ALAT
PENGUKUR CURAH HUJAN
Makalah tugas akhir ini disusun untuk memenuhi tugas
kuliah hidrologi teknik dasar yang diampu oleh Dr. Ery Suhartanto, ST. M.Pd.
OLEH :
LUCIA PUTRI RACHMADANI 145060400111011
FATHINUN NAJIB 145060400111027
YOGA OKTA WARDANA 145060400111028
NUR FITRIA PUSPITAWATI 145060401111049
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA MALANG
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK PENGAIRAN
Juni
2015
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK PENGAIRAN
Juni
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hidrologi
adalah suatu ilu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam
kita ini. Meliputi berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan –
perubahannya antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, diatas dan di
bawah tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan
penyimpanan air yang mengaktifkan penghidupan di planet bumi ini (Soemarto,
1987 : 15).
Dalam Hidrologi terdapat daur atau siklus
hidrologi yang mana adalah gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke
permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk presiptasi lain, dan akhirnya
mengalir ke laut kembali (Soemarto, 1987 : 17).
Presipitasi
sebagai bagian dari proses siklus hidrologi memang sangatlah penting. Salah
satu bentuk umum dari presipitasi adalah hujan. Untuk kebutuhan hidrologi
maupun perencanaan bangunan air, terkadang kita memerlukan data hujan. Oleh
sebab itulah kita perlu untuk mencatat intensitas hujan itu sendiri. Sehingga
data yang ada bisa digunakan untuk keperluan yang lebih lanjut.
Keperluan
– keperluan hidrologi dan pentingnya masalah pencatatan hujan sangat perlu
dipelajari, sehingga dengan makalah ini akan kami bahas tentang alat – alat
penakar hujan dan pelaporan survey
lapangan yang telah kami lakukan untuk menunjang ilmu dan pembuatan laporan
ini.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana jenis – jenis alat pengukur curah hujan yang biasa
digunakan?
1.2.2. Bagaimana hasil survey
yang telah dilakukan?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui apa
sajakah jenis – jenis alat pengukur curah hujan yang biasa digunakan.
1.3.2. Untuk mengetahui dan
menjabarkan hasil survey lapangan
yang telah dilakukan sebelumnya.
1.4. Manfaat
1.4.1. Menjadikan pembaca tahu
tentang apa sajakah jenis – jenis alat pengukur curah hujan yang biasa
digunakan.
1.4.2. Menjadikan pembaca tahu
tentang penjabaran hasil survey
lapangan yang telah dilakukan sebelumnya.
BAB II
ISI
2.1. Alat – Alat Pengukur Curah Hujan
2.1.1 Alat Penakar
Hujan
1. Penakar Curah Hujan Biasa
Penakar hujan
ini termasuk jenis penakar hujan non-recording atau tidak dapat mencatat
sendiri. Bentuknya sederhana, terdiri dari : Sebuah corong yang dapat dilepas
dari bagian badan alat, bak tempat penampungan air hujan, kaki yang berbentuk
tabung silinder, gelas penakar hujan.
Syarat – syarat
pemasangan:
a. Penakar hujan harus
dipasang pada lapangan terbuka, tanpa ada gangguan disekitar penakar, seperti
pohon dan bangunan, kabel atau antene yang melintang diatasnya. Jarak yang
terdekat antara pohon / bangunan dengan penakar hujan adalah 1 kali tinggi
pohon / bangunan tersebut.
b. Penakar hujan tidak boleh
dipasang pada tanah miring (lereng bukit), puncak bukit, diatas dinding atau
atap.
c. Penakar dipasang dengan
cara disekrup / dipaku pada balok bulat yang dicat putih dan ditanam pada
pondasi beton (lihat gambar), sehingga tinggi penakar hujan dari
permukaan corong sampai permukaan tanah 120 Cm.(lihat gbr), letak penampang
corong harus datar (horizontal) bukaan kran diberi kunci gembok sebagai
pengaman.
d. Penakar harus dipagar
keliling dengan kawat, ukuran 1.5 m x 1.5 m dengan tinggi 1m, agar tidak dapat
diganggu binatang dan orang yang tidak berkepentingan.
