abutmen dan
koefisien pularnya serta tnggi muka air yang terjadi kemudian dihitung dengan
persamaan berikut:
Le =
L – 2 x (n x Kp + Ka) x H
Denngan
Le =
panjang efektif (m)
L =
panjang mercu (m)
n =
jumlah pilar
Kp =
Koefisien pilar
Ka =
koefisien abutmen
H =
tinggi muka air (m)
Koefisien pilar dan abutmen didapatkan berdaasarkan bentuk pilar dan abutmen yang masing – masing nilainya disesuaikan berdasarkan Kriteria perencanaan yang ada.
Koefisien Pilar |
Koefisien Abutmen |
Kapasitas debit pelimpah untuk mercu dengan
bentuk Ogee dapat didekati dengan persamaan berikut:
Q =
C x Le x H3/2
Dengan
Q =
debit pelimpah (m3/dt)
Le =
panjang efektif mercu pelimpah (m)
H =
tinggi muka air diatas mercu pelimpah (m)
Hasil perhitungan yang dilakukan dengan
coba – coba dan penyesuaian dengan debit desain serta pertimbangan tinggi
jagaan yang ada didapatkan panjang mercu pelimpah adalah 25 m. sebagai Soal
perhitungan berikut disajikan perhitungan debit pada mercu pelimpah ketika H =
0.1 m.
Soal perhitungan:
H =
0.1 m
L =
25 m
Kp =
0.01
Ka =
0.1
Jumlah Pilar = 1
Le =
L – 2 x (n x Kp + Ka) x H
=
25 – 2 x (1 x 0.01+ 0.1) x 0.1
=
24.98 m
C = 1.6 x
= 1.6 x
=
1.66
Q =
C x Le x H3/2
=
1.66 x 24.98 x 0.13/2
=
1.312 m3/dt
Sehingga
untuk tinggi muka air 0.1 m, debit pada mercu pelimpah adalah 1.312 m3/dt.
Untuk perhitungan kapasitas debit pada tinggi muka air yang lainnya disajikan
pada bentuk Tabel dan grafik lengkung kapasitas debit diatas mercu pelimpah
sebagaimana berikut ini:
Kapasitas Debit Mercu Pelimpah Embung Soal |
Lengkung Kapasitas Debit Pelimpah Embung |
C. Penentuan Tinggi Jagaan dan Puncak Embung
Pada tampungan waduk yang memiliki volume
tampungan cukup besar akan dilakukan flood
routing untuk perhitungan tinggi
muka air banjir dan tinggi jagaan berdasarkan debit yang telah didhitung diatas
mercu pelimpah. Namun karena tampungan embung relatif kecil, maka tinggi muka
air akan dihitung langsung berdasarkan kapasitas debit yang telah dianalisa sehingga
dianggap bahwa reduksi banjir = 0%.
Hasil perhitungan dan penentuan tinggi jagaan serta puncak embung dikontrol dengan debit Q1000 sehingga hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel berikut ini untuk masing – masing debit pada periode ulang tertentu.
Perhitungan Tinggi Jagaan dan Puncak Embung Berdasarkan Lengkung Kapasitas Debit Mercu Pelimpah |
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengan
menentukan elevasi puncak pada elevasi +851.00 debit banjir desain masih berada
pada elevasi +850.48 m sehingga masih ada tinggi jagaan sekitar 0.52 m.
kemudian dikontrol dengan debit dengan kala ulang 1000 tahun, dengan elevasi puncak
pada elevasi +851.00 m tinggi muka air banjir masih berada pada elevasi +850.88
m sehingga masih aman.
1.3. Perhitungan Mercu Pelimpah
Penggambaran Mercu Pelimpah dengan Menyesuaikan Bentuk Ogee 1 |
Ogee 1 memiliki kemiringan hulu tegak
kemudian berdasarkan hasil perhitungan iwasaki dan coba – coba Hd yang telah
dilakukan sebelumnya didapatkan Hd = 1.478 m. sehingga dimensional mercu dapat
dihitung sebagai berikut:
Hd =
1.478 m
R =
0.2 Hd
=
0.2 x 1.478
=
0.296 m
R =
0.5 Hd
=
0.5 x 1.478
=
0.739 m
Xu1 = 0.282 Hd
=
0.282 x 1.478
=
0.417 m
Xu2 = 0.175 Hd
=
0.175 x 1.478
=
0.259 m
Koordinat lengkung harold dihitung sebagai
berikut:
X1.85 = 2 x Hd0.85 x Y
Sehingga Y =
0.359 x X1.85
Y’ =
0.664 x X0.85
Titik awal melalui gradien:
Y’ =
1
1 =
0.664 x X0.85
X0.85 = 1.507
X =
1.620
Y =
0.359 x X1.85
Y =
0.876
Koordinat Perhitungan Lengkung Harold |
Sesuai dengan parameter dan kordinat yang telah dihitung tersebut bisa digambar untuk bentuk mercu pelimpahnya.
