Ospek Oleh Senior?



Bukankah selama ini kita memang dibodohi oleh sebuah system yang sudah mengakar yang disebut ospek? Ya, sekali lagi sebuah system yang terus berjalan karena didukung oleh tradisi dan semua yang mendukungnya karena alasan dendam karena apa yang telah dilakukan kakak tingkat sebelumnya.

Jika aku harus memilih, posisi seorang mahasiswa merdeka dengan ideology anti ospek memang kurang diminati karena menyandang gelar Ansos (anti Sosial). Mahasiswa ansos menurutku bukanlah mahasiswa yang tidak rajin, bukan mahasiswa yang tidak patuh. Tetapi mereka adalah mahasiswa yang mampu berfikir dan sadar seberapa tidak pentingnya ospek itu sendiri. Seorang siswa dengan gelar maha yang telah memiliki ideology terbuka tentang pendidikan itu sendiri.

Ospek? Semua mahasiswa baru pastinya takut. Ketika ospek sudah terdengar, hanya teriakan, tugas, dan setiap kesengsaraan mahasiswa baru yang pasti segera terbayangkan. Mengapa harus ospek? Mengapa harus memberikan pembelajaran pada adik tingkat dengan tingkat pembelajaran yang sangat lemah seperti itu? Mereka yang menjunjung tinggi ospek, mereka yang menyebut golongan mereka dengan orang penting universitas, orang penting fakultas, orang penting jurusan. Bukanlah makhluk yang seharusnya kita takuti.

Apa yang harus kami pelajari dari setiap teriakan kalian? Setiap nada tinggi yang menggetarkan gendang telinga itu untuk apa? Apa yang kalian kejar? Kalian ingin merasa senior dan perlu dihormati? Sebuah fakta, mereka yang tunduk pada senior yang model seperti itu sebenarnya bukan hormat. Bukan respek. Sebuah fakta bahwa dibelakang kalian, kami menyambung nama kalian para senior dengan kata cok dan setiap olok – olok yang ada. Menurut kalian itu hormat? Respect? Tidak, itu sebagian besar hanya rasa takut, sebagian lagi tunduk karena ingin cepat selesai, dan golongan lain sisanya adalah mereka yang punya ideology tinggi untuk tidak pernah tunduk pada siapapun dengan cara seperti itu. Jadi ketika kalian kira kalian telah menang menundukkan kami, kalian salah besar.

Bukankah sebuah system pembelajaran dari senior ini telah sampai pada saat kritisnya? Ketika beberapa dari kami harus meregang nyawa karena ulah kalian para senior? Kalian piker lagi apakah ini pendidikan? Apakah ini pembelajaran? Coba reka ulang apa yang kalian lakukan jika berada pada posisi kami yang mahasiswa baru. Kalian marah bukan? Tidak terima bukan? Kemudian mengapa adat yang tidak penting lagi ini masih terus kalian lakukan? Bukankah seharusnya adat yang tidak berguna ini dihilangkan saja? Atau kalian hanya dendam? Kemudian melampiaskan setiap dendam itu kepada adik – adik kalian?

Seorang senior seharusnya adalah seorang kakak. Seorang senior harusnya adalah seorang tuan rumah yang menyambut seorang keluarga baru. Mengenalkan dengan baik, membantu kami untuk beradaptasi dengan cara yang baik. Ketika dengan cara yang kalian sebut ospek ini, bukankah hubungan kita, senior dan mahasiswa baru semakin dipertanyakan? Bukankah hubungan kita menjadi seolah musuh dalam selimut? Ya, kita musuh, kemudian universitas yang menaungi kitalah selimut itu.

Hal yang aneh selanjutnya adalah mereka yang telah mencaci maki kita para junior kemudian mencari penerus mereka. Dan yang paling aneh, mereka selalu saja menemukan mereka yang pendendam untuk meneruskan ambisi mereka.

Aku bukanlah seorang yang mudah tunduk pada orang lain, bukan seorang yang mudah mentaati setiap peraturan yang menurutku tidak rasional. Aku adalah orang yang bebas. Tapi kemudian malam ini, aku berangkat ke sebuah Gazebo di fakultas Teknik untuk menyerahkan buku. Mengapa? Karena teman. Jauh di dalam hatiku, jauh di dalam pikiranku sebagai anak urakan, sebagai anak egois yang memikirkan kebebasan diatas apapun, jauh di dalam pikiranku untuk meraih sesuatu yang lebih tinggi, teman adalah tumpuanku. Ketika mereka yang ada dan datang untuk mewakili kami untuk mendengar teriakan para senior, itu mungkin sebuah hal yang tidak akan aku lakukan. Tapi mereka bersedia melakukannya,

Beberapa alas an mungkin muncul melintas di otakku, entah apa mereka memang ikhlas, atau memang ingin menjadi penerus senior – senior itu, tetapi malam ini aku datang, memberikan tugasku sebagai usahaku untuk meringankan beban mereka. Sebagai usahaku sebagai seorang teman. Jika kalian para temanku menjadi seorang pengganti untuk para senior kita, aku hanya berharap kalian menjadi orang yang lebih baik daripada mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Lembah Shosenkyo, Jungle Track, Air terjun, dan Rope Way

Kawaguchiko, Fuji, dan Momiji

Mengapa Analisa Keruntuhan Bendungan Cirata dan Jatiluhur Begitu Kompleks? Bahkan Bisa Membutuhkan Ratusan Skenario yang Perlu untuk Dimodelkan