Cara pengamatan :
a. Pengamatan untuk curah
hujan harus dilakukan tiap hari pada jam 07.00 waktu setempat, atau jam-jam
tertentu.
b. Buka kunci gembok dan
letakkan gelas penakar hujan dibawah kran, kemudian kran dibuka agar airnya
tertampung dalam gelas penakar.
c. Jika curah hujan
diperkirakan melebihi 25 mm. sebelum mencapai skala 25 mm. kran ditutup dahulu,
lakukan pembacaan dan catat. Kemudian lanjutkan pengukuran sampai air dalam bak
penakar habis, seluruh yang dicatat dijumlahkan.
d. Untuk menghindarkan
kesalahan parallax, pembacaan curah hujan pada gelas penakar dilakukan tepat
pada dasar meniskusnya.
e. Bila dasar meniskus tidak
tepat pada garis skala, diambil garis skala yang terdekat dengan dasar meniskus
tadi.
f. Bila dasar meniskus
tepat pada pertengahan antara dua garis skala, diambil atau dibaca ke angka
yang ganjil, misalnya : 17,5 mm. menjadi 17 mm.. 24,5 mm. menjadi 25 mm.
g. Untuk pembacaan setinggi x
mm dimana 0,5 / x / 1,5 mm, maka dibaca x = 1 mm.
h. Untuk pembacaan lebih
kecil dari 0,5 mm, pada kartu hujan ditulis angka 0 (Nol) dan tetap dinyatakan
sebagai hari hujan.
i. Jika tidak ada hujan,
beri tanda ( – ) atau ( . ) pada kartu hujan.
j. Jika tidak dapat
dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa hari, beri tanda (X) pada kartu
hujan.
k. Apabila gelas penakar
hujan biasa (Obs.) pecah, dapat digunakan gelas penakar hujan Hellman dimana
hasil yang dibaca dikalikan 2. Atau dapat juga dipakai gelas ukur yang
berskala ml. (Cc), yang dapat dibeli di Apotik.
Pemeliharaan :
a. Alat harus selalu dijaga tetap bersih, dan dicat aluminium.
b. Kayu di cat putih, supaya tahan lama terhadap rayap dan cuaca.
c. Corong harus tetap
bersih, tidak boleh tertutup oleh benda-benda atau kotoran yang dapat
menyumbatnya.
d. Kran harus selalu
diperiksa, jika bocor (air menetes keluar) sumbu pembuka kran dikeluarkan
kemudian diberi gemuk. Apabila badan penakar hujan bocor, maka harus segera
diperbaiki dengan disolder.
e. Bak penampung air hujan
harus sering dikontrol dan dibersihkan dari endapan debu atau kotoran, dengan
jalan menuangkan air kedalamnya dan kran dibuka.
f. Gelas penakar hujan harus
dijaga tetap bersih jangan sampai berlumut, dan disimpan pada tempat yang aman
agar tidak terjatuh / pecah.
g. Rumput disekitar tempat
penakar hujan dipasang, harus selalu pendek dan rapih tidak boleh ada semak
semak disekitarnya.
2. Penakar Hujan Jenis
Tipping Bucket
Bertujuan untuk
mendapatkan jumlah curah hujan yang jatuh pada periode dan tempat-tempat
tertentu. Pada bagian muka terdapat sebuah pintu untuk mengeluarkan alat
pencatat, silinder jam dan ember penampung air hujan. Jika dilihat dari atas,
ditengah-tengah dasar corong terdapat saringan kawat untuk mencegah benda-benda
memasuki ember (bucket).
Pada prinsipnya
jika hujan turun, air masuk melalui corong besar dan corong kecil, kemudian
terkumpul dalam ember (bucket) bagian atas (kanan). Jika air yang tertampung
cukup banyak menyebabkan ember bertambah berat, sehingga dapat menggulingkan
ember kekanan atau kekiri, tergantung dari letak ember tersebut. Pada waktu ember
terguling, penahan ember ikut bergerak turun naik. Penahan ember mempunyai dua
buah tangkai yang berhubungan dengan roda bergigi. Gerakan turun naik penahan
ember menyebabkan kedua tangkainya bergerak pula dan bentuknya yang khusus
dapat memutar roda bergigi berlawanan dengan arah perputaran jarum jam.
Perputaran roda bergigi diteruskan ke roda berbentuk jantung. Roda yang
berbentuk jantung mempunyai sebuah per yang menghubungkan kedua pengatur
kedudukan pena yang letak ujungnya selalu bersinggungan dengan tepi roda.
Perputaran roda berbentuk jantung akan menyebabkan kedudukan pena bergerak
sepanjang tepi roda.
