Mahameru Lagi (Part 2 - gugur)


12.30 Jum’at, 28 Juni 2013

          Angin dingin semilir sudah terasa mulai menusuk menembus kulit, tetapi kehangatan kebersamaan diatas truk mungkin yang membuat aku dan teman – teman masih bisa tertawa hingga akhirnya truk berhenti. Tampak pos yang sudah entah berapa kali aku lihat dan aku hampiri. Pos yang sama dengan suasana yang berbeda, di waktu yang berbeda pula. Kali ini, aku membawa teman – temanku yang harus kupastikan bisa selamat semuanya, bukan tantangan, bukan beban, tapi mungkin menjadi salah satu pembuktian diri. Menjadi salah satu alat pengasah jiwaku menjadi seseorang yang lebih baik. Menjadi pemimpin yang lebih baik.
          Segala administrasi yang berhubungan akan di urus oleh anggota PAS dan setelah sedikit berdoa bersama, kamipun berangkat mendahului peserta Holiday Camp lain karena kami harus mengejar waktu. Tim mulai terbagi dan tim advance yang dipimpin oleh Bimo melesat dengan cepatnya dan mulai tak terlihat. Teman – teman yang lain juga mulai mengejar. Mereka juga harus bergerak cepat karena jatah waktu sampai di ranu kumbolo tak lebih dari 3,5 jam agar bisa mencapai perjanjian sebelumnya.
          Semua telah berangkat dan tinggal Khafidz, dan Lubis serta aku yang menemani mereka berdua menjadi tim sapu bersih awal itu. Kami bergerak sekitar 15 menit setelah tim advance dan teman – teman yang lain berangkat. Dengan cepat kami mengejar teman – teman yang di depan. Setelah tanjakan melelahkan pertama kami melihat ada Firo dan adiknya mbak Is sedang berjalan disana. Akhirnya kami bertiga mengikuti mereka di belakang mereka.
          Perjalanan mulai bergerak lambat. Beberapa kali Firo harus berhenti dan mengatur nafas. POS 1 belum juga terlihat, sesekali aku melihat jam tanganku untuk mengecek waktu tempuh kami. Pada akhirnya kami sampai di POS 1 dengan waktu tempuh 1,5 jam. Hanya tersisa 2 jam dari jatah kami harusnya sampai di ranu kumbolo. Dengan berat hati, aku harus mengatakan bahwa Firo tidak akan sampai di ranu kumbolo tepat waktu dan harus berhenti  di ranu kumbolo. Tampak sedikit wajah kecewa di matanya, tetapi setelah itu sepertinya dia mencoba mengerti tentang kondisi fisiknya yang mungkin kurang dia latih. Dia dan adik Mbak Is akhirnya kami tinggal disana.
          Dengan waktu yang sangat terlambat tersebut memaksa kami bertiga berjalan dengan ekstra cepat. Sekali dua kali kami berhenti hanya untuk mengambil nafas hingga Pos 2 kami lewati saja tanpa berhenti. Sekitar setengah jam kemudian kami sampai di bawah Watu rejeng dan bertemu dengan Tyas, mas Rega, Mas Ketua MPK, berjalan beriringan. Ternyata mereka terpisah dari tim advance yang telah berada jauh di depan. Kami bertiga pun menyesuaikan kecepatan jalan kami dengan mereka bertiga.
          Pos 3 dan tanjakan di belakangnya telah kami lalui dan kami sampai di POS 4 pas 3,5 jam. Kamipun segera memutuskan untuk segera ke Shelter yang ada di Ranu kumbolo dimana kemungkinan tim advance telah sampai disana. Di perjalanan turun, aku bertemu dengan mas Dodi (baca Pendakian Argopuro) yang tengah mengantarkan beberapa orang ke puncak mahameru dan tengah dalam perjalanan pulang. Sedikit perbincangan reuni sebentar dan akhirnya kami bergerak lagi menuju Ranu Kumbolo.
          Tampak Bimo dan teman – teman yang lain tengah beristirahat dan menyantap camilan dari tas mereka. Kami yang baru datang disambut mereka yang sepertinya sudah cukup lama mereka sampai di tempat itu. Sambil makan siang bersama, kami melakukan beberapa evaluasi tentang perjalanan dari Pos pendaftaran ke ranu kumbolo dan tentang Firo yang tidak jadi ikut menuju puncak. Tampak sedikit kekecewaan ada di mata mereka. Tapi kami harus mulai bergerak karena waktu telah menunjukkan 16.00 sore. Kami harus segera menuju Kalimati, dan kalau bisa kami harus sampai sebelum matahari tenggelam.
          Setelah mengambil air kami membagi diri kembali, tim advance sekali lagi bergerak di depan dibawah komando Bimo. Aku, Khafid, Fauzi dan Lubis Kali ini menjadi tim sapu bersih. Dengan Bimo yang membawa tenda aku berharap ketika sampai tenda telah berdiri dan kami segera beristirahat untuk tengah malamnya melanjutkan fight sebenarnya menuju puncak mahameru.
