Langsung ke konten utama

Jejak di Tambora, Part II Batas Rimba

JEJAK di Tambora

Seri Ikik si Petualang Kantoran

Motor Bang Rei akhirnya berhenti di depan rumah kayu. dua rumah  kayu yang berada dalam 1 pagar. di depannya banyak tanaman hias yang dipasang di tembok kayunya menggunakan daur ulang botol - botol bekas. beberapa bunga tersebut tampak indah berpendar di dinding kayu hijau itu. memantulkan warna lampu malam. di salah satu rumah ada wanita yang menyambut, dia adalah istri bang Rei bersama dua anaknya yang masih kecil. di rumah yang lain ada 2 orang pria. Bang Rei memarkirkan motornya di depan rumah tersebut dan mempersilahkan Ikik untuk masuk ke dalam rumah. begitu pula 2 orang pria tersebut sembari bersalaman. Tahu mereka berdua cukup kelelahan setelah perjalanan panjang dari Bima hingga Calabai, mereka dipersilahkan untuk membersihkan badan dulu sembari disiapkan makan malam.

Sebuah contoh keharmonisan dari masyarakat Indonesia. ramah tamah pada tamu dan menjunjung tinggi tamu adalah salah satu kebiasaan unik dari masyarakat Indonesia. walaupun memang sedikit bergeser seiring perkembangan zaman. Namun di daerah desa seperti ini, hal itu masih sangat kental dan masih diaplikasikan dengan sangat baik. Ikik masuk ke sebuah ruangan di dalam rumah tersebut dimana terdapat tempat tidur yang sepertinya disiapkan khusus untuk Ikik. dia meletekkan tasnya di sebelah tempat tidur kemudian megeluarkan perlengkapan mandinya. Sedikit kebingungan awalnya mencari kamar mandi yang ternyata terpisah dengan rumah utama. selain itu karena keterbatasan penerangan, Bang Rei menyarankan Ikik untuk membawa headlampnya ketika ke kamar mandi.

Selesai dengan semua urusan pribadinya, Ikik kembali ke ruang tengah dimana terdapat 2 orang pria tadi. Bang Rei juga sudah berada disana dengan rokok dan segelas kopi di depannya. 

"Bentar bang, masih disiapkan sama istri saya untuk makannya, santai dulu duduk - duduk ngopi kita." kata Bang Rei.

Ikik kemudian berkenalan dengan 2 pria itu. dengna postur tinggi besar dan rambut yang sudah mulai memutih. wajahnya sepertinya sudah sangat senior namun terlihat badannya masih tegap dan kokoh. dia adalah pak Mustafa, salah seorang tim dari Guiding yang dikelola bang Rei. Pak Mustafa adalah guru di salah satu SMA tak jauh dari Calabai. Dia juga sebagai salah satu pengelola guiding dan sesekali ketika pekerjaan gurunya sedikit longgar, dia akan ikut menikmati pendakian bersama tim. mungkin berkat Pak Mustafa inilah Ikik akhirnya kenal dengan bang Rei dari selembaran info pendakian gunung Tambora yang disebarkan Bang Rei. Pak mustafalah yang membuatnya walaupun dia harus membagi waktunya dengan menjadi guru. sehingga tidak terlalu banyak aktivitas outdoor atau guiding yang dilakukan oleh pak mustafa.

di sebelahnya, rambutnya keriting dengan tatapan sayu dan masih polos. tubuhnya kurus dengan plester di hidungnya. Dia adalah anak SMA salah satu murid pak Mustafa yang akan menemani perjalanan Ikik bersama dengan Bang Rei. karena pandemi Covid 19, kegiatan belajar mengajar tidak bisa dilakukan secara 100%. dilain hal tidak semua penduduk disini memilki atau bahkan bisa menggunakan laptop. terkait pula dengan sinyal dan lain sebagainya. sehingga pada beberapa daerah untuk pendidikan dengan cara daring masih belum bisa untuk dilakukan termasuk sekolah Fikri. sehingga sekolah Fikri memutuskan untuk menjadikan kegiatan belajar mengajar menjadi sistem kloter dengan pembagian setiap minggunya hanya setengah kuota kelas yang masuk. dengan begitu ketika seminggu penuh telah selesai dilakukan, anak sekolah seperti Fikri akan memiliki waktu longgar untuk satu minggu kemudian. oleh sebab itu Fikri memutuskan untuk ikut mendaki bersama bang Rei dan Ikik menajdi supporting bang Rei.

