Orientasi Dewan Ambalan (Preian) Part 2
Waah, jadi panjang nih
cerita. -,- langsung aja yah aku cepetin. Acara selanjutnya kalau gak salah
langsung masuk materi. Materi yang aku lupa judulnya apaan tapi pokok bahas
tentang diri kita sendiri, semacam potensi diri kita gitu. Terus dilanjutin
materi dari kak lukman, waduh, aku malah serasa lagi gak ada disitu. Hehe.
Sorry ya kak Lukman.. :P kemudian malamnya dilanjutin materi dari pembinaku
yang paling bawel. Kak Priyo Utomo. Kali ini yang dibahas tentang organisasi –
organisasi gitu. Dan sekali lagi harus terganggu karena nyiapin api unggun,
beginilah nasib dari panitia. -,- gak pernah bisa tenang. Oh iya, materi kak
Priyo ini waktunya udah malem lho. Jadi habis materi dari Kak Priyo bakal
langsung disambung sama api unggun.
Kayu bakar udah tertata rapi,
satu persatu peserta yang lain juga akhirnya keluar setelah materi udah kelar.
Prosesi kecil – kecilan, eh gak kecil, tapi sederhana – sederhanaan aja kami
lakukan. Kemudian beberapa adegan trekjing trekjing yang sebelumnya aku, imani,
zainul dan ufa pelajari dari jamboe PIK – R di Tuban kami tularkan pada teman –
teman yang lainnya. Kemudian beberapa permainan dan beberapa lagu yang
disiapkan oleh kakak – kakak yang lain juga ditampilkan di acara malam ini.
Malam semakin larut. Angin
dingin mulai berhembus. Api unggun telah padam demikian juga dengan acaraya
yang telah usai. Beberapa anak sudah mulai terlelap dalam dunia mimpi, beberapa
masih bercakap – cakap sambil bersenda gurau. Tetapi berbeda dengan yang aku,
zainul, khafidz, imani, dinda, firo, dan mahmuda lakukan. Kami berganti pakaian
mengenakan seragam pramuka kami. Mungkin ini akan menjadi malam yang sangat
spesial. Malam yang akan kami kenang, malam dimana kami akan menjadi seorang
pramuka penegak laksana. Setingkat lagi lebih tinggi, setingkat lagi tanggung
jawab yang kami emban.
Kami berdiri berjajar, mulailah
prosesi. Kami mengucap janji, kami melakukan adat. . . . . malam itu terasa
sangat dingin. Masih ada air beberapa menetes di dagu. Pipi sedikit memerah.
Sunyi, senyap. Tapi banyak yang menyaksikan kami malam itu. Ranu Klakah, gunung
lemongan. Banyak yang menjadi saksi bisu apa yang terjadi malam itu. Memori
yang akan terus terekam di dalam otak. Selamanya…
Minggu 23 Desember 2012
Sial sial sial, aku kesiangan.
Teman – teman yang lain sudah melakukan senam pagi. Aku langsung lari ke kamar
mandi. Awalnya hanya cuci muka, tetapi karena gerah, sekalian saja mandi biar
seger wes. Hehe. Senam pagi saat itu berlangsung seperti biasa, meskipun kurang
berminat, aku ikuti saja seadanya dan walaupun hanya sempat sebentar saja mengikutinya.
Kegiatan dilanjutkan dengan
materi dari kak sofyan hanafi. Kemudian entah ada yang aneh mungkin ketika
beberapa kakak kelasku, dewan adat dari HOS Cokroaminoto memerintahkan untuk
mengumpulkan kaos kaki. Memang benar acara selanjutnya adalah outbond, tetapi
belum terfikir sama sekali apa jadinya Kaos kaki = Outbond?
Materi selesai, kami diminta
berkumpul dan membagi diri menjadi 4 kelompok. Serta diminta membuat semacam
yel – yel tentang kelompok kami. Praktis karena kata liar sedang populer diantara
kami. Entah asal usulnya kenapa bisa populer gimana. -,- tetapi nama – nama
kelompok kami pun mulai diwarnai kata liar. Contohnya liar binasa, padahal luar
biasa. -,- ALAY
Hehe, sebenarnya itu
kelompokku sih. :P
Kemudian kami berjalan dengan tangan
dan kaki terikat yang dilanjutkan dengan menyusun puzzle dengan tangan dan kaki
yang masih tetap terikat. Tetapi apa hubungannya dengan kaos kaki? Ternyata
sebentar lagi ada permainan yang melibatkanya. Kami diutus untuk menutup mata
kami, kemudian kami harus mempunyai semacam kode yang menandakan bahwa itu
kelompok kami tapi bukan dari suara, melainkan hanya sentuhan – sentuhan.
Selesai berdiskusi tentang apa kode kami, kami pun digiring ke suatu tempat
dengan mata tertutup.
Komentar
Posting Komentar