Prinsip kerja alat :
Air hujan akan masuk
melalui permukaan corong penakar, kemudian mengalir untuk mengisi salah satu
bucket. Setiap jumlah air hujan yang masuk sebanyak 0.5 mm. atau sejumlah 20 ml
maka bucket akan berjungkit, dimana bucket yang satunya akan terangkat dan siap
untuk menerima air hujan yang akan masuk berikutnya. Pada saat bucket
berjungkit maka pena akan menggores pias 0.5 skala (0,5 mm.), pena akan
menggores pias dengan gerakan naik ataupun turun. Demikianlah seterusnya bucket
akan bergantian berjungkit bila ada air hujan yang masuk, dari goresan pena
pada skala pias dapat diketahui jumlah curah hujannya.
Penakar hujan Tipping Bucket yang sistem kerjanya elektrik.
Pada umumnya
peralatan Automatic Weather Station (AWS) yang kini banyak dioperasikan di
Stasiun Meteorologi, perangkat sensor penakar hujannya menggunakan Tipping
Bucket. Dimana pada saat bucketnya saling berjungkit, secara elektrik terjadi
kontak dan menghasilkan keluaran nilai curah hujan yang displaynya dapat
dilihat pada monitor. Penakar hujan type tipping bucket, nilai curah hujannya
tiap bucket berjungkit tidak sama, serta luas permukaan corongnya beragam
tegantung dari merk pembuatnya. Jadi dalam kita mengoperasikan penakar hujan
jenis tipping bucket, kita harus pula mengetahui secara teliti dasar dari
perhitungan data yang dihasilkannya. Untuk itu perlu dilakukan pengetesan atau
mengkalibrasinya, dengan cara menuangkan sejumlah air sesuai dengan luas
permukaan corong dan nilai curah hujan tiap jungkit / tip bucketnya. Jadi nilai
curah hujan 1 mm yang masuk pada luasan permukaan corong yang berbeda, maka
volume air yang tertampung pun berbeda.
Pemeliharaan :
a. Corong
penakar, terutama pada bagian saringannya / debris filter (lihat gambar), harus
selalu diperiksa dan dibersihkan dari debu atau kotoran yang melekat , sehingga
tidak akan menyumbat masuknya air hujan.
b. Perangkat
tipping bucket secara periodik diperiksa, serta dibersihkan dari kotoran yang
melekat, supaya keseimbangannya tetap terjaga sehingga hasil pencatatannya
tetap teliti.
c. Disamping
pemeriksaan tersebut diatas, diperiksa pula saluran kabel-kabel dan
konektornya.
3. Penakar Hujan Tipe Hellman.
Penakar hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat
sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul
dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya
terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang
gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias
yang diletakkan/ digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan
tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat
teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang
gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung
dan tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis
lurus vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dhitung/ ditentukan
dengan menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada pias.
Syarat -syarat pemasangan :
Pada umumnya
persyaratan tempat pemasangan alat penakar hujan type Hellman, sama dengan alat
penakar hujan biasa (Obs). Alat ini dipasang dengan cara disekrup pada alas
papan yang dipasang pada pondasi beton (lihat gambar), sehingga tinggi
permukaan. corongnya dari permukaan tanah adalah 140 Cm. Letak permukaan corong
penakar, dan dasar tempat meletakkan tabung berpelampung harus benar-benar
datar (waterpas).
Prinsip kerja alat :
Jika hujan turun,
air hujan akan masuk kedalam tabung yang berpelampung melalui corongnya, air
yang masuk kedalam tabung mengakibatkan pelampung beserta tangkainya terangkat
(naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tangkai pena yang bergerak
mengikuti tangkai pelampung, gerakan pena akan menggores pias yang
diletakkan/digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan sendirinya.
Penunjukkan pena pada pias sesuai dengan jumlah volume air yang masuk ke dalam
tabung, apabila pena telah menunjuk angka 10 mm. maka air dalam tabung akan
keluar melalui gelas siphon
yang bentuknya melengkung. Seiring dengan keluarnya air maka pelampung akan
turun, dan dengan turunnya pelampung tangkai penapun akan bergerak turun sambil
menggores pias berupa garis lurus vertikal. Setelah airnya keluar semua, pena
akan berhenti dan akan menunjuk pada angka 0, yang kemudian akan naik lagi
apabila ada hujan turun.
Cara mengkalibrasi penakar
hujan type Hellmann :
Mengkalibrasi
penakar hujan type Hellmann, dapat juga diartikan penyetelan pertama atau
penyetelan ulang kedudukan posisi pena dan posisi pipa gelas siphon sebelum
alat dioperasikan. Penyetelan yang dilakukan disini adalah penyetelan untuk
menentukan kedudukan / posisi pena dipias pada posisi awal 0 mm dan posisi
puncak angka 10 mm.