Usai perkenalan masing - masing, Istri bang Rei datang dengan membawa makanan. seluruh orang termasuk pak Mustafa dan Fikri dipersilahkan untuk gabung makan. kemudian perbincangan dilanjutkan dengan pembahasan seperti pengalaman Ikik mendaki di berbagai gunung di Indonesia, sejarah gunung Tambora, hingga bagaimana penduduk disini yang ternyata kebanyakan keturunan dari Makassar. oleh sebab itu tidak sedikit orang lereng Tambora yang memiliki marga orang - orang Makassar namun telah berdomisili di pulau Sumbawa untuk jangka waktu yang sangat lama. Berbagi pengalaman kepada semuanya merupakan pembelajaran yang indah, begitu pula bagi Ikik dimana dia masih memiliki kesempatan untuk belajar banyak.

Masa kecil Ikik sebagai penjelajah terinspirasi dari game dengan judul Grand Theft Auto San Andreas. salah satu game terbaik yang pernah dimainkannya pada zamannya. banyak orang yang menyukainya dan bahkan menjadi salah satu game paling populer. bukan karena itu adalah game penuh kekerasan dimana banyak gang yang beradu tembak atau kegiatan dewasa lainnya, Ikik kecil terinspirasi dari peta yang ada di game tersebut. Jika pada game tersebut kalian membuka map, maka akan ada bagian hitam di peta dimana bagian hitam tersebut merupakan areal yang belum pernah dijelajahi oleh karakter. dengan menjelajahi tempat demi tempat di peta yang berwarna hitam tersebut, lambat laun karakter game akan membuka peta, membuka cerita, terkadang menemukan rahasia, dan hingga akhirnya karakter akan menyelesaikan seluruh misi dan game pada kondisi seluruh peta terbuka.

Di masa sekarang, jika peta adalah google map yang bisa kalian buka kapan saja. Bayangkan saja areal yang belum pernah kalian jelajahi adalah areal atau tempat - tempat yang masih berwarna hitam. orang - orang yang pernah ke candi borobudur, maka candi tersebut di peta akan terbuka, mereka akan mendapatkan cerita tentang candi borobudur hingga pengalaman ketika berada di Candi borobudur. begitu pula petualangan Ikik. dia tidak pernah sebelumnya membayangkan bagaimana tinggal di Calabai, sebuah desa yang berada di lereng gunung Tambora. tidak pernah membayangkan bagaimana mendapatkan cerita tentang sejarah masyarajat lereng Tambora. tidak pernah punya pengalaman tinggal semalam di dalam rumah kayu di lereng gunung Tambora. bersama dengan peta hitam tentang Tambora yang mulai terbuka, dia belajar, dia mendapatkan pengalaman selama berada disana.

Tidak terasa perbincangan begitu panjang dan bahkan sudah pukul 22.00 WITA. Ikik mulai mengantuk begitu pula dengan bang Rei yang sudah terlihat lelah. berkendara 4 jam dengan beban tas memang hal yang berat. Pak Mustafa sepertinya menjadi orang yang pertama kali sadar dengan kondisi ini walaupun dia masih terlihat bersemangat mendengar cerita - cerita Ikik tentang petualangan - petualangannya, cerita bagaimana perjuangan Ikik di tanah rantau dan lain sebagainya. namun kedewasaannya mengalahkan rasa ingin tahunya.

