Raung "if you failed" Part 4

masuk dah ke part selanjutnya. nah hari ini rencana kami, kami akan melanjutkan ke perjalanan menuju puncak. yah hari yang ditunggu - tunggu akhirnya datang juga. Hari ini kami semua akan berusaha mendapatkan puncak. Salah satu seven summit pulau jawa yang ada di jawa timur.

Pagi hari sebelum kami mempersiapkan semuanya, beberapa pendaki yang camp di pos 8 tampak sudah mulai bergerak menuju puncak. Beberapa terdengar suaranya bahwa yang mendaki dari rombongan tersebut ada wanitanya. Memang mendaki puncak raung khususnya puncak sejati dibutuhkan keberanian dan konsentrasi yang tinggi mengingat susahnya jalan yang akan ditempuh. Walaupun wanita, bukan menjadi hal yang mustahil untuk para pendaki wanita ini menaklukkannya. Tergantung tekat dan fisik juga.

Masih Ketawa Walau Hari ini Gagal

Pagi itu cuaca sedikit tidak bersahabat. Tenda kami sudah kami tutupi flaysheet dan sudah kami pasak. Namun hujan yang mengguyur dari semalam menjadikan udaranya sangat dingin. Angin yang berhembus dari arah kanan dan kiri bergantian juga mempengaruhi dan menambah dinginnya udara di tenda kami. Sehingga cukup malas untuk bergerak menuju puncak. Namun karena memang puncak menjadi tujuan kami, kami mulai mempersiapkan diri.

Peralatan telah siap dan persiapan yang lain telah dimasukkan ke dalam tas anti air yang kami bawa khusus untuk menuju puncak. Berisi banyak webbing dan carabiner yang digunakan nantinya untuk naik ke puncak. Tali dibawa oleh mas raya dan masing - masing juga membawa bekal masing - masing untuk menuju puncak. Minimal air dan snack yang kami bawa untuk bekal hingga kami sampai di puncak nantinya.

Kami berjalan dati tenda kami dan estimasi waktu mencapai puncak sekitar 3- 4 jam. Sedikit cepat kami berjalan karena tidak terlalu beratnya beban yang kami bawa kali ini sehingga kami bisa dan mampu bergerak dengan lebih cepat. Tak lama pun kami sampai di pos 9. Pos terakhir dari rute gunung raung menuju puncak sejati. Dari sini tidak akan ditemukan lagi pos pos seperti sebelumnya dan kami harus mulai siap menggunakan peralatan climbing kami.

Puncak bendera

Pos 9 suasananya sedikit nyaman dikarenakan banyak pohon - pohon di sekitar kami yang ikut menghalangi angin yang bergerak masuk dan menghempas kami. Walaupun saat itu suasananya sangat terasa bahwa angin masih berhembus dengan cukup kencang. Cuaca sedikit kurang bersahabat sepertinya. Keputusan selanjutnya dengan cuaca seperti ini adalah kita melihat dulu kondisi jalan dari puncak bendera yang lokasinya tidak terlalu jauh dari lokasi pos 9 berada.

Kami memasang webbing kami masing - masing. Lucunya pengalaman bermain tali di SMA ku akhirnya tergunakan disini. Kami semua mengecek kembali peralatan masing - masing mengingat akan sangat berbahaya ketika terjadi satu kesalahan saja saat mulai memanjat. Usai kami mempersiapkan seluruh peralatan kami, kamipun segera berkumpul untuk berdoa sebelum mulai menjalani hal yang menjadi tujuan kami jauh berjalan hingga titik dimana kami berdiri saat itu.

Keluar dari pos 9 usai berdoa suasananya benar - benar berbeda ketika kami masih berada di pos 9. Angin yang menerpa kami cukup kencang hingga menembus jaket dinginnya. Tangan akan terasa kaku apabila tidak menggunakan sarung tangan. Sedikit lama kami berjalan sambil menyesuaikan diri kami pun akhirnya sampai di puncak bendera. Titik awal sebelum sampai di puncak sejati. Disini tertancap bendera merah putih yang berkibar dengan gagahnya. Berat? Bukan berat namun dinginnya karena angin yang sangat keras menghembus dan terasa dingin dari segala arah.

