Langsung ke konten utama

Kebutuhan Bottom Outlet pada Bendungan. Bagaimana Bisa Menjadi Butuh?

bangunan pengeluaran dari bendungan terdapat berbagai macam. suplai air ke bagian hilir dan berbagai kebutuhan lainnya. tapi bangunan outlet yang akhir - akhir ini sering menjadi perbincangan adalah bangunan bottom outlet. di Indonesia, bangunan bottom outlet merujuk pada satu bangunan pipa dan pengendalinya yang didesain diluar dari bangunan pengambilan dan umumnya memiliki elevasi lebih rendah daripada inlet bangunan pengambilan.

Pipa Bottom Outlet pada Bendungan Tamblang


Mengenal bangunan pengeluaran bendungan, di awal ini aku akan mengutip mr. Darrell W. Webber sebagai Assistant Commissioner Engineering and Research United Staes Department of The Interior Bureau of Reclamation. dia menulis bahwa bangunan pengeluaran dan bangunan kontrolnya didesain untuk memenuhi beberapa kebutuhan yang termasuk:

1. Operasi proyek yang didasarkan pada bagian irigasi dan kebutuhan air di hilir, pengendalian banjir, sedimentasi, dan kebutuhan untuk rekreasi, ikan, dan keberlangsungan makhluk hidup.

2. untuk memenuhi kebutuhan pengelakan selama konstruksi

3. kebutuhan evakuasi dari waduk jika terjadi kondisi darurat, kebutuhan inspeksi, pemeliharaan, dan perbaikan dari bendungan dan pendukungnya yang umumnya tenggelam pada kondisi normal

4. sebagai kontrol tingkat kenaikan muka air waduk sebagaimana kriteria pengisian waduk.

sehingga berdasarkan apa yang disebutkan diatas, bangunan pengeluaran cukup banyak fungsinya walaupun sebagian besar bisa terjangkau dengan bangunan pengambilan. pada elevasi yang tidak terjangkau oleh bangunan pengambilan inilah fungsi dari bottom outlet dibutuhkan.

Setiap Bendungan Itu Unik

setiap konstruksi bendungan yang dilakukan, maka sebenarnya kondisi dari masing - masing bendungan yang ada sangatlah berbeda sehingga bisa dikatakan tantangan dari setiap konstruksi bendungan yang berbeda lokasi akan sangat jauh berbeda. baik dari segi topografi, hidrologi, material, dan lain sebagainya sehingga untuk masing - masing bendungan sangatlah unik. kesempatan kali ini aku akan mengatakan bahwa desain bendungan tidak akan pernah sama sehingga anda boleh meragukan designer atau siapapun yang menyatakan keyakinannya terhadap desain berdasarkan pengalaman, bukan data.  begitu pula dengan bangunan bottom outlet ini. kondisi dan situasi yang ada di masing - masing bendungan akan berbeda.

kebutuhan akan bottom outlet dari bendungan juga akan bermacam - macam. sehingga karena keunikan masing - masing bendungan, geometri dan dimensi dari masing - masing bisa sangat berbeda bahkan untuk bendungan yang memiliki tinggi yang hampir sama. penentuan ukuran bangunan bottom outlet bisa didasarkan beberapa hal berikut antara lain:

1. kebutuhan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan proyek

2. manfaat secara ekonomi yang bisa didapatkan dengan konstruksi bangunan tersebut

3. pemenuhan kriteria evakuasi apabila difungsikan sebagai emergency release


3 parameter diatas bisa digunakan sebagai kriteria dalam penentuan ada atau tidaknya atau perlu atau tidaknya konstruksi bangunan bottom outlet. untuk bottom outlet sendiri, kriteria teknis dalam design sesuai dengan ACER Technical Memorandum No 3. Criteria And Guidelines for Evacuating Storage Reservoirs And Sizing Low - Level Outlet Works Oleh U.S. Department of The Interior Bureau of Reclamation tahun 1990 menyebutkan:

1. Bangunan Bottom outlet perlu untuk ditempatkan sedemikian sehingga sebagian besar dari volume tampungan waduk dapat dikeluarkan secara aliran gravitasi

2. Ditempatkan dan dijaga dari akumulasi sedimen sehingga bangunan bottom outlet tidak tersumbat oleh sedimen selama jangka waktu penggunaannya.

