Perjuangan meraih mimpi


Aku masih mendengar suara ayam yang sedang berkokok di sekitar rumahku. Ibuku sedang sibuk menyiapkan sarapan untukku di dapur belakang rumah. Ayah dan Adikku tentu saja masih tidur. Tetapi sudah menjadi hal yang lumrah dan menjadi hal yang normal ketika aku harus berjuang lebih keras pada masa – masa menjelang kelulusanku. Menjelang akhir masa – masa SMAku.

Jika Patrick bisa mengatakan bahwa “hidup itu memang tak adil, jadi biasakanlah!” aku rasa dalam beberapa aspek, hidup itu telah cukup adil. Beberapa tahun sebelumnya aku telah benar – benar menikmati masa – masa SMAku dan memang pada akhirnya  kini saatnya aku untuk berjuang menggapai cita – cita.

Setiap pagi dan selalu saja matahari masih belum benar – benar tampak disana, suara motorku memecah keheningan tiap pagi yang menyambut. Mungkin pahlawan sebenarnya adalah ibuku yang selalu saja menyuiapkan segala kebutuhanku bahkan sebelum aku terbangun.

Andaikan aku bisa membahagiakan dan membanggakan orang tuaku, maka hal tersbut pasti menjadi hal pertama yang aku akan lakukan. Dan inilah aku, disinilah aku sekarang. Masih saja berjuang untuk melakukannya. Karena semua ini butuh proses, dan selama proses itu, aku pasti akan menjadi lebih baik.

Kemudian motorku kembali berbunyi. Menembus dingin pagi. Lagi dan lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Lembah Shosenkyo, Jungle Track, Air terjun, dan Rope Way

Kawaguchiko, Fuji, dan Momiji

Mengapa Analisa Keruntuhan Bendungan Cirata dan Jatiluhur Begitu Kompleks? Bahkan Bisa Membutuhkan Ratusan Skenario yang Perlu untuk Dimodelkan