Langsung ke konten utama

Postingan

Atap Jawa Tengah Part 6 (Sampai Jumpa)

Tujuan utama yaitu puncak merbabu memang sudah terpenuhi. Tapi tentu saja, menurutku membuang waktu setelah jauh – jauh datang ke kota yang luar biasa ini sepertinya sangat disayangkan. Tapi tentu saja, aku baru sadar, kendalaku kali ini lebih besar. Aku baru sadar uang di dompetku hanya tersisa Rp. 20.000,00. Inisiatif pertama ku adalah menghubungi seluruh teman – temanku yang aku kenal di jogjakarta. Entah itu teman SMA maupun teman bermain, maupun teman yang lain. Untuk rombonganku dari PPNS memutuskan untuk pulang setelah melihat keraton Jogjakarta. Beberapa memutuskan untuk pergi ke saudaranya di Solo. Karena berbeda tujuan, sepertinya di keraton nanti memang akan menjadi akhir perjalanan bersama kami kali ini. Masalah keuangan yang sedang aku alami memang sedikit tragis. Masalah lain adalah teman – teman SMA ku yang kuliah di Jogjakarta kebanyakan telah pulang karena saat itu adalah saat liburan anak kuliah. Hanya beberapa saja yang berada di Jogjakarta, tetapi ada kegiatan

Atap Jawa Tengah Part 5 (Wisata Jogja)

Usai makan, kami segera menuju ke sebuah jalan kecil di pasar. Kemudian sedikit bertanya jalan dan kami melanjutkan perjalanan. Hal yang menyenangkan dan tidak biasa adalah, kami semua menyusuri jalanan kecil kota jogja ini dengan membawa carrier besar di punggung kita. Memang menjadi sebuah tontonan unik ketika masing – masing dari kami berjalan berurutan dengan membawa tas ini. Tapi hal ini rasanya sedikit berbeda. Karena mungkin kota jogja adalah kota wisata, mereka merespon dengan baik dan tersenyum dengan melihat apa yang kami bawa. Yang mereka lihat bukanlah orang – orang pendaki gunung yang sok ingin mencari perhatian, tapi bagi mereka, kami adalah wisatawan remaja yang sedang bersenang – senang. Tak begitu jauh dari tempat kami bertanya, terdapat ibu – ibu penjaga warung yang menawarkan sedikit tempatnya untuk kami. Dia juga memberikan saran untuk meninggalkan tas kami dulu selama kami berkeliling di taman sari agar kami tidak kelelahan. Benar – benar ibu yang baik, wa

Atap Jawa Tengah Part 4 (Turun Hingga Jogjakarta)

Semakin siang, puncak semakin sepi. Satu demi satu orang yang berada di puncak sebelumnya mulai meninggalkan puncak dan bergerak turun. Tas carrierku sudah kembali berdiri. Kembali menantang punggungku untuk segera bergerak. Bukan jalan yang sama, kali ini kami pergi turun melewati jalur selo. Berada tepat menghadap gunung merapi, jalur selo memberikan pengalaman yang indah ketika turun. Menghadap langsung pemandangan indah dari gunung merapi, perjalanan pulang terasa lebih menyenangkan. Jalur selo juga tidak terlalu terjal seperti jalur wekas yang sebelumnya kami lewati. Untuk seorang pendaki, aku memang sedikit lemah selama di jalanan menurun. Bukan karena kuat tidaknya, tapi sakit pada lutut karena menahan beban dan jalan yang terus menurun. Bukan pula karena coli. -- itu benar – benar anggapan yang sangat salah. Daripada jalanan datar ataupun menanjak, jalanan turunan memang memberikan beban yang lebih pada lutut manusia. Beban inilah yang sangat menguras. Biasanya sih pen