Cara yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Ambil
silinder jam, putar per secukupnya (jangan terlalu pol), pasangpias pada silinder
tersebut dengan menggunakan penjepitnya, kemudian letakkan silinder jam pada
sumbunya dengan hati-hati.
b.
Tuangkan air ke dalam corong secukupnya, sampai air keluar melalui pipa gelas
siphon. Setelah air berhenti mengalir, berarti permukaan air berada tepat pada
ujung bawah saluran gelas siphon yang berada pada tabung.
c. Pada
kedudukan demikian, pena harus menunjuk posisi awal yaitu angka 0 pada pias.
Jika pena menunjuk lebih atau kurang dari 0, maka kedudukannya dapat diatur
dengan jalan mengendurkan sekrup yang menyekrup tangkai pena dengan tangkai
pelampung. Setelah sekrup kendur, kedudukan pena dapat disetel (dinaikkan atau
diturunkan) sehingga pena menunjuk pada angka 0, kemudian sekrup tadi
dikencangkan kembali.
d. Setelah
memperoleh posisi pena pada angka 0, tindakan selanjutnya ialah menentukan
posisi puncak pena yaitu pada angka 10. Caranya tuangkan air sebanyak 10 mm.
sesuai takaran pada gelas hujan Hellmann atau sebanyak 200 cc (200 ml) kedalam
corong penakar hujan secara perlahan-lahan, sambil memperhatikan gerakan pena
dan kedudukan air dalam gelas siphon. Bila air telah tertuang semua dan pena
tepat menunjukkan angka 10 pada pias, namun air belum tertumpah keluar melalui
pipa gelas siphon berarti kedudukan gelas siphon terlalu tinggi. Untuk itu
kedudukan pipa gelas siphon harus diturunkan yaitu dengan cara mengedurkan
klem/sekrup yang terdapat pada gelas siphon. Kemudian secara perlahan-lahan
masukkan (turunkan gelas siphon) dengan arah kedalam tabung, sambil
memperhatikan permukaaan air yang terdapat pada lengkungan gelas siphon.
e. Jika
keadaan terjadi sebaliknya, yaitu air sudah tumpah keluar sebelum pena
menunjukkan angka 10, berarti kedudukan pipa gelas siphon terlalo rendah. Untuk
mengatasinya kendurkan sekrup dan tarik keatas pipa gelas siphon secukupnya,
kemudian ulangi lagi perlakuan seperti diatas, sehingga apabila dituangkan air
sebanyak 200ml. Pena akan turun tepat pada posisi angka 10mm pada pias.
f.
Setelah penyetelan posisi pena pada angka 0 dan 10, kemudian lakukan beberapa
kali menuangkan air sebanyak 200 cc dan apabila hasilnya baik, maka alat siap
dioperasikan.
Pemeliharaan alat penakar hujan type Hellmann
a. Corong
penakar hujan harus selalu diperiksa dan dibersihkan dari debu / kotoran agar
tidak menyumbat.
b. Pena harus
tetap bersih bila rusak segera diganti, apabila penanya jenis catridge agar
diganti kalau sudah tidak nyata pencatatannya. Pemasangan kembali pena tidak
boleh terlalu keras menekan pias, karena akan mengganggu kepekaan dan ketelitian
alat.
c. Apabila
gerakan pelampung saat naik dan turun tidak lancar atau tersendat, bersihkan
tangkai pelampung dan periksa / bersihkan pipa gelas siphon serta tabung tempat
pelampung dari kotoran / lumut yang melekat.
4.
Penakar Hujan Tanah
Penakar hujan
biasa tanah dimaksudkan untuk mendapatkan jumlah curah hujan yang jatuh pada
permukaan tanah. Pada bagian tanah reservoir, terdapat tangkai yang digunakan
untuk mengangkat penakar hujan jika akan dilakukan pembacaan. Tepat disekitar
corong penakar hujan terdapat lapisan ijuk yang disusun pada lapisan kayu yang
berbentuk lingkaran yang dimaksudkan untuk mengurangi percikan air hujan.
Selain itu terdapat jaringan kawat/ besi yang berbentuk bujur sangkar dan
digunakan sebagai tempat berpijak ketika akan mengangkat lapisan ijuk dan
penakar hujan. Pada kedua tepi/ lapisan ijuk terdapat dua kaitan/ pegangan
untuk memudahkan mengangkatnya.
2.1.2 Alat Pencatat Hujan
Pencatat
Hujan (recording gauge) biasanya dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat bekerja
secara otomatis. Dengan alat ini dimun gkinkan pencatatan tinggi hujan setiap
saat, sehingga intensitas hujan pada saat tertentu dapat diketahui pula. Di
pasaran telah terdapat beberapa tipe yang diproduksi, antara lain:
a.