Masalah utama pun muncul selain dingin yang terasa. Kabut atau awan yang ada di depan kami sangat tebal. Bahkan apabila diperkirakan jarak pandang sempat kurang dari 10 meter. Permasalahan sebenarnya adalah karena jarak pandang yang pendek dan jalan di depan yang tidak bisa tertebak, sehingga akan berbahaya apabila kami melanjutkan perjalanan dan memaksakannya.

Setelah berunding cukup lama, kami memutuskan untuk berhenti sampai disini saja perjalanan kami. Cukup berat memang namun keselamatan dan sampai di rumah kembali dengan kondisi utuh masih menjadi prioritas dalam mendaki gunung.  Usai berfoto - foto kamipun turun dengan sedikit berat. Apa yang terbayangkan di puncak sirna sudah walaupun hati sudah berkali - kali meyakinkan diri bahwa masih ada hari esok dan waktu lain yang mungkin lebih baik untuk melakukannya dan sampai di puncak dengan selamat

Sampai akhirnya kami sampai di tenda kami cuaca masih belum berubah dan masih saja tertutup awan yang tebal. angin juga masih berhembus kencang. di cuaca dan suasana seperti ini yang paling nyaman dan hangat memang masuk ke dalam tenda bersama - sama sambil menyiapkan makan untuk istirahat. walaupun rasanya masih cukup kecewa dikarenakan tidak sampai tujuan yang utama dan hanya mencapai puncak bendera saja. kami pun duduk sambil bercanda di dalam tenda, menikmati hangatnya kebersamaan dari dalam tenda.

sadar akhirnya bahwa rombongan yang berangkat pada pagi hari sebelum kami sampai saat ini masih belum sampai sepertinya. jalan yang hanya satu arah tentunya membuat jalan berangkat dan jalan untuk kembali ke tenda menjadi hanya 1. karena jalan yang hanya 1 itu seharusnya ketika mereka turun ke arah tenda mereka akan melewati tenda kami. namun hingga saat ini kami masih belum menemui mereka dan mereka masih belum melewati tenda kami. hal yang lebih mengkhawatirkan adalah angin yang berhembus masih saja kencang dan udara semakin dingin. sekitar jam 6 pagi mereka berangkat dan saat kami melihat jam bahkan sudah hampir jam 7 malam. dengan cuaca seperti itu serta matahari yang sudah tidak bersinar lagi tentunya kan menyulitkan. mengingat juga ada beberapa dari rombongan mereka yang cewek sehingga butuh tenaga ekstra untuk sampai di tempat mereka kembali.



sekitar hampir pukul 9 malam dan kekhawatiran kami terus berlanjut hingga akhirnya kami mendengar langkah kaki dari sisi atas kami. beberapa cahaya lampu juga bersinar mulai menyoroti tenda kami. akhirnya rombongan mereka pun terlihat dan terlihat sangat lesu. kami sempat menanyakan kondisi mereka saat beberapa orang dari rombongan mereka yang beristirahat di dekat tenda kami. terliahat mereka sangat kelelahan dan terlihat sangat kedinginan. dengan kondisi yang seperti itu tentunya hal tersebut menjadi wajar. berdasarkan keterangan mereka, mereka memang terjebak badai dan tidak bisa turun setelah dari puncak. mereka pun berlindung dari badai di dalam goa yang ada di dekat puncak sebelum puncak tusuk gigi.

Malam itu pun akhirnya kembali sunyi, udara dingin masih saja menembus jaketku rasanya. angin dan hujan juga masih berhembus cukup keras di sekitar kami. memberikan tekanan yang membuat suasana mendaki kali ini sedikit suram. aku tetap berusaha memejamkan mataku. pelan tapi pasti hingga akhirnya aku terlelap. jauh di dalam gelap malam itu dengan suara angin yang berhembus diluar sana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Lembah Shosenkyo, Jungle Track, Air terjun, dan Rope Way

Kawaguchiko, Fuji, dan Momiji

Mengapa Analisa Keruntuhan Bendungan Cirata dan Jatiluhur Begitu Kompleks? Bahkan Bisa Membutuhkan Ratusan Skenario yang Perlu untuk Dimodelkan