Langsung ke konten utama

Ekspedisi Lawu Part 1 (Gunung yang Tergolong Mudah Katanya)

Udah hampir setahun ternyata blog ku terabaikan. Hehehe. Sudah lama memang aku tidak lagi menulis kisah kisahku. Entah karena kesibukan kuliah, entah karena kesibukan yang lain, tapi memang kesibukan menjadi alasan utama bloggku tidak lagi terurus. Seiring dengan bertambahnya umur, terkadang kita akan menemui jalan dimana kesibukan akan mengalahkan hobi dan hal - hal menyenangkan lainnya.

Jika aku tulis dalam blog ini kisah - kisahku selama hampir setahun, mungkin sangaaaaaaaat banyak hingga habis waktuku. Hehehe. Bahkan juga mungkin akan berpengaruh pada kualitas cerita yang aku tulis. Maklum, ingatanku tidak terlalu tajam dan pastinya banyak cerita yang terlewatkan. Jadi akan aku ceritakan beberapa petualangan terbaruku saja.

Ceritanya sekarang aku sedang liburan panjang kuliah, untuk mengisi waktu dan target lulus 4 tahun, aku magang di proyek pembangunan bendungan tugu di kabupaten trenggalek. Prosesnya panjang tapi syukur aku akhirnya bisa magang disini. Di Trenggalek daerah Tugu memang berbatasan langsung dengan ponorogo. Sehingga karena tergolong pinggiran kabupaten Trenggalek, sudah pasti sinyal cukup sulit disini untuk beberapa operator telephone.

Tinggal di mess yang disediakan oleh pihak proyek bendungan tugu, aku tinggal bersama dengan teman - teman KP (Kerja Praktek) bendungan tugu dari ITS. Ada yang berasal dari S1 Teknik Sipil ITS dan ada pula D3 Teknik Sipil iTS. Kami belajar bersama disana dengan bimbingan bapak bapak pekerja walau sistem laporan dan output magang kami mahasiswa Universitas Brawijaya dengan anak ITS sangat berbeda. Oh iya, aku magang di bendungan tugu bersama 2 temanku yang juga berasal dari Teknik Pengairan Universitas Brawijaya angkatan 2014.

Hari Sabtu dan Minggu magang yang kami lakukan libur. Bahkan terkadang hari jumat pun hanya setengah hari saja. Waktu ini digunakan oleh teman teman magang untuk kembali pulang atau sekedar rekreasi ke tempat tempat wisata sekitar kabupaten Trenggalek dan sekitarnya. Kamis 4 Agustus 2016, mess sudah sedikit sepi. Hanya ada beberapa saja yang masih sekedar tiduran di mess atau menonton tivi. Aku dan zaka salah seorang temanku dari D3 Sipil ITS sudah merencanakan sebuah ekspedisi untuk mengisi waktu libur kita. Sebagian besar warga mess memang pulang selama hari jumat sabtu dan minggu, sehingga karenanya aku dan Zaka tidak pulang, kamipun berencana main ke suatu tempat dan kami putuskan untuk melakukan ekspedisi.

Jumat malam pada tanggal 5 Agustus 2016 mess sudah sangat sepi. Hanya ada aku dan Zaka yang mempersiapkan segala keperluan. Berbekal artikel yang aku baca di beberapa website, aku menyiapkan bekal mie dan komporku, kemudian tenda. Tidak banyak barang yang kami bawa. Hanya tenda dan obat, senter, dan beberapa barang cadangan serta emergency tool saja. Di artikel yang aku baca, terdapat kalimat "gunung ini merupakan gunung yang tergolong mudah untuk pendaki" dengan berbekal kalimat ini, aku sedikit meremehkan gunung ini dari segi persiapan peralatannya dan bahkan kalau bukan karena Zaka yang ingin merasakan menginap di tenda, aku mungkin tidak akan membawa tendaku.