"Sudah jam 10 malam, lebih baik kalian berdua segera istirahat karena besok akan menjadi perjalanan yang panjang." kata pak Mustafa memecah pembicaraan.

"Iya benar bang, mending istirahat dulu." tambah bang Rei, dia mematikan rokoknya kemudian meneguk habis sisa kopi yang tak sampai 1/4 gelas itu.

"Oke bang, besok saya kesini lagi setelah membeli logistik di pasar." Kata Fikri. kemudian di berdiri, bersalaman dan berpamitan pada kami semua.

"Bawa motorku Fik, besok pagi kesini lagi." Bang Rei melemparkan kunci motornya pada Fikri. kemudian mereka keluar dan kembali ke rumah masing - masing.

Bang Rei mempersilahkan Ikik untuk istirahat di rumah ini sedangkan bang Rei di rumah sebelah. Rumah kayu ini memang terpisah dengan rumah sebelah bang Rei dan rumah ini memang digunakan sebagai basecamp para tamu mereka ketika akan naik gunung Tambora. Umumnya mereka akan berada di Calabai karena transportasi lebih mudah sampai di Calabai daripada sampai di desa Pancasila. selain itu karena dekat dengan rumah bang Rei, untuk mereka yang membawa kendaraan sendiri dapat memarkirkan kendaraannya di rumah Bang Rei yang notabenya lebih aman. Selesai membersihkan sisa makanan yang ada, bang Rei dan istrinya keluar. Ikik pun masuk ke dalam kamar yang telah disiapkan.

Ikik masih terbangun untuk beberapa saat, otaknya masih mencoba beradaptasi dengan kondisi baru. beberapa bagian dan pemandangan langit - langit yang berbeda membuatnya sedikit kesulitan tidur. ketika sendiri, ada perasaan bahwa jauh dari rumah namun untuk petualang seperti Ikik, rumah adalah tempatnya dia berdiri saat itu. Rumah adalah kemanapun dia berpetualang, bekerja, dan bahkan beribadah. Sehingga butuh waktu untuk terbiasa. dalam keheningan malam, sama sekali tidak terdengan suara motor yang berlalu lalang. tidak ada suara diesel truk atau klakson kendaraan bermotor. terdengan senyap, tapi di dalam kesunyian itu, ketika mulai terpejam, terdengar deburan ombak. perlahan tapi memang terdengar salah satu suara yang paling menenangkan di alam. dalam keheningan, Ikik menutup matanya. terpejam dalam senyum membayangkan petualangan esok hari.

Ikik terbangun karena terkaget pagi itu. bukan karena gempa atau serangan militer atau alarm. namun karena suara adzan dari mushola yang tak jauh dari rumah bang Rei. selama berada di Bali, adzan memang sesuatu yang jarang didengar oleh Ikik karena mayoritas adalah orang hindu. namun disisilain jumlah masjid juga cukup jarang disana walaupun dia tinggal di kabupaten dengan jumlah populasi orang Beragama Islam paling ebsar di Bali. mendengar adzan, Ikik terbangun dan mengambil headlampnya. dia ke kamar mandi, membasuh mukanya dan segera berjalan ke arah mushola tersebut. matahari masih belum benar - benar muncul namun sudah ada beberapa orang yang juga tergesa - gesa untuk datang ke mushola. terlihat seorang bapak - bapak yang menggendong anaknya yang terlihat masih mengantuk, mengajaknya untuk ke masjid. 

Udara pagi itu sangat sejuk. ketika Ikik turun dari mushola, langit sudah mulai membiru. perlahan sang surya mulai bekerja. memang butuh rata - rata 8 menit 20 detik untuk kecepatan cahaya dari matahari ke bumi, dengan itu perlahan beberapa bagian sekitar sudah mulai terlihat. Ikik terkagum akhirnya melihat penampakan laut dan pantai di dekat rumah bang Rei. bahkan bisa dikatakan rumah tersebut menghadap ke pantai. Ombaknya tidak terlalu besar menjadikannya tempat menambatkan kapal yang baik. Disisi lain sudah ada beberapa orang nelayan yang mulai berjalan ke arah pantai dengan membawa jaringnya. terlihat dari jauh bang Rei sudah berada di depan rumah, duduk santai di kursi kayu di depan rumahnya ditemani rokok dan kopi.