Pencatat
Jungkit (Tipping Bucket)
Alat ukur tipe jungkit
dibagi dalam 2 ruangan yang diatur sedemikian rupa, apabila satu terisi
kemudian menjungkit dan menjadi kosong. Hal ini menyebabkan ruangan yang
satunya berada pada posisi yang akan diisi oleh corong. Setiap jungkin
menunjukkan suatu tinggi hujan (d), kemudian tercatat secara otomatis dan
bertahap.
b.
Pencatat
pelampung (Tipping Float)
Hujan
yang tertangkap oleh corong 1 tercurah kedalam penampung 2. Dengan terisinya
penampung 2 maka pelampung 3 akan terangkat. Pelampung 2 dihubungkan dengan
alat penulis yang dapat membuat grafik pada drum pencatat 4 yang diputar dengan
pertolongan pegas jam. Jika pencatatannya mencapai (d) = 10 mm, air dalam
penampung akan tersedot keluar oleh sifon 5, sehingga penampung menjadin kosong
yang sekaligus membawa alat penulis turun ke posisi nol hasil pencatatannya
dapat dilihat pada gambar dibawah.
2.2. Survey Lapangan
Untuk mendapatkan
data curah hujan, maka kita harus datang menuju stasiun hujan. Pada studi ini,
kita mengambil sampel data hujan dari bendungan sengguruh yang berada di
kecamatan kepanjen. Karena bendungan sengguruh berada di bawah pengelolaan
Perum Jasa Tirta I, maka perlu dilakukan perijinan dengan alur perijinan
seperti berikut (contoh surat terlampir).
Setelah
konfirmasi dari semua pihak yang terkait, kami menuju bendungan sengguruh yang
berada di Kepanjen untuk melakukan kegiatan pengamatan stasiun hujan yang
berada di Bendungan Sengguruh.
Terdapat
sekitar 12 stasiun hujan yang mempengaruhi jumlah air yang ada pada waduk
sengguruh (Data Terlampir). Karena jumlah yang begitu banyak dan tempat stasiun
yang begitu jauh, maka kami hanya mengambil sampel dari salah satu stasiun
hujan yang ada di dekat bendungan sengguruh, yaitu tepat diatas pos pemantau
bendungan sengguruh.
Alat
pencatat hujan di bendungan sengguruh Berada di atas atap sehingga hanya ada 2
dari kelompok kami yang naik dipandu dengan salah seorang penjaga pos
pengamatan. Hal ini dilakukan karena harus menggunakan tangga dan mengurangi
resiko jatuh atau kecelakaan.
Pencatatan
hujan pada stasiun hujan sengguruh menggunakan otomatis dengan pencatatan yang
dapat diatur waktu dan dapat langsung di print. (Untuk contoh data hujan harian
masing – masing stasiun terlampir).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya adalah bahwasanya pencatatan
curah hujan itu penting untuk kegiatan hidrologi baik itu kegiatan perencanaan
bangunan air maupun kegiatan hidrologi yang lainnya. Sehingga pencatatan secara
berkala menjadi aspek awal acuan kegiatan hidrologi di suatu daerah tertentu.
Pencatatan
hujan memiliki berbagai jenis alat yang dibagi menjadi 2 jenis secara umum
yaitu manual dan otomatis. Pencatatan otomatis lebih rinci karena waktu dari
pencatatan bisa diatur sesuka hati dari pencatatan. Sehingga untuk pengambilan
data bisa diambil berdasarkan kebutuhan. Sedangkan untuk manual hanya diambil
data harian.
3.2. Kritik dan Saran
Pada makalah ini, penulis sadar
bahwa banyak hal yang kurang dan perlu dibenahi. Maka dari itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun yang bisa memperbaiki makalah ini
sehingga menjadi makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2012. Alat Penakar Curah Hujan OBS. https://www.warungalatsurvey.blogspot.com
(Diakses pada tanggal 15 Juni 2015)
Anonymous. 2013. Alat Pengukur Curah Hujan. https://lppgenerasibangsa.wordpress.com (Diakses pada tanggal 15 Juni 2015)
Montarcih,
Lily. 2010. Hidrologi Praktis. Bandung : Lubuk Agung
Purnawan,
Redi. 2013. Alat Ukur Curah Hujan. https://www.redipurnawan.wordpress.com
(Diakses pada tanggal 15 Juni 2015)
Soemarto, CD.
1987. Hidrologi Teknik. Surabaya : Usaha Nasional
Komentar
Posting Komentar