2 daypack telah disiapkan. Kami pun berangkat pada sabtu paginya. Dengan menggunakan transportasi sepeda motor, kami menyusuri jalan nasional 3 yang menjadi akses utama jalanan di daerah Jawa Timur bagian rute selatan. Dari mess kami yang berada di pinggir jalur jalan nasional tepatnya di daerah Tugu kabupaten trenggalek, dipandu google map kami berkendara ke barat menuju kabupaten Ponorogo, kemudian ke arah barat laut ke arah magetan dan melewati telaga sarangan, sebuah danau besar yang berada di kaki gunung lawu. Tak beberapa lama dari danau sarangan, kamipun sampai di pos pendakian gunung lawu yang bernama cemoro sewu. Ada 2 pos pendakian gunung lawu ini yang umum dilewati, pertama di cemoro sewu yang masih berada di Jawa Timur dan satu lagi yang berada di Jawa Barat.

Parkir motor disini dikenai 10ribu saja per hari karena umumnya pendakian hanya dilakukan sehari saja. Kami menyempatkan makan di warung sekitar pos cemoro sewu. Banyak warung dan toko souvenir disini. Gunung lawu memang menjadi tempat wisata yang sangat digemari oleh pendaki pendaki dan banyak Pecinta Alam mendidik anak didik mereka di gunung ini. Terbukti ketika kami datang, banyak sekali orang yang mendaki gunung ini. Ada pula rombongan anak - anak SMP dan SMA dari pecinta alam sekolah mereka bersama dengan guru mereka.

Tiket masuk pendakian dihargai 20ribu per orang. Tidak memerlukan surat keterangan sehat dan hanya mengisi surat keterangan mampu melakukan pendakian serta perjanjian untuk tidak merusak alam. Sama seperti gunung - gunung pada umumnya. Kami harus meninggalkan KTP salah seorang dari kami di pos ini sembari menyerahkan surat keterangan yang kami buat. Setelah melakukan proses registrasi, kamipun berangkat dan memulai ekspedisi kami.

Trek tergolong sudah bagus karena sudah tertata rapi dengan batuan batuan menjadi alasnya. Sehingga kita berjalan diatas jalan batu. Sedikit menyakitkan apabila menggunakan sandal gunung yang didesain untuk berjalan di atas tanah. Kami berjalan dengan cukup mantap dengan kecepatan yang konstan. Zaka yang melakukan pendakian pertamanya ke gunung yang berketinggian lebih dari 3000 mdpl melakukannya dengan baik. Orang yang biasa berolahraga memang umumnya bisa melakukan sebuah olahraga seperti mendaki dengan sangat baik.

Menuju pos 1, kami berpapasan dengan rombongan dari anak - anak SMP. Mereka bilang mereka dari salah satu SMP di Kabupaten Nganjuk. Sangat banyak jumlah dari mereka, mungkin rombongan mereka adalah rombongan yang naik truk yang kami lihat di pos cemoro sewu. Ditemani dengan pohon cemara yang sangat sangat banyak, mungkin ini menjadi alasan pos tersebut disebut cemoro sewu atau seribu cemara. Satu persatu kami dahului anak - anak SMP tersebut hingga nafas kami mulai terengah engah dan kami duduk di sebuah gubuk. Pos 1? Sepertinya bukan, kata bapak bapak yang kami temui sebelumnya, setiap pos memiliki plang tanda pos dan gubuk ini tidak memilikinya. Sudah lama tidak olahraga, lama juga tidak mendaki gunung, hampir selama aku tidak menyentuh blog ku ini. Berefek pada stamina dan power yang tidak sekuat dulu ketika masih terbilang sangat sering dan bersemangat mendaki gunung. Yah jika dilihat, dulu SMA menjadi masa - masa sangat sering punya waktu untuk melakukan hobiku ini walaupun terbilang aku dulu jarang punya uang. Hahaha. Sedangkan aku yang sekarang? Uang sih ada dan bisa dikondisikan, tapi semangat dan waktunya yang sangat sangat kurang.

POS 1

Tak lama kami berjalan dari gubuk tersebut, kami sampai di sebuah warung yang berada di tengah hutan. Gunung lawu memang terkenal dengan warung warungnya yang berada pada elevasi yang sangat tinggi. Disini pun warung tergolong sangat murah. Anda akan membayangkan warung yang berada di ketinggian seperti ini, dengan hawa yang sangat dingin, dan berada di salah satu obyek wisata. Sebuah pisang goreng akan berharga sangat mahal? Nyatanya pisang goreng berharga 500 sampai 1000 rupiah disini. Tidak hanya itu, warung warung ini juga menyediakan kopi dan makanan lainnya yang tentu saja masih terjangkau dompet yang tipis. Kami pun melanjutkan perjalanan dan tak lama kami sampai di pos 1. Di pos 1 ada guru SMP dari adik adik SMP di bawah kami tadi.