"Selamat pagi bang." sapa Ikik pada bang Rei.

"Selamat pagi bang, kopi dulu bang." Bang Rei menuangkan kopi yang berada di teko ke salah satu gelas yang sudah disiapkan untuk Ikik. 

"Sebentar menunggu Fikri datang bang." tambah bang Rei. Ikik membuka handphonenya mencoba untuk memastikan dengan google map diposisi mana dia sedang berada dan sedang menghadap ke apa. karena di depan posisi mereka duduk sekarang cahaya matahari seolah masih terhalang dan disisilain, pulau di depan sudah mulai tersinari oleh matahari.

"Kita berada di sisi barat gunung Tambora ya bang?" Tanya Ikik setelah melihat google map di handphonenya.

"Iya bang, disini matahari tertutup oleh bayangan gunung Tambora, jadinya lebih lambat sampainya. kalau sore, sunset lebih cepat karena terhalang pulau di depan itu." jawab bang Rei.

"Pulau apa itu bang? Moyo?" tanya Ikik kembali. dalam perbincangan mereka, mulai satu persatu orang - orang keluar dari rumahnya, ada yang bersiap untuk berangkat ke kebun dan ada sebagian yang akan ke pasar. beberapa juga terlihat menyiapkan jaring untuk mencari ikan.

"Itu pulau Moyo bang, kalau yang disebelah utara sana pulau satonde, Pulau Moyo itu yang ada air terjun mata Jitu. dulu air terjun tersebut pernah didatangi ratu Inggris dan suka sekali sama air terjun itu. Kalau pulau Satonde ada danau besar di tengah pulau. kita biasanya kalau pendakian Tambora sedang tutup, buat mengisi waktu sama teman - teman Sispala Fikri camp disana bang." Jelas bang Rei

"Wah bagus sepertinya ya. Kapan - kapan dah bang kalo kesini lagi kita ke sana." kata Ikik.

Masalah utama dari liburan orang kantoran adalah waktu. Ikik sendiri mendapatkan libur yang cukup lama karena di bali bertepatan dengan galungan dan kuningan yang mana mendapatkan libur selama seminggu penuh. Namun untuk liburan full seperti yang disarankan oleh bang Rei itu membutuhkan kisaran waktu selama 2 minggu termasuk dengan mendaki gunung Tambora. Rencana Ikik adalah tetap sesuai jadwal, 1 hari perjalanan ke Bima, 3 hari pendakian, 1 hari pulang kembali ke Bali dan ada waktu istirahat sehari lagi untuk memulihkan stamina sebelum kembali bekerja. plan awal sebelum semua kejadian di petualangan yang tak terduga terjadi.

Tak lama Fikri datang membawa keranjang penuh dengan sayur dan logistik lainnya. menggunakan jaket yang sedikit kebesaran untuknya, dia datang penuh senyum. benar - benar gambaran pagi yang ceria terpampang di wajahnya. di belakang Fikri juga ada tas carrier yang akan dia bawa untuk mulai pendakian bersama hari ini.

"Sudah ada yang mau naik tadi bang, papasan sama saya waktu ke pasar" Kata Fikri. bang Rei berdiri dari kursinya dan mulai mengambil keranjang logistik Fikri. dia kemudian memanggil istrinya untuk memilah sayur tersebut dan memasaknya sebagian untuk sarapan.

"Duduk Fik, ngopi dulu." Ajak Ikik dan Fikri pun duduk di salah satu kursi itu. mereka mulai berbincang.

tak lama datang penjual kue dan dipanggilah penjual kue itu oleh Ikik.

