Langsung ke konten utama

Postingan

Perjuangan meraih mimpi

Aku masih mendengar suara ayam yang sedang berkokok di sekitar rumahku. Ibuku sedang sibuk menyiapkan sarapan untukku di dapur belakang rumah. Ayah dan Adikku tentu saja masih tidur. Tetapi sudah menjadi hal yang lumrah dan menjadi hal yang normal ketika aku harus berjuang lebih keras pada masa – masa menjelang kelulusanku. Menjelang akhir masa – masa SMAku. Jika Patrick bisa mengatakan bahwa “hidup itu memang tak adil, jadi biasakanlah!” aku rasa dalam beberapa aspek, hidup itu telah cukup adil. Beberapa tahun sebelumnya aku telah benar – benar menikmati masa – masa SMAku dan memang pada akhirnya   kini saatnya aku untuk berjuang menggapai cita – cita. Setiap pagi dan selalu saja matahari masih belum benar – benar tampak disana, suara motorku memecah keheningan tiap pagi yang menyambut. Mungkin pahlawan sebenarnya adalah ibuku yang selalu saja menyuiapkan segala kebutuhanku bahkan sebelum aku terbangun. Andaikan aku bisa membahagiakan dan membanggakan orang tuaku, maka

Masih saja hujan deras

Disini masih terlalu deras untuk aku mulai berjalan keluar. Apapun yang di belakangku sudah mulai aku lepaskan untuk mengejar apa yang mungkin di depanku. Tapi masihkah sadar kalau hujan masih terlalu deras? Mungkin dengan kilatan - kilatan petir yang memekakkan telinga. Siapa yang tidak takut dengan situasi seperti ini? Maka aku pun menunggu. Entah menunggu matahari yang membelah badai kali ini. entah menunggu apa tapi aku hanya diam. Mengamati setiap butiran air yang jatuh keras dari langit. Menyisakan jejak di tanah yang mungkin sangat sulit untuk dihilangkan. Siapa yang akan tahu? siapa yang akan sadar? aku hanya berbicara pada diriku sendiri. memang banyak sekali sahabat yang mungkin akan mendengarkan setiap ocehan yang keluar dari mulutku. Beberapa dari mereka mungkin hanya mengakhiri dengan ejekan yang membuat tawa. Beberapa juga mungkin akan bisa memberikan sedikit motivasi untukku. Tapi saat ini, hanya aku dan aku yang bisa aku percaya. Mungkin karena itulah aku

Ekspedisi Trio Arjuna Part 4 (Dari Pucuk Hingga Bawah)

Senin 14 Oktober 2013 Menuju Welirang Sunrise di Pondokan           Pagi itu aku terbangun mendengar suara tawa dan berisik tenda di sebelah tenda kami. Kurasakan kakiku dan bahuku yang semalam telah berjuang mendaki puncak arjuna, kini sudah lebih baik. Kulihat Purwo dan Khafidz yang masih tertidur lelap. Tak tega melihat mereka berdua yang pastinya kelelahan dengan apa yang terjadi semalam. Aku pun keluar tenda, matahari baru saja muncul. Di sebelahku ada sekitar 4 tenda milik pendaki lain dan salah satunya sedang bercanda satu sama lain.           Saat itu sekitar pukul 06.30 WIB dan rasa lapar karena semalam belum terisi makanan sama sekali menjadi masalah baru. Aku pun mengeluarkan kompor dan mulai mempersiapkan memasak ketika tiba – tiba Purwo terbangun. Akhirnya dia memutuskan untuk membantu memasak. Kami mulai dengan memasak beras yang dibawa oleh Purwo. Cukup banyak memang yang dibawa dan gilannya, kami masak semua dalam 2 panci yang kami bawa. Sambil menikma