Gunung Lemongan (PART 3)
Sesaat sebelum
memasuki hutan, kami melihat kearah belakang. Sungguh pemandangan yang luar
biasa. Dengan berlatar belakang pemandangan pegunungan tengger dan megahnya
gunung Semeru yang terlihat dari sini. Sebuah momen yang menakjubkan yang tidak
bisa ditemukan disembarang tempat. Terlihat pula ranu klakah dan ranu pakis
yang sangat indah dari kejauhan. ranu atau danau yang berada tepat di kaki
gunung lemongan itu merupakan salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi di
kota/kabupaten lumajang.
Istirahat |
Memasuki hutan, kami
terlepas dari panasnya matahari. Daun – daun yang lebat menahan cahaya matahari
untuk masuk ke dalam hutan. Sehingga di dalam hutan lebih teduh daripada
sebelum masuk ke dalam hutan. Jalanan di dalam hutan tidak jauh beda dengan
sebelum memasuki hutan. Bahkan di beberapa tempat kondisi dan jalananannya
penuh dengan batuan yang mudah tergelincir sehingga membahayakan pendaki yang
berada di bawah kita. Tak lama kami memasuki hutan, kami bertemu dengan anggota
terakhir rombongan tadi. Kami menyapanya, hanya saja dia sedikit berbeda dengan
4 orang sebelumnya. Orang ini terlihat kurang ramah, dia bahkan dingin
menanggapi sapaan kami. Seolah kami ini hanya anak – anak yang sedang bermain
dan terlihat ada kesombongan di sorot matanya ketika memandangku. Aku pun
meninggalkan dia yang sedang beristirahat di bawah sebuah pohon.
Kali ini sepertinya
kami bertiga berada di paling depan jajaran orang – orang yang berusaha mendaki
dan menaklukkan gunung Lemongan pada hari ini. Kami berjalan cukup cepat. Kami
mengejar waktu untuk bisa mendapatkan momen sunset di puncak gunung lemongan.
Walau beberapa kali kami harus berhenti untuk beristirahat. Sudah 2 botol kami
bertiga habiskan selama perjalanan ini dan untuk mencapai puncak juga masih
cukup jauh.
Tantangan ketika
memasuki hutan adalah ranting dan dahan yang terkadang mengganggu. Untuk
mendaki gunung dengan kemiringan yang luar biasa seperti ini, kadang kita
membutuhkan tumbuhan yang ada di sekitar jalur untuk membantu kita naik. Tetapi
terkadang kita malah salah menarik tumbuhan dan jika sedang sial, tumbuhan
berdurilah yang kita tarik. Hal ini yang menjadikan kesulitan ketika tangan
sudah cedera akibat duri, menanjak pun semakin sulit. Hal lain yang menyulitkan
ketika memasuki hutan adalah tidak adanya pemandangan – pemandangan yang
menghibur. Hanya jalur pendakian yang tak ada habisnya menanjak serta tumbuh –
tumbuhan saja yang dapat terlihat. Hal ini terkadang bisa membuat mental kita
runtuh ketika kita sudah sangat lelah dan frustasi.
Kemudian kami sampai di
daerah yang jalurnya benar – benar membuat orang frustasi. Jalannya menanjak,
kemudian jalur dihiasi oleh batu – batuan kecil yang membuat orang tergelincir
jika tidak berhati – hati berjalan. Kemudian ketika jatuh tergelincir, jatuh di
bebatuan seperti ini tidak ada enak – enaknya. Belum lagi apabila ada batu yang
menggelinding akibat kecerobohan orang diatas kita. Maka dari itu, orang diatas
kita harus ekstra hati – hati dalam berjalan agar batu – batu itu tidak
tergelincir dan mendarat di salah seorang teman kita.
Di tengah perjalanan
kami bertemu dengan rombongan lain yang sedang turun setelah dari puncak.
Rombongan itu terdiri dari 4 orang. Kami berpapasan kemudian kami berhenti,
mereka minta air dari kami. Mereka sepertinya benar – benar telah kehabisan
air. Kami pun memberikan sedikit air kami kepada mereka berempat. Mereka sedang
berlibur dan berasal dari Surabaya. 2 orang yang belakang menggunakan sepatu
dan yang nomer 4 telah rusak sepatunya. Yang paling depan menggunakan sebuah
sepatu gunung dan yang nomer 2 menggunakan sandal yang telah putus talinya.