          Mungkin takdir berkata lain. Setelah melewati oro – oro ombo dan masuk menuju cemoro kandang, tim advance bergerak pelan dan malah hamper tim sapu bersih dahului. Beberapa anak terpencar – pencar lagi menjadi beberapa tim kecil dan kecepatan bergerak kami memaksa kami harus melanjutkan perjalanan tanpa ada matahari yang menemani.
          Masalah awal dimulai ketika azizi masuk ke Tim sapu bersih karena merasa kurang enak badan. Kemudian tampak lampu – lampu senter di depanku terpisah jarak yang cukup jauh satu sama lainnya. Karena khawatir aku mempercepat langkahku meninggalkan tim sapu bersih untuk mengejar lampu senter tersebut. Ternyata Mas Rega, Tyas dan Anshor  terpisah dari tim advance di depan. Kemudian ketika aku mengejar lampu senter yang di depan, ternyata lampu senter milik beberapa orang pendaki yang turun. Aku sempat menyapa mereka kemudian segera kembali ke Mas Rega, anshor dan Tyas untuk mengajak mereka menunggu tim sapu bersih di belakang.
          Tim sapu bersih yang dibawah komando Khafid membuatku shok ketika tahu azizi tak ada disana. Ternyata azizi tak mampu melanjutkan karena merasa pusing dan memutuskan untuk turun bersama beberapa pendaki sebelumnya yang juga turun. Sempat menjadi fikiran karena tak tahu seberapa parah kondisi azizi tetapi khafid menenangkanku dan kami pun melanjutkan perjalanan.
          Tak beberapa lama lampu senter dari tim advance di depan kembali terlihat, sepertinya mereka mulai mengurangi kecepatan langkah mereka, kemudian fisik Tyas mulai melemah juga. Sedikit motivasi kuberikan pada Tyas kemudian akupun segera menuju Tim Advance di depan bersama Fauzi untuk menambah kecepatan tim advance sehingga ketika tim sapu bersih datang, tenda telah siap berdiri. Roni, Adip, Hakim dan Edo yang berada di belakang Bimo mulai menambah kecepatan ketika aku dan Fauzi mendahului mereka. Bimo yang melihatku pun mulai menambah kecepatan. Apalagi kami telah sampai di Jambangan yang jalanannya mulai datar.\  
          Tak beberapa lama aku berjalan di belakang Bimo kami berdua sampai di Pos Kalimati tanpa menyadari bahwa hanya tersisa kami berdua saja tanpa ada teman – teman lain yang ada di belakang kami. Kami memutuskan menunggu teman – teman yang lain sambil bercengkrama dengan seorang pendaki di samping kami berdua. Pendaki itu kemarin telah mencoba menuju puncak akan tetapi gagal karena badai dan mala mini dia akan mencoba lagi menuju puncak. Mendengar kata – kata orang tersebut, aku menatap langit. Bintang – bintang indah masih menghiasi langit. Kami tak punya kesempatan kedua, jika gaga mala mini, maka gagal ekspedisi kali ini. Di tengah dinginnya Kalimati aku berdoa, semoga malam ini cerah….
          Tak beberapa lama teman – teman yang lain telah sampai dan kami segera mendirikan tenda kami. Tak beberapa lama setelahnya tim sapu bersih datang dan tenda telah siap berdiri. Tampak Tyas wajahnya mulai pucat. Kami segera membagi tugas untuk memasak dan menyiapkan segala sesuatunya di dalam tenda. Bimo dan beberapa anak yang lain pergi ke sumber mani untuk menambah persediaan air kami. Tyas tampak kelelahan dan segera masuk di dalam sleepingnya. Malam itu, Kalimati dihiasi puluhan bahkan mungkin ratusan cahaya senter milik pendaki – pendaki lain.
          Waktu telah menunjukkan pukul 20.00 WIB dan bukan waktu yang lama ketika kami pukul 00.00 harus bangun dan mulai bertarung melawan medan yang sesungguhnya dari gunung semeru. Tetapi kami beristirahat, kami makan, kami tidur, sambil menikmati indahnya jutaan bintang yang menghiasi malam. Indah…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Lembah Shosenkyo, Jungle Track, Air terjun, dan Rope Way

Kawaguchiko, Fuji, dan Momiji

Mengapa Analisa Keruntuhan Bendungan Cirata dan Jatiluhur Begitu Kompleks? Bahkan Bisa Membutuhkan Ratusan Skenario yang Perlu untuk Dimodelkan