Gunung Lemongan (PART 1)



Sabtu 29 Maret 2014

Aku mulai mengumpulkan segala macam peralatan mendaki gunung seperti biasanya. 2 hari tanggal merah menjadi sebuah kesempatan besar setelah sekian lama tidak berada di ketinggian. Kaki sudah gatal untuk berjalan di tanjakan, mata sudah sangat rindu melihat awan berada di bawah kaki. Kulit terasa kering setelah sekian lama tidak tersentuh hawa dingin pegunungan. Tujuan 2 hari esok adalah gunung lemongan. Sebuah gunung yang berada di sebelah utara kota Lumajang. Berbatasan langsung dengan kabupaten Probolinggo.

Gunung Lemongan

Aku mulai mengumpulkan armada untuk mendaki gunung ini. Sebenarnya ini bukan kali pertama, tetapi biasanya aku mendirikan tenda di sebuah pos yang bernama watu gede atau watu gajah. Kemudian pergi menanjak ke puncak pada malam harinya, tetapi kali ini aku ingin sesuatu yang berbeda. Aku ingin mendirikan tenda di puncak gunung ini. Maka dari itu, perlu armada yang sedikit mumpuni.

Yang pertama aku ajak adalah teman sekelasku yang bernama Khafid. Sudah biasa nanjak dan naik gunung sama anak berjambul ini. Biasanya sih makanan dan konsumsi aku serahkan ke anak ini. Jadi biar aku yang bawa tenda dan dia yang bawa makanan. Gitu deh. Hehehe, semacam jadi sie konsumsi lah posisinya di timku. Yah selama perut ada isinya, tenda, kompor, semuanya sanggup aku bawa. :P. Sedikit sulit perijinan anak jambul yang jomblo dan sedikit maho ini pada orang tuanya. Perlu sedikit tipu muslihat dan sebuah hasil try out yang cukup memuaskan dan didapatlah pada akhirnya sebuah ijin menuju jalur pendakian gunung Lemongan.

Orang kedua yang aku ajak berada di tempat tongkronganku, rumah kost mufid dkk. Disini semuanya aku ajak, tapi yang merespon hanya Adip. Awalnya dia sangat antusias mendengar ajakanku. Akupun semakin antusias dibuatnya. Beberapa persiapan semakin aku siapkan. Tapi sial banget nih anak. Emang sih kita yangudah kelas 12 ditunggu sama sesuatu yang buat beberapa orang menakutkan banget, yaitu ujian nasional. Beberapa anak aku rasa terlalu tegang dan tidak bisa menikmati rasa – rasa seperti hari libur dan menggunakan waktu libur tersebut untuk mengikuti try out. –“ akhirnya gugurlah adip menjadi anggotaku.

Orang ketiga yang menjadi orang kedua karena adip tidak jadi ikut aku ambil dari gugus depan pramuka di SMAku. Aku yang sebelumnya mengikuti DKC (Dewan Kerja Cabang) dan DA (Dewan Ambalan) memiliki akses yang cukup luas di dunia pramuka khususnya di kabupaten Lumajang. Sehingga banyak pilihan yang tersedia sebagai peneman aku untuk mendaki. Salah satunya adalah angkatan baru kelas X yang masih perlu banyak pembinaan dalam berkegiatan ekstrim seperti mendaki gunung. Aku punya 3 pilihan, yaitu Arif yang keriting agak lemot tapi antusias, Raka yang kecil galauwers, atau along yang pernah naik gunung arjuna.

Lereng gunung Lemongan


Pada hari jum’at yang lalu mereka sudah aku beri informasi masing – masing. Sehingga pada hari ini seharusnya mereka bisa bersiap – siap. Kemudian pada sabtu pagi hari sudah ada yang gugur, yaitu Raka karena tidak lolos dan tidak mendapatkan ijin dari orang tua. Sehingga tinggal 2 kandidat yaitu Arif dan Along. Malamnya aku mengikuti pertemuan DKC untuk terakhir kalinya karena aku mengundurkan diri sebagai DKC. Tugas 2 Tahun yang sepertinya panjang itu telah usai setelah aku menandatangani sebuah kertas berisikan surat pengunduran diriku.

Di sanggar Bhakti Pramuka Kwarcab Lumajang, sedang ada orientasi DKC untuk angkatan dibawahku. Kemudian ada Mas Rijal ketua DKC kabupaten Lumajang dan Hakim yang menjabat sebagai ketua dewan Ambalan HOS Cokroaminoto tahun ini berminat ikut dalam pendakianku tetapi menyusul di belakang kami. Mereka bergerak setelah kami karena harus mengikuti orientasi tersebut. Praktis ada 4 yang siap dan 2 yang masih menunggu keputusan.

Malam itu setelah pulang dari Sanggar Bhakti Pramuka kwarcab Lumajang, aku kembali mengingatkan Arif dan Along sebagai bentuk konfirmasi apakah mereka jadi atau tidak. Arif yang tidak pernah punya pulsa dan jarang sekali membalas SMS ternyata akhirnya pada malam ini membalas Pesan singkat yang aku kirimkan padanya. Begitu pula Along yang sempat bertanya – Tanya berbagai hal tentang kesiapan esok hari. Kami sempat SMS membahas apa saja yang disiapkan besok tetapi berhenti karena bonusan di operatorku habis. -- sial banget kalo ke lain operator memang. Kemudian mengingatkan mereka untuk rencana keberangkatan kami yaitu pukul 08.00 pagi.

Belum sempat aku tertidur, along tiba – tiba mengirimiku sebuah pesan singkat yang berisikan bahwa dia kecelakaan dan tidak bisa mengikuti acara pendakian esok hari. Percaya gak percaya sih, ketika aku Tanya dia bisa jalan apa gak, dia jawab gak bisa dan parah. Yauda, pada akhirnya aku hanya bisa memaklumi saja dan diputuskan Tim alfa yang terdiri dari aku, arif, dan khafid dan tim beta yang terdiri dari Mas Rijal dan Hakim. 

Baca Juga :
http://anadventureinmylife.blogspot.com/2014/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html 
http://anadventureinmylife.blogspot.com/2014/05/gunung-lemongan-part-3.html 
http://anadventureinmylife.blogspot.com/2014/05/gunung-lemongan-part-5.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Analisa Keruntuhan Bendungan Cirata dan Jatiluhur Begitu Kompleks? Bahkan Bisa Membutuhkan Ratusan Skenario yang Perlu untuk Dimodelkan

Day Hiking Fuji, Timeline, Kurang dari 5 Jam Sampai Puncak!!

Menyusuri Lembah Shosenkyo, Jungle Track, Air terjun, dan Rope Way