Benar – benar kacau keadaan mereka.
Usai perbincangan
singkat kami melanjutkan perjalanan. Tak lama kami akhirnya sampai pada pos
guci. Sebuah pos yang disana terdapat sebuah satu – satunya sumber mata air.
Hanya saja mata air ini menetes, dan kali ini mungkin kami sedikit sial karena
air dari sumber tersebut sama sekali tidak menetes dan guci yang digunakan
sebagai penampung tetesan air itu pun kosong. Kering di dalamnya. Jadi kami
hanya berhenti untuk sekedar mengatur nafas dan minum sedikit untuk menyegarkan
kembali. Kemudian kami pun melanjutkan perjalanan kami.
Cuaca dengan cepat
berubah. Bahkan yang awalnya matahari bersinar dengan sangat teriknya berubah
ditutupi oleh awan hitam pekat. Awan itu mulai melewati kepala kami dan
menutupi matahari yang tepat diatas kepala kami. Udara yang awal mulanya sangat
panas berangsur – angsur menjadi semakin dingin. kemudian datanglah air yang
mulai menetes jatuh dari awan – awan tersebut. Aku yang berjalan agak jauh di
depan berhenti. Kemudian menghampiri khafidz dan arif yang ada di belakangku
untuk mencari tempat berteduh sementara.
Satu hal yang sedikit
menjengkelkan adalah ketika aku sampai di mereka, arif mengatakan jaketnya
sepertinya terjatuh. -- sebuah kalimat yang seakan flat. Kemudian aku
mengutusnya untuk mengambilnya kembali karena di gunung? Jaket adalah hal yang
fatal. Aku tidak mau menanggung resiko salah satu anggotaku harus kedinginan
gara – gara kehilangan jaket. Kemudian kami mencari sebuah tempat di pinggir
jalan dengan banyak tumbuhan diatas kami sehingga air hujan tidak langsung
mengenai kami. Kemudian kami membentangkan mantel hujan diatas tas dan diatas
kami. Menjaga barang – barang kami tetap kering.
Selagi menunggu arif
mengambil jaketnya, kami berteduh. Gunung lemongan yang menghadap langsung pada
kota lumajang menjadikan gunung ini spesial. Penuh dengan sinyal. Ketika kita
berada di tempat dan waktu yang tepat, dan ketika kita berada pada saat awan
yang berada di bawah kita tidak menutupi kota lumajang, maka sinyal kuat yang
kita dapatkan. Pada posisi kami, mungkin kami sedang berada di tempat yang pas,
hanya saja awan sangat tebal dan mengganggu sinyal. Tapi sempat beberapa kali
aku dapatkan sinya sehingga aku bisa mengirim satu atau dua pesan singkat untuk
kekasihku. Ciweee. Begitulah jika mendaki gunung lemongan.
Tak beberapa lama
secepat hujan datang, hujan pun akhirnya reda. Sambil menunggu arif, kami makan
beberapa lembar roti untuk mengisi perut. Kemudian datanglah arif dengan
jaketnya yang sempat terjatuh. Setelah arif makan beberapa roti juga, kami pun
melanjutkan perjalanan. Dari posisi kami saat itu, sebenarnya tidakk terlalu
jauh posisi kami dari puncak. Hanya saja butuh beberapa tenaga ekstra karena
kondisi setelah kehujanan dan udara semakin dingin serta tenaga yang terkuras
membuat kita sangat kelelahan.
Baca Juga :
http://anadventureinmylife.blogspot.com/2014/04/gunung-lemongan-part-1.htmlhttp://anadventureinmylife.blogspot.com/2014/04/gunung-lemongan-part-1.html
http://anadventureinmylife.blogspot.com/2014/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://anadventureinmylife.blogspot.com/2014/05/gunung-lemongan-part-5.html
Baca Juga :
http://anadventureinmylife.blogspot.com/2014/04/gunung-lemongan-part-1.htmlhttp://anadventureinmylife.blogspot.com/2014/04/gunung-lemongan-part-1.html
http://anadventureinmylife.blogspot.com/2014/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://anadventureinmylife.blogspot.com/2014/05/gunung-lemongan-part-5.html
Komentar
Posting Komentar