"Untuk camilan sembari ngopi" kata Ikik yang berdiri menghampiri penjual kue tersebut. begitu pula Fikri yang berjalan di belakangnya. 

"ini kue Bingka Dolu bang, enak banget buat barengan kopi." kata Fikri menunjuk sebuah kue hijau berbentuk bunga. Ikik pun membeli beberapa untuk dimakan bersama termasuk karena rasa penasaran dengan kue yang namnya terdengar asing ditelinganya. begitu pula bentuk yang baru pertama kali itu dia lihat.

Bang Rei keluar dan menyiapkan piring untuk Kue itu bersama anak - anaknya. anak - anak bang Rei pun meminta beberapa dan Ikik memberikannya pada mereka. Kue ini sepertinya menjadi salah satu makanan favorit di Bima.

"Kue apa ini Fik?" Tanya Ikik pada Fikri setelah mencoba satu gigitan kue hijau berbentuk bunga tersebut.

"Ini kue Bingka Dolu bang." jawabnya singkat. sebenarnya bukan itu jawaban yang diharapkan Ikik, mungkin lebih pada bahan dan lainnya. 

Kue Bingka Dolu sendiri merupakan kue tradisional Bima. seringkali orang bima menjajakan kue tersebut dengan berkeliling. kemudian jika masalah tekstur dan rasa, Ikik merasa bahwa kue tersebut mengingatkan salah satu kue di Jawa yang disebut dengan kue lumpur. hanya saja warnanya hijau cerah dengan bentuk seperti bunga. Ketika dikombinasikan dengan kopi pahit sebenarnya kue ini terasa sangat enak di lidah. teksturnya yang lebut dengan campuran rasa pahit kopi merupakan kombinasi yang sempurna untuk memulai pagi hari. Tak disangka 2 kue sudah habis ditelan Ikik. Fikri dan bang Rei tersenyum dan mulai bercerita tentang kue ini. ada rasa bangga terpampang dari mereka tentang bagaimana orang luar pulau seperti Ikik sangat menyukai kue tradisional mereka.

ketika istri bang Rei memanggil untuk sarapan, mereka semua akhirnya berpindah ke ruang tengah di rumah bang Rei untuk sarapan. bersama dengan anak - anak bang Rei, salah satunya sudah mengenakkan seragam putih merah bersiap untuk berangkat ke sekolah. pada akhirnya seluruh kegiatan pagi itu diisi dengan santai. pada pukul 11.00 WIB, barulah mereka menyiapkan untuk packing. cuaca yang dari pagi cerah berubah tertutup seluruhnya oleh awan. 

"Jangan lupa mantel ditaruh di paling atas buat persiapan dan jaga - jaga" Kata Ikik kepada Fikri ketika sedang packing seluruh barang bawaan di dalam carrier.

Tak lama setelah mereka packing, Pak mustafa datang dengan motor Thundernya. dia masih menggunakan seragam gurunya ketika datang ke rumah bang Rei dengan helm tanpa kaca namun menggunakan kacamata hitam dengan masker berwarna hitam. tangannya dibalut sarung tangan kulit dan sepatu gunung. "guru kece" kata Ikik dalam hati sembari tersenyum melihat penampilan dari pak mustafa. Di kota tidak akan ada yang menyangka orang dengan penampilan sangar ini adalah guru. Tentu saja penampilan itu memberikan gambaran bagaimana dia bisa dekat dengan murid - muridnya termasuk Fikri. 

"Sudah beres semua perijinan untuk bang Ikik, nanti tinggal masuk saja." Kata pak mustafa sembari melepas helm dan kacamatanya.

"Oke pak, terima kasih." Kata bang Rei yang kemudian keduanya bersalaman. begitu pula Ikik dan Fikri.

"Jadi mau berangkat jam berapa?" tanya pak mustafa, "nanti sekalian sama saya kalau tidak lama." usul dia.

