5 Orang Lagi sampai puncak (BEROX In the hoy) Part 4


            Cukup lama kami berdebat dan kemudian kami putuskan untuk potong kompas tanpa kompas karena semangat kami yang ingin menuju puncak masih sangat berkobar. Akhirnya kami mulai berjalan menembus hutan dan gelapnya malam. Sesekali kami melihat lagi tanda sorot senter yang menuntun kita. Ternyata jalan yang kami tempuh cukup sulit karena berbatu dan ditumbuhi semak yang terkadang berduri. Kami bagi tugas, aku mencari jalan dan jalur, kemudian Tesa yang membuka jalurnya, dhimas membawa senter besar bersama Roni, kemudian Anshor membawa tas carrier kami di belakang. Gahtan dengan kondisinya tidak aku bebankan apapun.
            Suhu mulai turun dan suasana semakin tegang karena aku jatuh ke jurang yang untungnya dalamnya Cuma sekitar 2 meter. Teman – teman yang lain pun turun dengan hatu – hati agar tidak terjatuh seperti aku. Kaki ku terkadang masih perih tersayat duri – duri semak yang terus saja menggesek. Sempat beberapa kali aku mulai kehilangan percaya diri, tetapi tesa yang berada di belakangku terus memberiku semangat. Lampu sorot yang menjadi penanda kami telah hilang, entah kami hanya berjalan lurus saja dan bergerak sedikit menyerong. Kami terus saja berjalan berharap menemukan sebuah jalan setapak yang akan jadi tanda bahwa kami berhasil berpindah jalur. Tetapi kami terus saja menemukan jalan yang sama. Entah kami berada di bawah lampu senter itu atau sudah berada di atas lampu senter itu. Yang jelas kami terus saja berjalan.
            Satu dua bukit kami lewati, satu dua lembah kami jelajahi. Setiap tumbuhan dan semak yang mengganggu kami singkurkan. Hanya lampu senter kami yang menerangi jalan. Menembus gelapnya malam. Angin dingin terasa sedikit lembab, tanda kami harus segera bergegas karena sepertinya cuaca sedang tidak berpihak pada kami. Sampailah kami pada sebuah tempat yang datar dan disana ada sisa dari bungkus permen yang pastinya pernah disinggahi oleh orang. Di depan tempat datar itu terdapat sebuah jalan setapak. Betapa kami bahagia telah menemukan jalur lain setelah potong kompas tanpa kompas selama 2 jam. Kami kemudian beristirahat di tempat datar tersebut dan memakan bekal kami.
            Kami memakan bekal kami yang telah dipersiapkan sambil berdiskusi apa yang akan kami lakukan setelah ini. Dengan cuaca yang semakin tidak bersahabat, kami harus segera membuat keputusan. Menurutku kami masih belum sampai di watu gede karena batu tersebut masih belum terlihat dan jalan yang kami ambil menurut kami sedikit ke bawah arah senter itu. Akhirnya kami memutuskan untuk terus berjalan ke atas untuk menuju pos watu gede.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Lembah Shosenkyo, Jungle Track, Air terjun, dan Rope Way

Kawaguchiko, Fuji, dan Momiji

Mengapa Analisa Keruntuhan Bendungan Cirata dan Jatiluhur Begitu Kompleks? Bahkan Bisa Membutuhkan Ratusan Skenario yang Perlu untuk Dimodelkan