3. Faktor Geologi perlu dipertimbangkan sehingga penentuan bottom outlet perlu untuk dipastikan tidak tertutup karena longsor.

4. Bottom outlet yang digunakan sebagai evakuasi dan kontrol saat pengisian awal waduk perlu untuk bisa dioperasikan sebagaimana kebutuhan rencana pengisian sehingga rencana pengisian bisa terpenuhi dan evakuasi darurat bisa terlaksana.

Sehingga berdasarkan keunikan bendungan itu sendiri, maka masalah dalam penggunaan dan kebutuhan dari Bangunan Bottom Outlet sendiri perlu untuk dipertimbangkan berdasarkan karakteristik bendungan itu sendiri. sebagai contoh akan saya sampaikan 2 kondisi kebutuhan Bottom Outlet di 2 Bendungan yang berbeda yaitu Bendungan Paselloreng dan Bendungan Tamblang.

Bottom Outlet Bendungan Paselloreng

Bottom outlet bendungan Paselloreng didesain dikarenakan Dead Storage dari bendungan Paselloreng itu sendiri yang memiliki volume yang cukup besar. bangunan pengeluaran berupa bangunan pengambilannya hanya bisa mengambil hingga elevasi +35 m atau hanya mampu mengeluarkan tampungan efektif bendungan. pada Tampungan mati dari bendungan paselloreng tidak bisa dikeluarkan dan ketika ada kondisi khusus, jika terjadi potensi keruntuhan bendungan Paselloreng, maka dengan volume yang sangat besar tersebut masih cukup membahayakan areal di bagian hilir. 

mengingat kondisi bahaya tersebut, maka bendungan Paselloreng menambahkan desain bangunan Bottom Outlet yang didesain berdasarkan evakuasi pengeluaran air pada tampungan mati dari tampungan waduk. dalam hal ini, pada ACER Technical Memorandum no 3 tentang Criteria and Guidelines for Evacuating Storage Reservoirs and Sizing Low-Level Outlet Works memberikan panduan dalam lama penurunan yang dibutuhkan. 

Sumber: ACER Technical Memorandum no 3 tentang Criteria and Guidelines for Evacuating Storage Reservoirs and Sizing Low-Level Outlet Works

jika meninjau dari hal tersebut, maka dalam desain dimensi bottom outlet akan sangat dipengaruhi oleh lama penurunan muka air waduk (dalam Hari) sebagaimana direkomendasikan pada Tabel diatas. meninjau Tabel tersebut, maka perlu untuk ditentukan terlebih dahulu tingkat bahaya dan resiko dari bendungan itu sendiri. sehingga lama penurunan dapat ditentukan. semakin cepat lama penurunan, maka semakin besar kebutuhan diameter yang diperlukan.

Pada bendungan Paselloreng yang membutuhkan penurunan cukup cepat, dimensi dari bottom outlet didesain dengan mempertimbangkan tabel tersebut dalam penentuan dimensinya.

Bottom Outlet Bendungan Tamblang

  Lain tempat, maka lain pula perilakunya. begitu juga dengan bendungan sebagaimana aku jelaskan di bagian atas. Bendungan Tamblang yang ada di Kabupaten Buleleng punya masalah khusus terkait dengan kebutuhan bottom outlet yaitu dikarenakan desain dari bendungan Tamblang hanya ada 1 tunnel saja. pada bangunan outlet suatu bendungan, biasanya akan masih memperhatikan di bagian hilir khususnya:

1. pemanfaatan air di bagian hilir bendungan
2. lingkungan dan biota bagian hilir bendungan
3. sosial di bagian hilir bendungan

dengan mempertimbangkan 3 hal tersebut, pada saat proses impounding, bendungan Tamblang yang memiliki 1 tunnel akan menutup sepenuhnya aliran dari sungai utama. sehingga hal tersebut akan memberikan dampak yang signifikan di bagian hilir. oleh karena itu berbeda dengan bendungan Paselloreng yang mempertimbangkan lama penurunan waduk, bendungan Tamblang memperhatikan kebutuhan yang ada di hilir seperti kebutuhan irigasi dan kebutuhan penggelontoran untuk lingkungan di hilirnya. dengan pertimbangan tersebut, desain bottom outlet dari bendungan Tamblang didesain.


2 Kriteria yang sangat berbeda ini memberikan contoh nyata bahwa kebutuhan bottom outlet beserta penentuan dimensinya akan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal yang membawahi keunikan bendungan itu sendiri.

Komentar

Hot Mingguan!!

Maaf, Kepada Hidrologist: Jangan Percaya Peta Global dari GIS Enthusiast

 Akhir Akhir ini aku menemukan banyak GIS Anthusiast yang kemudian mereka menerbitkan kode GEE (Google Earth Engine) untuk pembuatan Peta tata guna lahan baik skala global maupun skala regional seperti peta Tata guna lahan Nasional Indonesia. sebuah terobosan, namun maksud dan tujuan para GIS Anthusiast ini sangat berbeda dengan kebutuhan para Hidrologist dan Hidraulic engineer dalam pembuatan model. sehingga Peta global yang mereka buat tidak bisa kita gunakan. ESRI Sentinel-2 Global LULC 10 m Resolution Source:  Esri | Sentinel-2 Land Cover Explorer (arcgis.com) Pembuatan peta Tata Guna Lahan mempunyai banyak fungsi yang disesuaikan dengan kegunaannya. dari pengamatan perubahan tata guna lahan hingga berbagai analisa lainnya. untuk analisa hidrologi, penggunaan tata guna lahan atau tutupan lahan bisa digunakan sebagai dasar pembuatan basemap untuk model hidrologi. begitu pula dengan analisa hidrolika yang terkadang menggunakan input jenis tutupan lahan dalam penentuan basemap model h

Makalah alat pengukur curah hujan

ALAT PENGUKUR CURAH HUJAN Makalah tugas akhir ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah hidrologi teknik dasar yang diampu oleh Dr. Ery Suhartanto, ST. M.Pd. OLEH : YUANGGA RIZKY ILLAHI                                   145060400111003 LUCIA PUTRI RACHMADANI                  145060400111011 FATHINUN NAJIB                                       145060400111027 YOGA OKTA WARDANA                          145060400111028 NUR FITRIA PUSPITAWATI                      145060401111049 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG FAKULTAS TEKNIK TEKNIK PENGAIRAN Juni 201 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang             Hidrologi adalah suatu ilu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam kita ini. Meliputi berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan – perubahannya antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, diatas dan di bawah tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan air yang mengaktifka

Makalah POMPA Hidrolika Saluran tertutup

MAKALAH HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP POMPA Disusun Oleh: Kelompok II Elang Timur                             145060400111015 Fariz Bayu Rachmanto            125060400111074 Galih Rizam Pratama               145060400111024 Gloria Dihan Utomo                145060400111002 Tami Pratiwi                            145060400111007 Yoga Okta Wardana                145060400111028 Yuangga Rizky Illahi              145060400111003 Yudhistira Akbar Z.R              145060400111005 JURUSAN TEKNIK PENG AIRAN FAKULTAS TEKNIK                                                                                    UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 201 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang             Air merupakan sebuah sumber daya yang sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Tanpa sumber air, manusia tidak akan pernah bisa hidup. Karena itu, manusia sangatlah bergantung pada air itu sendiri. Selain dalam kehidupan manusia,