Ekspedisi Trio Arjuna Part 3 (Menggapai sang Arjuna)
Kami
pun akhirnya sampai di Pos Pondokan pada pukul 11.12 WIB. Memang banyak sekali
gubuk – gubuk disini yang menjadi tempat peristirahatan para penduduk yang
telah menambang belerang. Tetapi tempat ini juga menjadi tempat peristirahatan
para pendaki yang akan memilih untuk mendaki gunung arjuna ataupun memilih
mendaki gunung welirang. Kami pun segera memilih tempat disamping tenda – tenda
para pendaki lain untuk mendirikan tenda milik kami. Kali ini kami bagi tugas
karena perut yang sudah keroncongan minta diisi. AKu dan Purwo mendirikan Tenda
sedangkan Khafidz yang memasak makan siang kami.
Sambil beristirahat dan mengisi perut
kami berdiskusi tentang apa yang akan kita lakukan sebentar lagi. Menurut info
yang kami dapatkan, jika kita akan menuju puncak welirang, hanya butuh waktu 2
jam perjalanan dan ketika kami akan menuju puncak arjuna, maka 6 jamlah yang
akan kami tempuh. Karena menurut kami kecepatan langkah kami akan menolong
kami, akhirnya kami memutuskan untuk menuju puncak Arjuna siang itu. Puncak perdana
kami hari itu.
Menuju
ARJUNA
Trio Arjuna |
Semua barang dan pelengkapan yang kami
bawa kami masukkan ke dalam satu tas yaitu tasku yang nantinya akan kami bawa
secara bergiliran. Alhasil, tas yang kami bawa menjadi cukup berat karena
terisi barang – barang seperti jaket dan camilan – camilan lainnya yang harus
kami bawa sebagai persiapan kami. Ternyata sebelum kami berangkat, ada pendaki
yang menyuruh kami waspada karena di pos ini para penambang sering berbuat
kurang terpuji. Banyak barang hilang seperti logistic dan barang berharga milik
pendaki yang ditinggal di dalam tenda menjadi incaran para penambang yang
kurang terpuji ini. Sungguh disayangkan ketika mendaki yang seharusnya
menyenangkan menjadi was – was seperti ini.
Lembah Kijang |
Keep Style :D |
Style apaan nih? -,- |
Setelah kami mengunci tenda kami dengan sebuah alat kunci yang entahapa namanya yang kami temukan di tas Khafidz, kami pun segera memulai perjalanan kami menuju puncak arjuna. Kami bergerak menyusuri jalanan pendakian yang sedikit sempit daripada jalanan sebelumnya yang kami lalui. Kali itu aku yang pertama bertugas membawa tas kami. Jalanan yang cukup landai menjadi penyemangat kami untuk menambah cepat langkah yang akan mempersingkat waktu.
Kami akhirnya sampai di Lembah Kijang.
Sebuah padang rumput luas yang sangat indah dengan deretan gunung arjuna dan
mungkin puncak arjuna menjadi latar belakang lembah kijang. Kami menikmati
perjalanan kami dengan berfoto sambil sedikit beristirahat. Sebelumnya pendaki
member kami arahan agar kami berhati – hati di alas lali Jiwo dan terus
mengikuti pita yang ada di sepanjang perjalanan yang menjadi petunjuk bagi
pendaki.
Sempat kami melihat beberapa tenda
sepanjang perjalanan kami. Jalanan masih datar, kami terus mempercepat langkah
kami sampai akhirnya jalanan mulai menanjak dengan cukup tajam. Jalanan sempit
yang menanjak serta jalanan berbatu bercampur tanah yang berdebu. Kami harus
berhati – hati disini. Setiap persimpangan kami foto agar menjadi jalan dan
petunjuk apabila ketika pulang kami kesulitan mencari jalan untuk kembali.
Akhirnya perlahan tetapi pasti kami terus melipir gunung menuju puncak Arjuna.
Sunset dari puncak Arjuna |
Cukup lama kami berjalan, kondisi
jalan semakin menanjak saja, benar – benar medan yang sangat menguras tenaga
apalagi ditambah tas yang aku bawa yang juga cukup melelahkan. Kami sampai di
PAsar Dieng pada akhirnya. Terdapat beberapa tulisan dan petunjuk menuju puncak
arjuna disini. Kemudian kami melanjutkan perjalanan yang kami rasa masih cukup
jauh tetapi kami terus menapakkan kaki kami dengan semua tenaga yang masih kami
miliki.
Tanjakan demi tanjakan terus kami
lewati tetapi jalanan terus saja menanjak. Berkali – kali kami harus berhenti
untuk mengambil nafas. Akhirnya bahu kiriku mulai terasa sangat sakit, dan
akhirnya Purwo yang menggantikanku membawa tas tersebut. Di belakang kami telah
terlihat gunung Kembar. Puncaknya mengeluarkan sedikit asap. Tetapi kami harus
berpaling dan terus mendaki menuju puncak arjuna yang menjadi tujuan kami.
Sesekali kami menoleh hanya sekedar menikmati pemandangan.
Lautan Awan Menuju Arjuna |
Sesekali kami berpapasan dengan
pendaki lain yang sedang turun. Seperti biasa kami saling menyapa dan mereka
memberi semangat kepada kami. Kami terus dan terus mendaki tanjakan demi
tanjakan. Sampai kami bertemu dengan seorang pendaki yang mengatakan kami akan
sampai setelah melewati tanjakan yang dia tunjuk. Mulai situ jalanan akan
datar. Begitu katanya. Untuk kesekian tanjakan dan kami berharap tanjakan ini
benar –benar menjadi yang terakhir.
