Pagar Laut Bambu di Tangerang, Sedimentasi untuk Sea Wall? Reklamasi? Makelar Tanah?

 Untuk kalian yang belum memahami masalahnya, aku sarankan baca tulisanku sebelumnya dulu. Masalah pagar laut di Tangerang ini menyimpan banyak pertanyaan yang mengganjal. Kali ini aku akan membahas secara spesifik dengan Analisa GIS dimana akan menjawab 2 hal yaitu tentang abrasi dan sedimentasi yang terjadi disana dan mengapa secara asumsi bisnis areal tersebut bisa diklaim sebagai hak milik? Aku juga akan membahas sedikit tentang bagaimana kemungkinan korelasi dengan NCICD Sea Wall Development Plan.

Rencana NCICD Sea Wall Development Plan
Sumber: NCICD Consortium, 2015

Areal pagar laut di Tangerang berada di muara dari sungai Cisadane. Sesuai dengan pembahasan sebelumnya dimana Daerah Aliran Sungai Cisadane mengalami degradasi lahan khususnya tutupan lahan berupa hutan yang terus berkurang menyebabkan sedimentasi di sungai ini menjadi tinggi. Ditambah dengan sampah (poin ini kemarin belum aku tambahkan) menyebabkan terjadinya pengendapan di muara. Degradasi lahan ini cukup signifikan. Aku menggunakan 2 data dari mghydro dimana menunjukkan tutupan lahan pada tahun 2000 dan 2020 sebagai berikut. Perhatikan yang warna hijau dan abu abu dimana warna hijau menunjukkan areal vegetasi dan abu abu menunjukkan areal terbangun.

Tutupan Lahan DAS Cisadane Tahun 2000

Tutupan Lahan DAS Cisadane Tahun 2020

Berdasarkan 2 data diatas dapat kita ketahui bahwa terjadi penurunan yang cukup signifikan di daerah hulu terkait dengan daerah vegetasi dan terjadi peningkatan areal terbangun. 2 faktor ini menjadi indikasi yang umum untuk peningkatan sedimentasi di sungai. Apakah dengan ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa dominan sedimentasi daripada abrasi? 

Distribusi Kecepatan dan Perilaku Sedimen

Bagian ini bagian ilmiah, sebuah penelitian menarik dilakukan oleh:

Rachman, R. A., Armono, H. D., Wibowo, M., Istiyanto, D. C., & Widagdo, A. B. (2023). Study of sediment distribution in Tanjung Pasir Banten based on bed load data. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1224, 012022. https://doi.org/10.1088/1755-1315/1224/1/012022

dimana penelitian yang dilakukan tepat dilokasi sengketa dengan mengecek beberapa distribusi ukuran butiran. kalian bisa baca sendiri secara lengkapnya namun secara umum, butirannya bervariasi. dia melakukan komparasi antara kedalaman dan kecepatan arus dan bahkan untuk sedimen yang didominasi oleh pasir sangat halus (very fine sand) masih ada titik pengendapan yang tidak jauh dari lokasi muara. artinya dengan sedimen yang lebih kecil pun masih Cenderung Mengendap

Rencana Proyek Tembok Laut

Aku masukkan bagian ini. beberapa penelitian menyebutkan tentang NCICD (National Capital Integrated Coastal Development) khusus terkait tentang Seawall atau tembok laut. kalian pasti tau bahwa tembok laut ini sudah menjadi polemik lama disana. sebagai disclaimer, aku mencoba mencari master plan untuk desainnya tapi yang beredar tidak banyak. satu peta yang cukup jelas dimana ada sungai Cisadane tidak menunjukkan adanya rencana reklamasi atau perubahan apapun seperti gambar ini dan dilokasi yang aku lingkari hitam adalah lokasi muara sungai Cisadane tempat pagar laut bambu itu ada.

Master Plan NCICD Sea Wall Development Plan (2015)
Sumber: NCICD Consortium, 2015

mungkin saja ada penambahan desain atau bagaimana yang secara faktual ternyata beberapa penelitian memberikan support analisa pada lokasi mega proyek ini tepat dengan lokasi pagar laut bambu itu. pertanyaannya, Apakah karena adanya rencana Tembok Laut ini Akhirnya Lautnya dibeli terlebih dahulu? Saya tidak tahuuu dan tidak ingin tahuuuuu wkwkwk, tapi kalau iya aku jamin cuan banget itu. sebelum ada pembangunan pastinya muraah doong apalagi kalau terbukti asal klaim, tapi begitu ada pembangunan? ada reklamasi? 

daripada mengada ada, fokus yuk ke penelitian kedua yang dilakukan oleh orang yang sama namun lebih detail dan dia bahkan secara jelas menyebutkan sebagai data pendukung untuk rencana NCICD SeaWall:

Rachman, R. A., Armono, H. D., Istiyanto, D. C., Wardani, K. S., Khoirunnisa, H., & Wijayanti, R. (2023). Study of current patterns in Tanjung Pasir Banten for supporting the NCICD SeaWall Development Plan. Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and Technology, 8(1), 1-9. https://doi.org/10.25299/jgeet.2023.8.1.10801

Penelitian kedua ini lebih detail karena melakukan analisa menggunakan beberapa kondisi. tapi secara umum, kita bisa menangkap bahwa dari distribusi kecepatan proses sedimentasi untuk pengendapan akan lebih dominan daripada abrasi maupun degradasi

