Jika Kasus Pagar Laut Tidak Ditindak Tegas dan Tuntas, Maka Konsekuensinya...

UMUM

 Pihak pengembang masih mendebat dan berargumen bahwa tanah yang telah menjadi HGB di lokasi pagar laut bambu di Tangerang merupakan dampak dari abrasi. Ada narasi juga dari bapak - bapak yang tinggal disana menyanggah argumen tersebut dan mengatakan perjuangan mereka masih jauh dari kata selesai dikarenakan pagar laut tersebut hanya sebagian kecil dari permasalahan utama yang mereka hadapi. 

Faktor lain yang perlu juga kalian perhatikan dari segi bisnis dimana saham CBDK (Bangun Kosambi Sukses Tbk) dan PANI (Pantai Indah Kapuk Dua) yang kerap kali menjadi 2 perusahaan yang ada kaitannya dengan Pagar Laut mengalami Auto Rejection Bawah pada perdagangan beberapa minggu ini. 

MENGAPA RAME MASALAH INI? JELAS, POTENSI CUAN

Cukup banyak yang bertanya tentang ini dan sebagian juga tidak mengerti dampaknya bagaimana. disini aku menggunakan skill dan pengetahuanku di bidang sumber daya air dan remote sensing dan berkesimpulan bahwa hal ini perlu diperbaiki. begini penjelasannya:

Analisa Sedimentasi Muara

Sebagaimana studi saat ini aku melakukan analisa pada kurang lebih 16000 sistem sungai di Indonesia dan bagi orang sumber daya air, mencari sungai yang bermuara ke laut dan akhirnya berpotensi membentuk sedimen itu sangat mudah. 2 cara yang umum adalah melihat dari degradasi lahan seperti yang aku lakukan sebelumnya  dimana pada pembahasan tersebut aku membandingkan 2 kondisi tutupan lahan pada 2 periode yang berbeda cara lain yang umum adalah dengan meninjau adanya gunung berapi. dikombinasikan dengan dominan arus laut seperti contohnya laut di utara jawa lebih kalem daripada di selatan karena bagian selatan adalah samudera dan lain sebagainya, kita bisa mengidentifikasi sungai yang berkemungkinan menjadi sedimen. 

Langsung saja aku ambil contoh kasus. kali ini kita ambil contoh Kompleks Pegunungan Tengger. ada 2 gunung berapi tuh disana yaitu Semeru dan Bromo. 

Semeru dan Bromo di Jawa Timur

Nah Semeru arahnya di selatan yang artinya kena samudra Hindia, ombaknya lebih besar sehingga dominannya sudah dipastikan adalah abrasi. kalau argumen abrasi digunakan di selatan jauh masuk akal. Nah berarti kita fokus ke sisi utara. aku pilih secara random aja ya, kalian kalau ke kompleks pegunungan Tengger dan di dekat gunung Bromo dari arah Pasuruan Probolinggo, ada sebuah air terjun yang sangat indah namanya air terjun Mada Karipura.

Air Terjun Madakaripura
Source: Kemenparekraf (Link dibawah)

Aku kesana ketika zaman SMA dan sangat indah. jadi random aja pilih ya, kalau ditelusuri sampai ke laut, air terjun yang indah ini akan sampai di muara. Bisa dicek dari google map seperti ini. jadi 2 syaratnya sudah aku penuhi, yang pertama sungai ini berada di bawah gunung Bromo yang merupakan gunung Berapi, dan mengalir ke sisi utara pulau Jawa yang gelombang lautnya relatif tidak terlalu besar. 2 syarat ini saja aku sudah yakin 90% tanpa analisa sedimentasi, dominannya adalah endapan di muara yang membentuk Delta.

Lokasi Sungai

Aku sedikit mencari tahu namanya dan mendapatkan nama sungai ini adalah sungai Laweyan. random aja dari google street view


dari 2 proses ini saja kami bisa menebak kalau sedimentasi dominan. selanjutnya tinggal pakai citra satelit untuk membuktikan. contoh aja ya kita gunakan citra satelit di 10 tahun lalu kurang lebih di taun 2014 seperti ini. 




Citra temporal tersebut diambil pada tanggal 16 Mei 2014. nah bayangkan aja nih studi kasusnya seperti ini:

Studi Kasus Beli Laut di 2014

"Aku membeli tanah tersebut karena sudah aku prediksi menjadi daratan karena proses sedimentasi. jadi aku pergi ke pemerintahan setempat, minta mereka buatkan girik atau surat penunjang lainnya. Bayar sana Bayar sini, aku dapat tuh suratnya. kira kira aku punya 5110 meter persegi"

gambarnya seperti ini kira kira. ingat ini di tahun 2014. yang aku klaim masih berupa laut seperti pada gambar citra sebelumnya. pastinya harganya murah dong ya, siapa juga yang kepikiran beli disana. tanda putih adalah garis pantai pada tahun 2014 dan garis oranye adalah tanah seluar 5110 meter persegi yang aku beli.



10 Tahun Kemudian

10 tahun kemudian kita pada tahun 2024 kita tinggal geser dari citra satelit sebagai berikut:


kalian bisa lihat sendiri dengan sedimentasi yang ada, 10 tahun kemudian garis pantai 2014 sudah full menjadi daratan dan tanah yang aku klaim pada tahun 2014, pada tahun 2024 sudah menjadi daratan secara utuh. proses sedimentasi ini yang bisa kita temukan dan umum ada di muara muara sungai. terkadang kalian akan mudah melihatnya dengan sisi muara sungai yang sedikit menjorok ke lautan dan membentuk tanjung. eits belum berhenti disini, aku berikan contoh lain.

2024, ada Proyek Pelabuhan

Bayangkan kemudian ada proyek pelabuhan, klaim dari daratan yang sudah jadi itu tentunya sudah valid. ketika pelabuhan dibuat dan tanah tersebut diminta untuk "dibebaskan", maka pemerintah akan membeli tanah tersebut dari kita. apakah harganya murah? jelas tidak. kita bisa menegokan hingga harga tertentu namun secara umum tentunya nilainya akan jauh lebih mahal daripada kita proses pada tahun 2014. Cuan bukan?

Kesimpulan

Contoh ini aku berikan dan menjadi contoh kasus hipotesa dari postinganku sebelumnya. Urgensinya adalah pemerintah perlu mengatur hal ini, jika tidak maka akan ada orang orang yang menggunakan cara yang sama untuk menguasai tanah tanah seperti ini. Andai pemerintah tidak melakukan apapun terkait kasus yang sedang ada, tidak ada tindakan tegas dan evaluasi serta tidak ada perbaikan terhadap regulasi. Akan kami bantu list dan bantu analisa lokasi sungai mana yang berpotensi menjadi sumber investasi masa depan. hanya saja hukuman akheratnya ditanggung masing - masing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membahas Klaim Pagar Laut Tangerang dengan Analisa Geospatial Sederhana

Pagar Laut Bambu di Tangerang, Sedimentasi untuk Sea Wall? Reklamasi? Makelar Tanah?