Pendidikan karakter kata guru itu dan beberapa orang lainnya yang juga berada di Pos 1 tersebut seakan memasang wajah dengan ekspresi sepakat. Aku pun begitu, tidak menambahkan tidak mengurangi. Di gunung, sebuah ekspedisi ataupun perjalanan merupakan sebuah pendidikan selama perjalanan itu. Bagaimana kita diharuskan sopan santun dengan menyapa pendaki yang lewat, bagaimana kita saling tolong menolong, bagaimana kita harus mengambil keputusan, bekerja bersama tim, itu adalah hal - hal yang benar - benar wajib dilakukan oleh pendaki. Bahkan untuk seseorang dengan sifat brengsek pun harus segera berubah apabila dia ingin selamat di gunung. Sehingga pendidikan karakter adalah hal yang pas dilakukan dengan kegiatan outdoor.

Kami melanjutkan perjalanan setelah menyelesaikan perbincangan tentang dimana kami kuliah dll. Kata bapaknya, pos 1 ke pos 2 sangat jauh. Yah aku membayangkan sejauh apa sih pos 1 ke 2 dengan kata kata "gunung yang tergolong mudah" di artikel yang aku baca. Seperti sebelumnya, kami melanjutkan pendakian kami. Jalanan masih sama. Bebatuan masih sama walau kali ini lebih menanjak. Berpapasan dengan beberapa orang yang turun, kami sesekali berhenti untuk minum dan istirahat. Sesekali kami mencium aroma menyan ataupun dupa. Gunung ini memang seringkali menjadi tempat sakral untuk melakukan suatu ritual - ritual tertentu memang. Siang itu sangat terik. Sekitar jam setengah 1 siang dan kami masih berjalan. Panas, jalan berbatu, dan rasa lelah mulai menyelimuti. Keringat mulai menetes dengan derasnya. Aroma arang dari kayu kayu yang habis terbakar juga masih menyengat. Sepertinya hutan ini telah mengalami kebakaran sehingga dedaunan yang harusnya menutupi dan membuat sejuk perjalanan kini hilang. Berganti dengan kayu kayu kering berwarna hitam. Mungkin itu sebabnya di beberapa tempat ada tanda bertulisan dilarang membuat api unggun. Manusia memang terkadang bisa menjadi makhluk yang berbahaya ketika dia mulai merasa dunia ini miliknya.

POS 2

Ketika lelah semakin terasa, kami berhenti berkali kali. Yah sepertinya
Kata - kata di artikel yang aku baca sedikit menggampangkan. -- nyatanya termasuk pendakian yang cukup berat dengan tanjakan tiada henti dan tergolong cukup terjal. Hingga akhirnya kami sampai di pos 2.

Di pos 2 ini terdapat semacam BM yang menunjukkan elevasi dari posisi kami berada. Walaupun pada saat itu aku terlalu malas untuk mengingat dan memfotonya akibat kelelahan. Disini banyak pendaki lain yang juga beristirahat sembari makan siang. Ada juga warung tepat disamping pos pendakian. Sehingga mudah untuk beristirahat dan membeli makanan. Seakan segala kebutuhan mendaki sangat mudah didapatkan di gunung ini walaupun perjalanannya cukup berat. Sempat berfikir bagaimana keadaan dari teman - teman rombongan SMP melewati daerah seperti ini. Usai sedikit mengisi perut dan minum bekal air kami, kami segera melanjutkan perjalanan. Berharap sampai di pos mata air sebelum gelap sehingga tenda kami bisa kami dirikan sebelum gelap.

Jalur pos 2 ke pos 3 lebih ekstrim lagi. Selain cukup jauh, jalanan semakin menanjak. Ada beberapa bagian jalan batu yang tidak terpasang sempurna yang menyebabkan batu bisa bergoyang. Hal ini bisa menjadi berbahaya apabila pendaki menginjak batu ini pada kondisi tidak siap. Kami mulai berjalan melambat disini. Entah karena lelahnya atau karena tanjakannya yang semakin curam. Sesekali berhenti sambil mengambil nafas kemudian berjalan lagi. Sesekali kabut menyapa. Bahkan sempat gerimis, matahari yang menyengat sebelumnya sudah mulai tertutup dengan kabut dan awan. Entah mungkin kita sudah berada di atas ketinggian 2500 mdpl sehingga udara pun semakin tipis.