Lanjut, ini aku screenshot penelitian terbaru dimana jurnal baru publish beberapa bulan lalu. Penelitian ini bahkan menunjukkan sudah ada desainnya dan bagaimana pengaruh sedimentasi dari sungai Cisadane ke desain sea wall yang ada. dilakukan oleh

Wibowo, M., Khoirunnisa, H., Wijayanti, R., Istiyanto, D. C., & Widagdo, A. B. (2024). Sediment transport modelling: Effect of the coastal reservoirs development plan in the Cisadane estuary-Indonesia. Environmental Earth Sciences, 83(562). https://doi.org/10.1007/s12665-024-11864-z

Ini Dari Dokumen Jurnal bisa kalian akses sendiri sumbernya sama seperti diatas
Wibowo, M., Khoirunnisa, H., Wijayanti, R., Istiyanto, D. C., & Widagdo, A. B. (2024). Sediment transport modelling: Effect of the coastal reservoirs development plan in the Cisadane estuary-Indonesia. Environmental Earth Sciences, 83(562). https://doi.org/10.1007/s12665-024-11864-z

Penelitiannya cukup menarik namun kalian bisa lihat bahkan sudah cukup detail. yang jelas beberapa section areal tanah yang sudah dimiliki masuk ke dalam areal desain rencana Sea Wall diatas. Artinya walaupun di gambar yang aku temukan di tahun 2015 muara sungai Cisadane tidak tertutup, sepertinya detail lain atau ada update lain yang mempertimbangkan penutupan Muara sungai Cisadane baru baru ini.

Citra Satelit Landsat dengan Modified Normalized Difference Water Index

Tenang, bagian ini simpel kok. untuk lebih membuktikan bahwa proses sedimentasinya lebih dominan endapan kita bisa menggunakan citra satelit. Citra satelit yang aku pilih adalah citra satelit Landsat dengan resolusi grid 30 m. aku ambil di 2 periode yang berbeda dan aku ambil pada musim kemarau (sekitar Juni - September) dimana 2 periode itu pada tahun 2021 sebagai acuan awal (katanya pagar laut dipasang sejak 2022) dan pada periode 2024. selanjutnya dari 2 citra satelit itu aku olah sedikit dimana aku ambil band 3 dan band 6. intinya biar dapat MNDWI rumusnya di citra Landsat 8 dan 9 itu (Band 3 - Band 6) / (Band 3 + Band 6).

Untuk Apa MNDWI?

MNDWI digunakan untuk melihat yang mana areal daratan (land cover) dan yang mana areal perairan atau areal laut dalam kasus ini. menggunakan kombinasi Band tersebut, kita bakal dapat citra yang mana daratan yang mana lautan. daratan akan berwarna lebih cerah sedangkan perairan akan berwarna lebih gelap.

Langsung saja aku gunakan data Landsat 8 pada Periode 16 September 2021.

Citra Landsat 8, 16 September 2021 (Natural Color)

 Selanjutnya periode ke 2 aku mendapatkan dari Citra Landsat 9 pada periode 16 September 2024. tanggalnya sama tapi tahunnya berbeda sebagai berikut:

Citra Landsat 9, 16 September 2024 (Natural Color)

Sebenarnya dari Natural Color sudah cukup untuk melihat adanya sedimen yang mengendap di muara namun untuk lebih jelas akan aku gunakan MNDWI sebagai berikut:

MNDWI 2021

MNDWI 2024

kalian bisa lihat kan? sedimen yang mengendap di muara terlihat jelas dan bahkan hanya dalam waktu 3 tahun saja cukup untuk mengubah arah muara yang semula ke arah kanan dengan bukaan yang lebar kemudian mengendap dan memaksa sedimen pada tahun 2024 ke arah kiri. dengan 2 data ini sebenarnya aku lebih yakin bahwa dominan polanya adalah endapan sedimen yang membentuk delta. 

Kesimpulan

Aku tidak akan mengambil kesimpulan apakah ada hubungannya pagar laut bambu dengan rencana sea wall sehingga mengambil kepemilikan itu berkorelasi atau tidak. tentu saja aku bukan di posisi untuk menentang rencana sea wall namun aku lebih menentang pada proses yang tidak transparan dan ada indikasi kecurangan. Poinnya adalah dengan semua data, studi dan penelitan, dan analisa citra satelit seharusnya cukup untuk menggugurkan argumen bahwa pagar laut bambu itu untuk mencegah abrasi apalagi abang dari Jaringan Rakyat Pantura (JRP) yang katanya mahasiswa juga sudah diklarifikasi oleh pihak universitasnya bahwa dia telah Drop Out. Hipotesaku adalah:

"Semua data menunjukkan dominan terjadi pengendapan sedimen, sehingga argumen pemasangannya untuk proteksi akibat abrasi dan erosi sangat kecil kemungkinannya. bahkan pagar laut bambu cenderung akan mempercepat proses sedimentasi di sekitar muara agar lebih cepat terjadi pengendapan"

untuk apa? reklamasi? perumahan? sea wall? makelar tanah? jelas saya tidak tahu.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Postingan Terakhir Pagar Laut, Fakta Pengurugan Sungai

Kronologi Pecahnya Muara Sungai Citarum, Ini Masih Tentang Pagar Laut Loh!

Jika Kasus Pagar Laut Tidak Ditindak Tegas dan Tuntas, Maka Konsekuensinya...