"Iya ini pak, setelah packing ini kita berangkat." jawab bang Rei.

Masing - masing melakukan pengecekan terakhir. Ikik juga menitipkan tas kecilnya yang berisi seluruh pekerjaannya kepada bang Rei untuk dijaga oleh istrinya. maklumlah sebagian besar pekerjaannya belum terbackup dan satu - satunya file ada di laptop tersebut. Setelah pengecekan terakhir selesai mereka lakukan, Fikri naik ke motor gurunya itu sedangkan Ikik dan bang Rei berboncengan dengan menggunakan motor bang Rei. Sedikit pamit dan doa dari istrinya, mereka pun melaju ke desa pancasila.

Gapura Menuju Desa Pancasila

Sebenarnya tidaklah terlalu jauh dari Calabai menuju desa pancasila, namun Calabai yang berada di pinggir pantai dan desa Pancasila yang berada di elevasi kurang lebih +800 m memberikan tantangan tersendiri untuk motor bang Rei khususnya. beban 2 lelaki dewasa dan 2 tas carrier tentunya memberikan tekanan tersendiri pada motor bang Rei. Tapi nyatanya semuanya terjawab dengan baik dan seluruh kapasitas motor tersebut ditutupi oleh kecerdikan bang Rei dalam memainkan gigi motor. Akhirnya mereka sampailah pada gapura batas untuk wilayah Taman nasioanal gunung Tamobora. terdapat tulisan selamat datang di gapura tersebut, udara ayng terasa panas pun juga mulai terasa dingin. ada beberapa penjaga dan petugas taman nasional disana namun ketika melihat itu adalah pak Mustafa, mereka mempersilahkan untuk lanjut tanpa harus pemeriksaan terlebih dahulu. Pak Mustafa dan rombongannya memang sudah terkenal di pendakian gunung Tambora ini.

Sekitar 20 menit dari sana, akhirnya mereka sampai di desa pancasila, tepatnya di sebuah lapangan. Lapangan ini sering menjadi event dari berbagai kegiatan di tambora dan desa Pancasila. Lapangan ini pun menjadi batas pendaki untuk mulai berjalan walaupun motor masih bisa naik ke atas dan ada tempat parkir yang lebih dekat ke batas rimba di bagian atas. Jalan aspal sudah tidak tersedia lagi setelah lapangan tersebut.

"Kita berhenti dulu bang disini untuk ketemu saudara saya." kata pak mustafa yang memarkirkan motornya di bawah pohon. dia kemudian mengeluarkan handphonenya dan menelpon seseorang dengan bahasa Bima. mengabarkan bahwa dia dan rombongan sudah sampai di Lapangan.

Tak lama kemudian datang seorang lelaki menaiki sepeda motor menghampiri kami. Orang ini berhenti tepat di sebelah motor pak Mustafa dan menyerahkan kantong kresek kepadanya. kemudian dia memundurkan motornya sedikit dan kemudian bersalaman dengan Ikik.

"Saya Ali bang, saudaranya Mustafa, tadi dia pesan kopi ke saya untuk dibawa abangnya mendaki sama temen - temen. Hati - hati ya bang di jalan. Kalembo Ade." katanya, kemudian dia segera pergi. 

"Kalembo Ade apa itu bang?" Tanya Ikik.

"Kalembo ade artinya sabar hati bang, cuman banyak sih, yang jelas semacam sapaan bang, kalau ada yang ngomong Kalembo Ade, jawab aja dengan kalembo ade." kata bang Rei menjelaskan. 