1.4. Hidrolika Peluncur
Peluncur pelimpah merupakan bagian saluran
yang miring yang menerjunkan air dari puncak mercu menuju kolam peredam energi.
Tinggi muka air pada saluran peluncur tersebut dapat didekati dengan pendekatan
hidrolika. Pada perhitungan ini digunakan pendekatan persamaan energi spesifik
dimana energi spesifik merupakan energi yang timbul dari perbandingan kecepatan
dan debit yang terjadi. Energi spesifik bersifat tetap namun berbanding dengan
tinggi muka air dan kecepatan. Semakin tinggi kecepatan air, maka tinggi muka
air akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya.
Energi spesifik dirumuskan sebagai berikut:
Es = h +
= h +
Dengan
Es = Energi Spesifik
h =
tinggi muka air yang ditinjau (m)
Q =
debit (m3/dt)
q =
debit/satuan lebar (m2/dt)
A =
luas penampang yang ditinjau (m2)
Perhitungan Hidrolika pada Saluran Peluncur |
Hasil perhitungan yang telah dilakukan
selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan jenis peredam energi
yang bisa digunakan. Kolom ke 4 baris pertama merupakan tinggi muka air hasil
perhitungan kapasitas debit yang telah dilakukan dimana H = 1.48 m saat debit
desain. Kemudian dengan persamaan energi spesifik dapat dihitung masing –
masing section hingga section terakhir yang menjadi nilai y1 dengan besar y1 =
0.31 m dan memiliki bilangan froude sebesar Fr (y1) = 7.199
1.5. Perhitungan Peredam Energi
Kondisi perubahan tiba – tiba dari aliran superkritis menjadi aliran subkritis dapat menyebabkan fenomena yang dinamakan lompatan hidrolis. Lompatan hidrolis tersebut cukup sangat berbahaya apabila dibiarkan dan dapat menimbulkan potensi kerusakan. Kerusakan yang terjadi bisa gerusan hingga fenomena cave in dimana terjadi scouring pada bangunan mercu pelimpah. Sehingga untuk mencegah hal tersebut, didesain peredam energi yang dapat meredam lompatan hidrolis sehingga tidak berbahaya.Tipe peredam energi cukup banyak jenisnya.
Secara umum masing – masing memiliki syarat hidrolika tertentu untuk
keefektifan dalam penggunaannya yang diambil dari berbagai literatur. Sehingga
pemilihan tipe peredam energi yang tepat perlu disesuaikan dengan kondisi
hidrolika dari struktur yang direncanakan.
a.
Tipe Vlughter
Tipe vlughter secara bentuk hidrolis
merupakan peremuan suatu penampang lurus yang merupakan suatu lapisan struktur
lantai dengan endsill di hilirnya. Namun bentuk dan hidrolis ruang olak tipe
vlughter dipengaruhi oleh:
-
Cocok digunakan pada sungai
aluvial yang tidak membawa material batu besar. Kondisi ini sudah cocok dengan
kondisi lapangan dari embung Soal.
-
Dalamnya lantai ruang olakan
dari puncak mercu tidak lebih dalam dari 8 m. kondisi embung Soal memiliki
mercu pada elevasi +849.00 sedangkan kolam olak berada pada elevasi +842.00
sehingga terdapat perbedaan tinggi 7 m. sehingga kondisi ini cocok dengan
kondisi embung Soal.
-
Perbedaan muka air di hulu dan
hilir tidak lebih dari 4.5 m. kondisi ini tidak cocok dengan kondisi embung Soal
yang memilii tinggi muka air cukup signifikan.
Kolam Olak Tipe Vlughter |
a.
Tipe MDO dan MDE
Kolam olak tipe MDO dan MDE merupakan tipe
yang dikembangkan di laboratorium hidrolika pusat litbang Sumber Daya Air
(Pusair). Beberapa parameter hidrolika yang berpengaruh dan menjadi syarat dari
tipe ini adalah:
-
Kemiringan tubuh bendung bagian
hilir tegak sampai 1:1. Kemiringan mercu pelimpah embung memiliki kemiringan
1:1 sehingga kondisi ini sesuai dengan kondisi yang disyaratkan.
-
Bentuk mercu bulat. Mercu pelimpah
menggunakan mercu tipe ogee yang memiliki koefisien debit relatif lebih kecil
sehingga tinggi muka air rendah. Berbeda dengan fungsi embung yang digunakan
untuk menaikkan tinggi muka air secara maksimum dengan menggunkaan mercu tipe
bulat. Sehingga kondisi ini tidak sesuai.
Kolam Olak Tipe MDO |
a.
Olak Tipe Solid Bucket
Tipe solid bucket adalah kolam olak loncat
air yang dibuat agak melingkar sampai pada bagian cut off. Kolam olak ini lebih
cocok digunakan pada sungai yang membawa material besar seperti batu. Namun
kondisi lapangan menunjukkan bahwa sungai pada lokasi rencana embung tidak ada
potensi membawa material tersebut sehingga lebih cocok digunakan kolam olak
dengan tipe lainnya.
