Banjir 5 Tahunan, 10 tahunan, dll. Perlukah Panik?

 Berawal dari sebuah postingan dan berlanjut pada isi berita salah satu sumber terkenal dan kalimat yang diutarakan oleh seseorang yang terkenal. judulnya pun menggelegar dan pemilihan kata untuk judulnya sungguh memberikan informasi. berita ini sebenarnya sudah cukup lama aku simpan di dalam note ku untuk aku jadikan tulisan. namun kesibukan membuatku lupa sampai hari ini ada yang mengatakan bahwa terjadi banjir 5 tahunan di proyek.

Menguak Mitos Banjir 5 Tahunan Jakarta, Oleh CNN 4 Januari 2020.

aku tidak akan membahas tentang kebenaran suatu berita. mungkin bisa jadi memang benar jika banjir besar terjadi untuk kurun waktu 5 tahunan. langsung saja pada sebuah kasus mengingat aku adalah orang yang bekerja menghitung hidrologi. 

ada sebuah perumahan di kota singaraja yang telah ditinggali selama 10 tahun. kemudian selama 10 tahun itu rumah orang tersebut tidak pernah terkena banjir. pada tahun ke 10 barulah rumahnya terkena dampak banjir bersama beberapa rumah lainnya. kemudian menjadi viral dan orang tersebut bercerita bahwa selama masa hidupnya tinggal di tempat tersebut baru kali itu rumahnya terkena banjir. salah satu pejabat negara kemudian mengatakan bahwa yang terjadi adalah banjir 10 tahunan yang telah terjadi selama dan setiap 10 tahun. jika terjadi pada tahun 2020, maka pernah terjadi pada tahun 2010, dan berdasarkan pernyataan ini, maka akan kembali terjadi pada tahun 2030. pada akhirnya orang itu pun beranggapan demikian.

Apakah yang diutarakan Pejabat Negara dan Anggapan orang tersebut Benar? 

aku akan menjawab kurang tepat. pada dasarnya dari pernyataan yang beredar di berita dan media. informasi yang disampaikan kurang lengkap. pada dasarnya setiap tahun di sebuah sungai atau daerah, pasti terjadi banjir dengan besaran tertentu. nilai atau angka besaran ini seringkali tidak muncul. sehingga apa yang dikatakan oleh pejabat negara tersebut perlu didukung dengan angka untuk menunjukkan bahwa apa yang dia sampaikan menjadi tepat. 

Hidrologi sendiri merupakan ilmu statistik yang artinya berangkat dari berbagai data yang telah terjadi sebelumnya. misalkan ada kumpulan data debit banjir dengan jumlah 30 data dari tahun 30 tahun yang berbeda. kemudian data tersebut akan dianalisa dengan menggunakan kaidah statistika Hidrologi dan akan keluar produk berupa debit banjir dengan kala ulang tertentu. lalu apa itu banjir dengan kala ulang?

banjir dengan kala ulang merupakan banjir yang secara statistika dihitung terjadi dengan besaran tertentu untuk terjadi minimal sekali atau terlampaui pada periode waktu tertentu.

kata kata ini perlu untuk dipahami dengan benar. lebih simpelnya akan aku sajikan sebuah data hasil analisa debit banjir dengan kala ulang pada beberapa tahun sebagai berikut:

Debit Banjir dengan Berbagai Kala Ulang

dari gambar diatas, umumnya akan disingkat dengan kode Q10 = 159.18 m3/dt

artinya Q adalah simbol untuk debit, 10 adalah periode ulang 10 tahun dan 159.18 m3/dt adalah besaran debit yang terjadi. jika diartikan maka di suatu lokasi berdasarkan hasil analisa statistika hidrologi, maka terjadi debit banjir sebesar 159.18 m3/dt dengan periode ulang 10 tahun. lalu apakah artinya banjir ini terjadi setiap 10 tahun sekali? jawabannya tidak. secara ilmu statistika, banjir dengan 159.18 m3/dt tersebut minimal terjadi 1 kali selama 10 tahun, maka maka banjir tersebut bahkan dalam 1 tahun ada kemungkinan terjadi berkali - kali namun dengan nilai pribabilitas yang semakin kecil sesuai dengan kala ulangnya.

jadi hal ini berbeda dengan jawaban pejabat negara yang mana dia mengucapkan banjir yang terjadi setiap 10 tahun sekali. bisa jadi bahkan banjir yang terjadi pada tahun ke 10 bukanlah banjir dengan kala ulang 10 tahun, namun lebih besar dari banjir dengan kala ulang 10 tahun.

Bagaimana cara mengetahui banjir dengan kala ulang berapa tahun yang terjadi?

simpel, jawabanya adalah dengan mengetahui data. pertama kamu perlu mengetahui hasil analisa dari banjir di sekitarmu yang mungkin bisa terjadi. dari hasil analisa tersebut maka akan muncul tabel diatas. data itu bisa didapatkan dari BPBD maupun dinas PU sekitar (seharusnya namun apakah bisa diakses atau tidak tergantung kebijakan masing - masing). secara pribadi aku pernah membantu membuat untuk 2 instansi ini dibeberapa daerah. selain itu data debit banjir tersebut perlu untuk desain bangunan air. sehingga dapatkan data tersebut terlebih dahulu,

kedua adalah data banjir yang terjadi. banyak platform yang menyediakan data ini namun paling banyak adalah Pekerjaan Umum baik kementrian yang berpusat di balai wilayah sungai maupun Dinas terkait. beberapa kehutanan dan swasta juga mempunyai pencatatan debit air ini.

misal anda telah tinggal selama 10 tahun, kemudian rumah anda tenggelam. ternyata pada hari itu, debit banjir yang terjadi sebesar 229 m3/dt. berdasarkan tabel diatas banjir yang terjadi seperti itu adalah dengan kala ulang 50 tahun. artinya semakin kecil kemungkinan banjir tersebut terjadi lagi dalam waktu yang dekat. walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi juga dalam waktu yang dekat.

jadi kesimpulannya adalah banjir hampir sama seperti gempa. anda tidak bisa mengira ngira banjir 5 tahun sekali dll. namun secara statistik bisa dianalisa berdasarkan data yang ada. ketahuilah data dan ilmunya maka hidup akan tenang. bayangkan jika rumah anda terkena banjir yang ternyata kala ulang 100 tahun tanpa mengetahui bahwa kemungkinan terjadi banjir dengan kondisi sebesar itu sangat kecil terulang. maka hanya akan ada kepanikan di masyarakat dan rasa tidak was was. ditambah lagi anomali cuaca. daripada panik tidak jelas, sangat lebih bijak untuk belajar bagaimana menanggulangi dan mitigasi kebencanaan. sehingga apapun yang terjadi, kita selalu siap dengan segala kondisi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Lembah Shosenkyo, Jungle Track, Air terjun, dan Rope Way

Kawaguchiko, Fuji, dan Momiji

Mengapa Analisa Keruntuhan Bendungan Cirata dan Jatiluhur Begitu Kompleks? Bahkan Bisa Membutuhkan Ratusan Skenario yang Perlu untuk Dimodelkan