Bingkisan berisi kopi tersebut dimasukkan ke dalam tas Fikri dan mereka segera melanjutkan perjalanan. rencananya adalah mereka akan menuju batas rimba dan memulai pendakian dari sana. Bang Rei akan memarkir motornya di parkiran sedangkan pak Mustafa akan segera kembali turun pulang. Jalanan yang semula terlapisi aspal kemudian berganti menjadi jalan tanah yang cukup licin. beberapa bagian bahkan membentuk kubangan air yang cukup dalam sehingga menyulitkan motor bang Rei maupun pak Mustafa untuk melintas. namun sekali lagi berkat keahlian mereka dalam mengontrol motornya, semua halangan itu tampak seperti bukan apa - apa. Ikik hanya harus tetap duduk dan menjaga tubuhnya agar tetap seimbang di motor. Beberapa bagian jalan kemudian benar - benar menyempit, terpecah menjadi beberapa jalan kecil karena menghindari kubangan yang semakin banyak. Kubangan tersebut sebenarnya pertanda buruk karena telah terjadi hujan pada hari sebelumnya.

Kondisi jalan tak Beraspal Menuju Batas Rimba

Hingga akhirnya mereka ber 4 sampai di batas rimba. Batas rimba ini ditandai dengan sebuah pondok kecil yang bisa digunakan untuk istirahat. Ikik dan Fikri segera turun dan duduk di pondok tersebut, bang Rei menurunkan tasnya, menitipkannya pada Fikri. selanjutnya dia dan pak Mustafa akan turun ke parkiran yang berada di sedikit di bawah dari batas rimba. 

"Tunggu bentar bang, mau parkir motor." kata Bang Rei kepada Ikik.

"Oke bang". jawab Ikik singkat.

Kemudian dia dan Fikri duduk di pondok tersebut. Fikri kemudian bercerita tentang sumber air yang sudah mulai susah di daerah gunung Tambora karena banyak lahan yang dialih fungsikan menjadi tebu maupun kebun kopi. Pondok itu sendiri yang notabenya bernama batas rimba pun sebenarnya masih ditengah kebun kopi. banyak pohon kopi di sekeliling mereka.

"Haus ndak bang? disana ada pipa bocor ayng ambil sumber airnya langsung dari sumber, kalau masih bocor sih. biasanya kalau habis mendaki airnya habis kita ambil dari pipa ini bang." Fikir berdiri dan kemudian berjalan ke arah kebun Kopi. Ikik mengikutinya dibelakangnya.

Tak jauh dari sana terdapat bak tampungan air atau yang biasa disebut tandon air dari beton. terdapat pipa suplesi di sampingnya yang terus mengisi bak air tampungan air tersebut. air dari pipa tersebut disuplai dari sumber air yang berada diatas sebelum kemudian masuk ke bak penampung air. selanjutnya dari bak tersebut air didistribusikan pada warga. disalah satu pipa distribusi tersebut, ada satu buah pipa yang bocor. Pipa PVC itu sudah dibalut dengan karet dan lakban namun kurang maksimal sehingga air masih merembes keluar dari pipa tersebut.

"Ini bang airnya." Fikri mengambil botol kecil di tas kecilnya kemudian mengisi penuh air tersebut dan memberikannya pada Ikik.

"Wah iya, seger banget Fik." kata Ikik setelah meneguk air tersebut. kemudian Fikri mengisi kembali botol tersebut hingga penuh. dia pun meminumnya, wajahnya penuh kepuasan akan kesegaran air tersebut.

"Fikri?" Teriak Bang Rei dari arah Pondok. sontak Ikik dan Fikri berlari menuju ke bang Rei di pondok. dia telah selesai memarkirkan motornya bersama pak Mustafa.

"Oke deh, sampai sini ya, mari kita berdoa dulu sebelum berangkat." kata pak Mustafa yang turun dari motornya. kemudian emrkea berempat berdiri melingkar. semua menunduk.

"Semoga kita semua diberikan kemudahan dan keselamatan dalam setiap kegiatan kita semua. Berdoa menurut agama dan keyakinan masing - masing." Pak mustafa memimpin doa.