Kolam Olak Tipe Bucket |
a.
Tipe USBR II
USBR atau singkatan dari United States
Bureau of Reclamation adalah agensi federal dibawah Departemen Interior amerika
Serikat yang mengawasi terkait dengan sumber daya air. USBR mengembangkan kolam
olak yang bisa digunakan dan secara hidrolika terdapat beberapa aspek yang
mempengaruhi sehingga terdapat beberapa perubahan pada kolam olaknya. Secara
umum kolam olak tipe USBR ditinjau dari bilangan froudenya dimana untuk USBR II
memiliki syarat bilangan froude pada Y1 berkisar 1.7 sampai dengan 2.5. karena
bilangan froude hasil analisa hidrolika sebelumnya adalah 7.199 maka tidak
cocok dengan kondisi yang ada.
Kolam Olak USBR II |
a.
Tipe USBR III
Tipe USBR III menambahkan Buffle blok dan
endsill yang lebih sederhana. Syarat utama dari USBR III adalah bilangan froude
> 4.5. karena kondisi dari hasil analisa hidrolika sebelumnya pada Y1 adalah
11.806 maka kondisi sesuai.
Kolam Olak USBR III |
a.
Kolam Olak USBR Type IV
Kolam olak USBR tipe 4 menghilangkan Buffle
Blok yang ada di tengah. Panjang lantai yang digunakan pun relatif lebih
panjang daripada kolam olak USBR IV. Bilangan froude pada Y1 yang disyaratkan
adalah berkisar antara 2.5 sampai dengan 4.5. karena bilangan froude pada Y1
hasil analisa sebesar 7.199 maka kondisi tidak sesuai.
Kolam Olak USBR IV |
Sehingga
kesimpulan dari berbagai macam kolam peredam energi yang bisa digunakan dalam
meredam energi dan masing – masing faktor yang mempengaruhi serta setelah
dicocokan dengan desain, paling sesuai adalah dengan menggunakna kolam olak
tipe USBR III.
B. Analisa Dimensi Kolam Olak
Dimensional USBR III Sesuai dengan KP Irigasi |
Agar lebih mudah dan sederhana, perhitungan menggunakan grafik sebagaimana pada pedoman USBR.
Grafik Penentuan Panjang Kolam Olak untuk USBR I, II, dan III dari pedoman USBR |
Grafik Dimensional Buffle Blok dan End Sill |
Dari analisa hidrolika yang telah dilakukan
diketahui:
Y1 = 0.3105 m
Fr1 = 7.199
Y2 = (0.5 x ((1 + (8 x Fr2)0.5-1)
x Y1
=
(0.5 x ((1 + (8 x 7.199)0.5-1) x 0.311
=
3.01 m
Sehingga tinggi muka air setelah lompatan
hidrolis adalah 1.53 m.
Berdasarkan grafik panjang kolam olak
didapatkan
Fr1= =
7.199
L/Y2 =
2.597
L =
2.597 x Y2
=
2.597 x 3.01
=
7.82 m
Sehingga panjang kolam olak adalah 7.82 m
Berdasarkan gambar, jarak anatara buffle
blok ke chute blok adalah
Jarak Buffle Blok = 0.8 x Y2
=
0.8 x 3.01
=
2.41 m
Berdasarkan grafik didapatkan:
H3/Y1 = 1.812
H3 = 1.812 x Y1
=
1.812 x 0.311
=
0.563 m
Sehingga tinggi buffle blok adalah 0.564 m
H4/Y1 = 1.406
H4 = 1.406 x Y1
=
1.406 x 0.311
=
0.436 m
Sehingga tinggi end sill 0.436 m.
1.6. Perlindungan dan Ketahanan Struktur Terhadap Gerusan (Scouring)
Kerusakan
struktur yang paling sering terjadi bermula karena gerusan yang teradi. Kolam
olak yang didesain umumnya sudah cukup kuat, namun karena perbedaan massa jenis
dari struktur beton dan struktur tanah yang cukup besar di hilir dari lompatan
hidrolis berpotensi terjadi proses gerusan (scouring). Kemudian kolam olak akan
rusak dan dilanjutkan dengan bangunan utama apabila tidaks segera diatasi.
Sehingga untuk menghindari proses tersebut, dibuatlah kaki lantai pada ujung
lantai olak dan ditambahkan material rip rap pada hilir untuk mengantisipasi
terjadinya scouring sehingga struktur menjadi lebih aman. Perhitungan dapat
dilakukan dengan metode Zimeerman dan Naniak sebagai berikut:
Qd =
97.55 m3/dt
B =
25 m
Debit per meter pelimpah (q) = 3.902 m2/dt
Tinggi air dihulu main dam (hh) = 1.256 m
Diameter batu kali (d) = 0.8 m
Sehingga didapatkan kedalaman gerusan = 3.68 m
Sehingga untuk perlindungan gerusan diambil
3.7 m pada bagian hilir.
Komentar
Posting Komentar