Kami melalui tanjakan tersebut dengan
cukup lancar, akan tetapi ternyata puncaknya masih harus memutari puncak yang
kami lewati itu. Jalanan memang datar, tetapi angin semakin keras menghembus
hingga menusuk ke dalam tulang. Kami terus berjalan. Disana ada beberapa
pendaki yang sedang mendirikan tenda ternyata. Si raja siang kini semakin
tenggelam dan semakin tenggelam, kami mempercepat langkah menuju sebuah puncak
dengan sebuah bendera berkibar disana. Kami pun akhirnya sampai disana, di
sebuah puncak dengan bendera merah putih berkibar.
Matahari sudah mulai tenggelam,
dipuncak arjuna memang tidak seluas puncak yang aku bayangkan. Hanya beberapa
batu kemudian ada 2 buah tiang dari bambu yang salah satunya berkibarlah sang
merah putih. Hanya ada kami bertiga, 2 buah tiang, bebatuan dan sebuah bendera
merah putih yang berkibar dengan gagahnya terhembus angin puncak arjuna. Ya
kami adalah arjuna. Kami arjuna yang selalu berjuang tanpa kenal lelah.
Perjuangan kami, pertarungan kami menuju puncak terbayar.
Kami terus melihat matahari yang indah
yang memberikan cahaya terakhirnya sebelum tenggelam sebagai hadiah atas perjuangan
kami. Momen sunset yang indah di puncak Arjuna. Ya, sekali lagi, kami adalah
arjuna di puncak arjuna yang mengagumkan. Disini, gunung semeru pun tampak,
gunung kembar dan gunung welirang dengan kepulan asapnya tampak. 16.55 WIB,
semuanya tampak indah diatas sini… Semuanya, kenangannya, pemandangannya,
perjuangannya,, indah…
. . .
Puas kami menikmati puncak arjuna,
17.20 WIB kami mulai melangkah menuruni jalanan yang tadi kami naiki. Matahari
semakin tenggelam hingga kami harus mempersiapkan senter kami untuk kemungkinan
perjalanan malam. Kami pun mempercepat langkah kami. Kali ini giliran khafidz
yang membawa tas kami yang sebagian besar barang bawaan yang ada di dalam tas
tersebut telah kami gunakan.
Matahari kini benar – benar tenggelam,
tetapi kami bertemu dengan sekelompok pendaki yang juga akan turun ke arah pos
pondokan juga. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan bersama dengan mereka.
Beberapa teman mereka ternyata telah sampai di depan. Sedangkan yang kami temui
adalah sisa dari keseluruhan kelompok mereka. Khafidz yang berada di depan
mulai bergerak sedikit terperosok, tetapi terus saja melangkah. Aku pun mulai
ragu apakah jalan yang kami lalui ini adalah jalan yang benar. Kami pun
memutuskan untuk berhenti dan mengecek ulang.
Beberapa pendaki yang kami temui tadi
memanggil temannya dan benar saja, temannya yang berada di jalan yang benar
membalas teriakan mereka jauh diarah kanan kami. Kami hampir saja tersesat ke
arah yang salah. Akhirnya kami pun pergi kea rah teman – tema pendaki gunung
itu dan kami pun menemui mereka. Sial ternyata, beberapa dari pendaki itu
tampak tidak membawa senter sebagai penerangan, padahal matahari telah benar –
benar tenggelam dan tak lagi menampakkan cahayanya. Kami pun harus berbagi
cahaya senter kami bertiga dengan mereka yang tidak membawa senter tersebut.
Kami berjalan sangat pelan, stamina
pun semakin menurun drastis. Apalagi kami yang telah berjalan dari pagi hari.
Perlahan – perlahan kami berjalan menyusuri jalan. Menuruni satu demi satu
batu. Beberapa dari pendaki tersebut ada yang kakinya sedikit bermasalah hingga
sangat mempengaruhi kecepatan berjalan kami. Tetapi kami terus saja berjalan
menembus gelap malam yang cukup mencekam.
Terlihat Gunung Welirang |
Perjalanan malam ini sangat
melelahkan, selain sangat mempengaruhi stamina, mental juga terpengaruhi.
Perjalanan malam tidak bisa melihat berbagai pemandangan yang indah yang
mungkin menjadi motivasi ketika sedang mendaki. Apalagi kami bertiga yang telah
berjalan dari pagi hari hingga malam ini. Stamina dan kondisi fisik kami
bertiga pun semakin terkuras.
20.52 WIB akhirnya kami sampai kembali
di tenda kami di Pos Pondokan. Semua yang melekat di tubuhku masih kotor,
tetapi lelah mengalahkan segalanya. Aku langsung masuk tenda dan langsung masuk
sleeping. Begitu pula dengan Khafidz yang wajahnya mulai pucat. Purwo memasak
makanan karena dia sangat kelaparan. Aku pun tertidur, semua menjadi gelap.
Malam yang sangat kacau ini masih sangat dingin, tetapi tak lagi kuhiraukan.
Tetap gelap…
Terkait :
http://anadventureinmylife.blogspot.com/2013/10/ekspedisi-trio-arjuna-part-2-goes-to.html
http://anadventureinmylife.blogspot.com/2013/10/ekspedisi-trio-arjuna-part-1-here-we-go.html
Terkait :
http://anadventureinmylife.blogspot.com/2013/10/ekspedisi-trio-arjuna-part-2-goes-to.html
http://anadventureinmylife.blogspot.com/2013/10/ekspedisi-trio-arjuna-part-1-here-we-go.html
Komentar
Posting Komentar