Ada pendaki dengan menggunakan sendal dan peralatan seadanya. Entah karena mereka memang biasa atau bagaimana, mereka juga tidak membawa tenda. Yang aku ingat di kaki salah satu anggota mereka terdapat gelang dengan lonceng sehingga ketika berjalan bunyi lonceng terdengar terus menerus. Awalnya aku biarkan mereka di belakang kami, tapi karena suaranya semakin lama semakin terasa mengganggu aku memutuskan untuk berhenti dan membiarkan mereka mendahului kami.

POS 3

Sesampainya kami di pos 3, kami tidak berhenti. Kami meneruskan perjalanan, berharap secepat mungkin kami sampai di pos selanjutnya. Menurut pendaki yang telah kami temui, lebih enak camp di pos 5 yang dekat dengan mata air. Melihat kondisi air kami pun sepertinya itu ide yang sangat tepat dilakukan jika kami masih ingin memasak bekal kami.


Komentar

Posting Komentar

Hot Mingguan!!

Maaf, Kepada Hidrologist: Jangan Percaya Peta Global dari GIS Enthusiast

 Akhir Akhir ini aku menemukan banyak GIS Anthusiast yang kemudian mereka menerbitkan kode GEE (Google Earth Engine) untuk pembuatan Peta tata guna lahan baik skala global maupun skala regional seperti peta Tata guna lahan Nasional Indonesia. sebuah terobosan, namun maksud dan tujuan para GIS Anthusiast ini sangat berbeda dengan kebutuhan para Hidrologist dan Hidraulic engineer dalam pembuatan model. sehingga Peta global yang mereka buat tidak bisa kita gunakan. ESRI Sentinel-2 Global LULC 10 m Resolution Source:  Esri | Sentinel-2 Land Cover Explorer (arcgis.com) Pembuatan peta Tata Guna Lahan mempunyai banyak fungsi yang disesuaikan dengan kegunaannya. dari pengamatan perubahan tata guna lahan hingga berbagai analisa lainnya. untuk analisa hidrologi, penggunaan tata guna lahan atau tutupan lahan bisa digunakan sebagai dasar pembuatan basemap untuk model hidrologi. begitu pula dengan analisa hidrolika yang terkadang menggunakan input jenis tutupan lahan dalam penentuan basemap model h

Makalah alat pengukur curah hujan

ALAT PENGUKUR CURAH HUJAN Makalah tugas akhir ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah hidrologi teknik dasar yang diampu oleh Dr. Ery Suhartanto, ST. M.Pd. OLEH : YUANGGA RIZKY ILLAHI                                   145060400111003 LUCIA PUTRI RACHMADANI                  145060400111011 FATHINUN NAJIB                                       145060400111027 YOGA OKTA WARDANA                          145060400111028 NUR FITRIA PUSPITAWATI                      145060401111049 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG FAKULTAS TEKNIK TEKNIK PENGAIRAN Juni 201 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang             Hidrologi adalah suatu ilu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam kita ini. Meliputi berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan – perubahannya antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, diatas dan di bawah tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan air yang mengaktifka

Makalah POMPA Hidrolika Saluran tertutup

MAKALAH HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP POMPA Disusun Oleh: Kelompok II Elang Timur                             145060400111015 Fariz Bayu Rachmanto            125060400111074 Galih Rizam Pratama               145060400111024 Gloria Dihan Utomo                145060400111002 Tami Pratiwi                            145060400111007 Yoga Okta Wardana                145060400111028 Yuangga Rizky Illahi              145060400111003 Yudhistira Akbar Z.R              145060400111005 JURUSAN TEKNIK PENG AIRAN FAKULTAS TEKNIK                                                                                    UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 201 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang             Air merupakan sebuah sumber daya yang sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Tanpa sumber air, manusia tidak akan pernah bisa hidup. Karena itu, manusia sangatlah bergantung pada air itu sendiri. Selain dalam kehidupan manusia,