Akhirnya petualangan Ikik benar - benar dimulai. satu kata "Kalembo Ade" dari pak mustafa pada Ikik. Rasanya selalu berdebar ketika awal pendakian. rasa semangat dan takut selalu menjadi pembuka dari petualangan besar. Mereka bertiga segera mengambil tas masing - masing dan mulai berjalan menyusuri jalan setapak diantara pohon kopi. Sesekali Ikik masih melihat ke belakang, pak Mustafa masih berdiri tegap disana melihat mereka berjalan menjauh hingga akhirnya pepohonan dan semak menghilangkan wujud mereka sepenuhnya. Batas Rimba yang menjadi start dan batas rimba itu juga menjadi finish. Bukan Puncaknya. Namun petualangannya jauh lebih tak terbayangkan, Petualangan yang lebih dari sekedar start dan Finish. Ketika Ikik dan rombongan sudah jauh, pak Mustafa berbalik dan berbisik.

Semoga Keselamatan Menyertai Kalian Semua



Bersambung....


Back Part I (KLIK)

Next Part III (KLIK)

Komentar

Hot Mingguan!!

Maaf, Kepada Hidrologist: Jangan Percaya Peta Global dari GIS Enthusiast

 Akhir Akhir ini aku menemukan banyak GIS Anthusiast yang kemudian mereka menerbitkan kode GEE (Google Earth Engine) untuk pembuatan Peta tata guna lahan baik skala global maupun skala regional seperti peta Tata guna lahan Nasional Indonesia. sebuah terobosan, namun maksud dan tujuan para GIS Anthusiast ini sangat berbeda dengan kebutuhan para Hidrologist dan Hidraulic engineer dalam pembuatan model. sehingga Peta global yang mereka buat tidak bisa kita gunakan. ESRI Sentinel-2 Global LULC 10 m Resolution Source:  Esri | Sentinel-2 Land Cover Explorer (arcgis.com) Pembuatan peta Tata Guna Lahan mempunyai banyak fungsi yang disesuaikan dengan kegunaannya. dari pengamatan perubahan tata guna lahan hingga berbagai analisa lainnya. untuk analisa hidrologi, penggunaan tata guna lahan atau tutupan lahan bisa digunakan sebagai dasar pembuatan basemap untuk model hidrologi. begitu pula dengan analisa hidrolika yang terkadang menggunakan input jenis tutupan lahan dalam penentuan basemap model h

Makalah alat pengukur curah hujan

ALAT PENGUKUR CURAH HUJAN Makalah tugas akhir ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah hidrologi teknik dasar yang diampu oleh Dr. Ery Suhartanto, ST. M.Pd. OLEH : YUANGGA RIZKY ILLAHI                                   145060400111003 LUCIA PUTRI RACHMADANI                  145060400111011 FATHINUN NAJIB                                       145060400111027 YOGA OKTA WARDANA                          145060400111028 NUR FITRIA PUSPITAWATI                      145060401111049 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG FAKULTAS TEKNIK TEKNIK PENGAIRAN Juni 201 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang             Hidrologi adalah suatu ilu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam kita ini. Meliputi berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan – perubahannya antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, diatas dan di bawah tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan air yang mengaktifka

Makalah POMPA Hidrolika Saluran tertutup

MAKALAH HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP POMPA Disusun Oleh: Kelompok II Elang Timur                             145060400111015 Fariz Bayu Rachmanto            125060400111074 Galih Rizam Pratama               145060400111024 Gloria Dihan Utomo                145060400111002 Tami Pratiwi                            145060400111007 Yoga Okta Wardana                145060400111028 Yuangga Rizky Illahi              145060400111003 Yudhistira Akbar Z.R              145060400111005 JURUSAN TEKNIK PENG AIRAN FAKULTAS TEKNIK                                                                                    UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 201 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang             Air merupakan sebuah sumber daya yang sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Tanpa sumber air, manusia tidak akan pernah bisa hidup. Karena itu, manusia sangatlah bergantung pada air itu sendiri. Selain dalam kehidupan manusia,